𝐂𝐡𝐚𝐩𝐭𝐞𝐫 𝟗: 𝐓𝐞𝐚𝐫𝐬 𝐟𝐫𝐨𝐦 𝐇𝐞𝐭𝐞𝐫𝐨𝐜𝐡𝐫𝐨𝐦𝐢𝐚

268 24 3
                                    

DISCLAIMER:

⤷ All characters belong to © Satoru Nii.
⤷ 100% Fiction!
⤷ Local AU
⤷ Boy x Boy ❗
⤷ All media tweets are not mine & belong to rightful owners.
⤷ Out Of Character/OOC.
⤷ Don't take this AU too seriously.
⤷ Grammatical errors/typos and harsh words.
⤷ Ignore the timestamps.

For More Experience (Untuk Pengalaman membaca yang lebih baik)

1. Gunakan mode warna halaman putih 🪄💡

2. Pilih font Source Sans Pro✒️

❗Content Warning: NSFW adult jokes, vulgar language, spoiler-free❗

────୨ Happy Reading ৎ────

Malam itu, Sakura duduk di sudut kamarnya yang gelap, lututnya ditarik ke dada, tubuhnya gemetar dengan tangis yang tak kunjung berhenti

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Malam itu, Sakura duduk di sudut kamarnya yang gelap, lututnya ditarik ke dada, tubuhnya gemetar dengan tangis yang tak kunjung berhenti. Air mata mengalir tanpa henti dari mata heterochromianya, membasahi pipinya yang pucat. Perasaan sakit dan bingung menguasai dirinya. Ucapan Umemiya terus terngiang di telinganya, pengakuan perasaan yang tak terduga, dan kemudian, kepergian Umemiya yang tiba-tiba meninggalkannya sendirian di kosan. Sakura merasa hancur, seakan hatinya tercabik-cabik oleh kata-kata dan tindakan Umemiya.

"Gue nunggu lo, sabaaar banget, berharap lo bisa ngerasain apa yang gue rasa sekarang..." suara Umemiya terngiang di kepalanya, seolah menggema di seluruh ruangan.

Sakura meremas rambutnya, mencoba menghilangkan suara itu dari pikirannya, namun percuma. Setiap kata yang diucapkan Umemiya terasa begitu nyata, seperti dia masih berdiri di depannya.

"Semua yang gue lakuin, cuma hanya untuk lo..." lanjut suara Umemiya dalam ingatannya, membuat dada Sakura semakin sesak.

Dia menarik napas dalam-dalam, namun sepertinya tidak cukup untuk mengisi paru-parunya yang terasa kosong. Air matanya semakin deras, membasahi pipinya tanpa henti. Tangisnya semakin keras, mencerminkan betapa hancurnya perasaannya saat itu.

"Gue bener-bener cinta sama lo," kata-kata itu menjadi yang paling menyakitkan, karena Sakura tahu bahwa di balik pengakuan itu, ada harapan dan rasa sakit yang sangat dalam dari Umemiya.

Sakura merasa terjebak dalam lingkaran emosinya sendiri, tidak bisa keluar dari bayangan pengakuan Umemiya dan rasa bersalah karena tidak bisa meresponsnya dengan cara yang sama. Dia merasakan keputusasaan yang luar biasa, seakan semua harapan telah sirna. Semua kenangan bersama Umemiya yang pernah membuatnya tersenyum kini justru menghantuinya, mengingatkannya pada betapa rapuh dan rentannya perasaannya saat ini.

Perlahan-lahan, tangis Sakura mulai mereda, digantikan oleh kelelahan yang mendalam. Kepalanya terasa berat, matanya perih akibat menangis terlalu lama. Dia merosot lebih dalam ke sudut kamarnya, tubuhnya terasa lemah dan tak berdaya. Pikirannya masih dipenuhi oleh bayangan Umemiya dan perasaan sakit yang menyiksanya.

Affection | UmeSaku🍅🌸Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang