Hi!Happy Reading..5.Lomba
Pagi ini baru menunjukkan pukul setengah 6,tapi Kinan,Vena juga Risa sudah berada dikediaman Bu Oktavia,beliau ini yang dimintai oleh pak Fahmi untuk memoles wajah ketiga siswi yang akan lomba tersebut.
"Kinan sama Vena pake foundation dulu ya,terus bedak.Biar nanti Bu guru tinggal tambahin yang lain"kedua siswi itu mengangguk patuh,sedangkan Risa sendiri menjadi yang pertama di rias
Kinan yang merasa tangannya akan kotor karna foundation pun melepas cincin hitam kesayangannya lalu ia letakkan begitu saja diatas meja.
Acara rias-merias pun hampir selesai dengan Vena yang terakhir dipoles wajahnya."Kalian tampilnya pake baju apa?"
"Seragam sekolah dibalut jaket,bu"
"Cuma jaket?"Kinan dan Risa mengangguk,selanjutnya tidak ada pembicaraan lain.Hingga akhirnya,ketiganya sudah selesai.Dengan penampilan sudah rapi dan fresh ketiganya dijemput oleh pak Fahmi juga Dewa dengan mobil sekolah.Bu Oktavia pun ikut serta untuk memastikan make up murid-muridnya itu tidak berantakan ditempat tujuan.
Jarak yang ditempuh tidak terlalu jauh,sekitar 25 menit mobil tersebut sudah sampai disebuah sekolah yang menjadi tuan rumah.
Pak Fahmi menjadi yang pertama turun diikuti lainnya.Pria itu berjalan kearah panitia untuk mengkonfirmasi kedatangan,lalu kembali dengan sebuah kertas bernomor urut 5.
"Kita tampil terakhir, keruang tunggu dulu,ya"tempat sudah disediakan,setiap band dari sekolah memiliki ruang tunggu masing-masing.Jadilah tempat yang mungkin aslinya kelas ini hanya dihuni mereka berenam.
"Baca doa dulu,tenang okey"keempat murid itu mengangguk,walau dalam hati resah masih menyelimuti hati.Dari tempat itu pun mereka bisa mendengar bagaimana penampilan band dari sekolah lain
Mereka hanya berdoa semoga bisa tampil lancar tanpa drama salah not ataupun fals.
Hingga tibalah giliran keempatnya untuk tampil.Saling menguatkan lalu dengan mantap berjalan kearah aula yang sudah terdapat panggung didalamnya.Pak Fahmi juga Bu Oktavia sendiri mengikuti dari belakang.
Semuanya sudah siap,Dewa dengan stik drum ditangan,Kinan dengan orgennya ,Vena dengan gitar bass nya dan Risa dengan mic-nya.
Keempatnya menatap gugup pak Reza yang ikut menjadi juri didepan sana.Lalu dengan mantap setelah memberikan aba-aba,Dewa memukul drumnya dengan percaya diri.
...
"Kira-kira menang nggak ya?"Kinan menyangga dagunya seraya memainkan jarinya diatas meja.Sore ini keempatnya masih berada di ruang guru,menunggu pak Fahmi yang sedari tadi siang stand by di lokasi lomba untuk pengumuman pemenang.
"Udahlah,kalah menang itu biasa.Yang penting kita udah usaha.Berdoa aja"Dewa menatap malas ketiga gadis dihadapannya yang terduduk lesu sejak pulang dari tempat lomba siang tadi.
"Yuk jajan,kantin kayaknya masih buka"Dewa beranjak diikuti oleh 3 lainnya.Keempatnya berjalan berpasangan,Vena dengan Risa,sedangkan Kinan dengan Dewa.
Melewati koridor lantai satu,Kinan menatap Lamat kearah lapangan yang diisi oleh anggota ekskul pencak silat.Tapi bukan itu yang menjadi objeknya,ada Albian yang duduk dipinggir lapangan.Tidak tau apa yang pemuda itu lakukan disini sebab dia tidak ikut ekskul bela diri tersebut.
"Kin"Kinan menoleh saat Dewa tiba-tiba berbisik.Mereka sudah sampai di pintu belakang sekolah dimana kantin berada.
"Yah tutup"
Tanpa aba-aba Dewa yang masih berada diperbatasan tangga menutup pintu tersebut,lalu menarik tangan Kinan yang berada disebelahnya.
"DEWA ANJING!"Vena dan Risa yang menjadi korban kejahilan langsung menyusul lari sedangkan Dewa dan Kinan tertawa tanpa menghentikan langkah cepat keduanya.
"Lo nyebelin banget!!!"dengan brutal kedua gadis itu memukuli punggung Dewa sesampainya keempat remaja itu diruang guru.Kinan sendiri hanya tertawa seraya mengatur nafasnya.
Keningnya mengerut saat merasakan jari telunjuknya tidak menyenggol apapun dijari tengahnya.
"Cincin aku"Kinan bergumam setelah menyadari cincin hitam kesayangannya tak lagi melingkar dijari tengah seperti biasa.Dengan panik ia mengecek saku seragam juga jaketnya,namun nihil.
"Nyari apa,Kin"
"Cincin,Ris"
"Diinget-inget,taroh mana terakhir kali"
Kinan terdiam mencoba mengorek kembali ingatan dikepalanya.
"Ah dimeja rumah bu Oktavia"Kinan merengut mengingat betapa pelupanya dia.
"Pak Fahmi barusan chat,nanyain kita masih disekolah nggak"Dewa membuka suara mengalihkan perhatian ketiga gadis diruangan tersebut
"Terus?"
"Ya gue jawab masih.Paling sebentar lagi pak Fahmi pulang"
"Nanti minta tolong tanyain pak Fahmi aja Kin"Vena memberi saran yang langsung diangguki oleh Kinan.
Beberapa menit kemudian pak Fahmi sudah kembali,keempat remaja itu berlari senang saat melihat gurunya itu membawa sebuah piala
"nggakpapa juara 3,yang pen-"
Ketiga gadis itu melompat seraya berteriak senang menerima sodoran piala dari sang guru,membuat pak Fahmi yang awalnya hendak memberi semangat takut siswa/i nya itu berkecil hati,tersenyum melihat betapa lebarnya tawa keempat muridnya.
"Bapak bawa mie ayam nih,makan bareng yuk di kantor!"keempatnya mengangguk senang,Dewa mengambil alih mie ayam juga es buah ditangan pak Fahmi,sedangkan Risa,Vena dan Kinan berlari menuju dapur guru untuk mengambil mangkok juga gelas.
Sore itu,mereka habiskan dengan makan mie ayam dan es buah bersama.
"Oh iya pak,Kinan minta tolong nanti chat-in bu Oktavia,barangkali ada cincin Kinan dimeja ruang tamu"seandainya ponsel Kinan tidak rusak beberapa bulan lalu,ia pasti akan menanyakannya sendiri.
"Cincin kamu hilang?"
"Iya,seinget Kinan sih terakhir ada diatas meja ruang tamu rumahnya bu Oktavia"
"Ciri-ciri cincinnya kayak apa?"Jari jemari pak Fahmi mulai menari diatas ponsel yang baru saja ia keluarkan dari saku jaket
"Warna hitam terus ada mutiara kecil ditengahnya"
"Udah"
"Makasih pak"
"Iya.Cincinnya dari Albian ya?"goda pak Fahmi mengundang sorakan cie dari ketiga lainnya.
"Apaansih pak,orang Kinan beli sendiri!"Kinan rasa wajahnya memanas lalu dengan gugup ia menyeruput es buah miliknya.
"Cie cie Kinan"
...
KAMU SEDANG MEMBACA
Stupid In Love
Roman d'amourMungkin saja saat itu Albian sadar akan perasaan yang disimpan oleh Kinan,tapi ia memilih abai.