Berhubung cerita ini berlatar masa lalu alias zaman dulu kala jadi mohon readers bisa bijak menyikapi jalan cerita.
Memahami bahwa semua pola pikir, sikap, dan perilaku seluruh tokoh akan aku coba buat sesuai dengan KEADAAN DI MASA ITU.
Di mana pengaruh budaya patriarki masih kuat dijalankan di nusantara.
(Jadi jangan dibandingkan dengan pola pemikiran dan sikap manusia zaman milenial. Soalnya nanti kalian yang blunder sendiri)Setiap orang, ada masanya.
Setiap masa, ada orangnya.
Beda zaman, beda pemikiran, beda permasalahannya.
Cerita ini juga bukan cerita tentang perempuan PENDOBRAK SEJARAH tapi hanya cerita perempuan biasa yang berharap hidupnya bisa berakhir indah luar biasa.
Emosi boleh? Bolehlah karena memang aku lagi ingin buat cerita dark romance tempo doeloe tapi tetep ada unsur komedinya biar kalian nggak terlalu stress bacanya.
So, let's enjoy the story!
ლ(๑¯◡¯๑)ლ
-----------------------------------------
Dua bulan kemudian.
Pasisiran Timur adalah wilayah yang cukup luas dan sebagian besar berada di pantai utara Jawa. Wilayah di bawah kekuasaan Kesultanan Mataram tentunya. Pasisiran Timur dimulai dari Demak ke arah timur, yang meliputi Jepara, Kudus, Pati, Rembang, Lasem, Tuban, Lamongan, Gresik, Surabaya, Pasuruan, dan Blambangan.
Sebagai Tumenggung di Pasisiran Timur, Raden Daru bertugas mengawasi serta mengatur hubungan antar pejabat yang berada di bawah wilayahnya. Oleh karena itu, rumah Raden Tumenggung Daru Reksodipuro terletak di daerah Jepara. Tentu terpisah jauh dari kediaman orang tuanya yang berada di Sukoharjo.
Setelah sang istri meninggal dunia maka rumah joglo yang megah kini hanya dihuni oleh Raden Daru, pelayan, dan pengawal. Raden Daru juga tidak selalu berada di rumah karena sejak dulu lebih sering berkeliling ke daerah kekuasaannya guna memastikan keadaan tetap aman terkendali. Bagaimanapun, ada tanggung jawab yang harus Raden Daru penuhi sebagai bagian dari pejabat Kesultanan Mataram.
Rumah ini besar dan luas. Rumah joglo milik Raden Tumenggung Daru Reksodipuro memang terdiri dari beberapa bangunan rumah dengan peruntukan yang berbeda-beda. Maklum, Raden Daru bukan hanya keturunan ningrat yang kaya raya tapi juga merupakan salah satu pejabat penting di Mataram.
Raden Daru tentu menempati bangun rumah utama yang berada di bagian depan. Ada bangunan rumah lain untuk para pelayan. Ada juga bangunan rumah yang lebih besar bagi para pengawal yang dilengkapi tanah lapang untuk berlatih ilmu kanuragan. Harap diketahui bahwa jumlah pengawal yang ada di sini memang cukup banyak. Di bagian belakang rumah bahkan terdapat istal kuda.
Kadang Mbok Harti malah beranggapan bahwa tempat ini bukan rumah tinggal tapi padepokan sangking banyaknya pengawal. Walau para pengawal memang tidak pernah berkeliaran di rumah utama. Ada pula pendopo besar yang terletak di bagian timur guna menerima tamu atau pejabat keraton Mataram yang berkunjung ke sini.
Bhuuuk.
Bhuuuk.
Bhuuuk.
Pukulan demi pukulan dilayangkan oleh Raden Daru. Satu tumbang tapi masih ada tiga orang yang masih bertahan. Sesaat ketiganya berpandangan sebelum menyerang Raden Daru secara bersamaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Garwa Sang Tumenggung
Historical FictionRaden Ayu Amaratri Ning Gondoprodjo adalah perempuan keturunan ningrat. Cantik parasnya hingga bisa menjadi garwa seorang Raden Tumenggung Daru Reksodipuro. Sang penguasa Pasisiran Timur. Aku Remintang, bukan Amaratri! Aku perempuan jelata, bukan pe...