• tres •

423 59 14
                                    

Hariri menggeliat dalam tidurnya, kelopak mata pemuda itu perlahan terbuka, ditampilkan pelafon berwarna brown vintage yang menyejukkan mata

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hariri menggeliat dalam tidurnya, kelopak mata pemuda itu perlahan terbuka, ditampilkan pelafon berwarna brown vintage yang menyejukkan mata.

sesekali matanya mengedip sembari menyesuaikan cahaya, remang sekali ruang tempat dia berada saat ini. indra penciumannya mengendus bau wewangian yang cukup kuat.

"ya, saya akan datang kisaran 20 menit lagi, kamu bisa minta mereka menunggu."

Dahi Hariri berkerut tipis mendengar samar samar suara yang berada disekitarnya. suara yang sangat familiar namun dia cukup pusing hanya untuk berusaha memikirkan milik siapa suara tersebut.

kepala anak itu menoleh pelan ke kanan dan mendapati,

Srak!!

Aslan menoleh cepat begitu mendengar suara berisik dari tempat tidurnya. Dari tempat dia berdiri saat ini dapat dilihatnya hariri yang sudah duduk diatas kasur dan menatap dirinya dengan pandangan takut.

menaruh ponsel kembali ke kantong, kemudian Aslan berjalan menghampiri si pemuda yang ia bawa kerumahnya tadi malam.

"pak-

"Saya yang bawa kamu kesini, hanum." begitu potongnya.

Hariri mengadah, dahinya berkerut lagi tanda bingung.

"kamu lupa?." tanya Aslan.

hariri melempar pandangan ke arah lain, berusaha mengingat-ingat apa yang terjadi tadi malam. seingatnya dia hanya pulang kisaran jam 11 malam dan saat itu dia tengah,

seketika Hariri gelagapan, "maaf- maaf Pak saya tengah dalam masa, h- hormon." katanya gugup.

Jantungnya berdegup kencang ketika Aslan tiba-tiba mendekat, bau manly pemuda itu terasa hingga menusuk tenggorokannya.

"saya ketemu kamu di lift, kamu pucat dan berkeringat, keliatan sakit. saya khawatir jadi saya bawa kamu pulang. maaf jika saya kurang sopan, hanum." kata Aslan lembut, suaranya masuk dengan sopan ke gendang telinga si Hanum.

Hariri tak menjawab, dia mendadak bodoh jika dihadapkan dengan Aslan. "terima- terimakasih pak kaisar." katanya takut untuk menatap pandangan Aslan pada dirinya.

Aslan tak menjawab, dirinya semakin mengikis jarak  kemudian sedikit menunduk yang mana membuat hariri spontan memundurkan tubuhnya.

"jangan bergerak, hanum."

tap.

Hariri memejam tanpa alasan ketika telapak tangan dingin milik Aslan menapak pelan di dahinya.

The Cure - JeongharuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang