9. Korban 👣

273 49 11
                                    

Keluarga Bramantyo kini sudah lengkap berada di Maharta Residence, mereka menyantap makanan buatan asisten rumah tangga mereka yang batu, Mimi namanya. Mimi bertugas menggantikan asisten rumah tangga mereka yang lama. Keluarga ini memang selalu membawa suasana kekeluargaan kepada siapapun yang bekerja bersama mereka. Semua mereka perlakukan dengan baik, selayaknya manusia. Keluarga ini sangat memegang prinsip " Siapa lagi yang akan memanusiakan manusia, kalau bukan manusia juga ".

Selesai sarapan pagi, semua bebersih diri dan kembali berkegiatan masing-masing, Rossa bermain dengan Alin di halaman rumah, bersama dengan Hartawan. Alin begitu dicintai dengan kakek dan juga nenek nya.
Gadis kecil itu nampak bergembira bermain bersama orangtua dari san papa. Selalu, apapun keinginannya pasti selalu di turuti. Maka dari itu terkadang suka ada perdebatan kecil antara Al dan kedua orang tuanya, Aldebaran dan Andin tidak mau Alin terlalu di manjakan.

Kembali kepada Aldebaran dan Andin, keduanya kini tefah duduk di beranda kamar mereka sambil melihat pemandagan Indah, anak mereka tampak akur bersama dengan kedua orangtuanya. Andin menyandarkan kepalanya di bahu Aldebaran.
" Kamu, mau nya Alin punya adik engga ? " tanya Andin menggoda Aldebaran.

Aldebaran pun tersenyum. " Ya mau, tapi kan nanti. Kita sudah sepakat ketika Alin berumur 5 tahun kan " balas Aldebaran. Andin hanya membalas nya dengan senyuman. Ia mendongakan kepala nya, memperhatikan wajah Aldebaran. " Mas ? " panggil Andin.

Andin langsung merubah posisi nya, dan kini mereka saling berhadapan. " Aku tanya sekali lagi dan serius sama kamu ya " Ucap Andin ragu-ragu.

" Kenapa ? " tanya Aldebaran.

Andin menghela nafasnya kasar. " Soal Amiira___" Ucap Andin, belum selesai Andin berbicara Al sudah memasang muka tak nyaman sambil berdecak kesal.
Bahkan ia membuang pandangannya dari Andin.

" Dengerin dulu sayang,..."

Al bangkit dari kursinya dan berjalan masuk ke dalam kamar, ia duduk di tepian ranjang nya. Wajahnya menahan amarah mendengar nama tersebut. Andin mengusap bahu Aldebaran dengan lembut. " Aku belum selesai bicara mas " lanjut Andin.

" Stop Andin, berulang kali saya bilang jangan bahas soal Amiira lagi " Balas Aldebaran pada Andin.

Andin kini duduk disebelah Aldebaran. Memegang tangan dan mengusap punggung tangan Aldebaran.
" Dengerin aku dulu ya..."
" Aku tuh, engga yakin Amiira ngilang gitu aja setelah dia berusaha menghubungi kamu lagi mas, aku ragu aja. Perasaan aku engga enak soal Amiira, aku takut dia merencanakan hal yang nekat ke kamu, ke keluarga kita gimana ? " Jelas Andin.

Aldebaran mencoba mengatur nafasnya yang tidak beraturan setiap kali mendengar nama Amiira. " Dia enggak akan berani macam-macam sama kamu dan keluarga kita, langkahi dulu mayat saya! " Balas Aldebaran.

Plak!

Andin menepuk pelan bibir Aldebaran. " Ish! Bicara sembarangan! " Omel Andin.

Al hanya diam, tatapannya pun kosong. Andin yang bisa melihat sisi lemah Aldebaran pun memeluk Al dari samping.

 Andin yang bisa melihat sisi lemah Aldebaran pun memeluk Al dari samping

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
The star of my Heart Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang