11. Terus Mengungkap 👣

283 43 9
                                    

Kembali menginjakan kaki dirumah dimana ia dibesarkan dan membangun rumah tangga bersama anak dan istrinya. Mimi sang asisten rumah tangga mereka menyambut kepulangan Aldebaran dengan hangat. " Mas Al, akhirnya mas pulang jugak! Rumah nya sepi ndak ada yang omelin Mimi " ucap mimi senang. Al hanya diam, tatapannya tetap kosong lurus kedepan. Andin tersenyum pada Mimi. " Nanti kami jelaskan ya, Alin mana ? " tanya Andin.

Mimi mengangguk dengan senyuman. " ada mbak, lagi bobo siang " jawab Mimi. Andin hanya mengangguk pelan dan mendorong kursi roda Aldebaran menuju kamar dibantu dengan Hartawan untuk menaiki anak tangga. " ndin, papa ambil minum dulu untuk Al ya, kamu jangan lupa gantikan pakaian Al. Ini kan bekas kena udara rumah sakit tadi, nggak baik banyak virus dan bakteri disana " jelas Hartawan.

" Iya pah " jawab Andin sopan.

Kelumpuhan yang Aldebaran alami membuat nya tidak bisa berbuat apa-apa. Bicara pun rasanya sangat sulit bagi Al apalagi untuk bergerak dan berjalan. Ia hanya bisa tersenyum dan menangisi nasibnya saat ini, tanpa bisa mengadu pada siapapun. Al ingin orang tersebut tertangkap dan mempertanggungjawabkan semua yang telah di perbuat kepada diri nya.

Tapi bukan Aldebaran namanya kalau tidak terus berusaha untuk mencoba, tekad nya untuk sembuh sangat kuat. Membuat semua orang takjub dengan semangat dan daya juang nya.

♧.♧

Satu bulan berlalu...

Rutinnya terapi yang di jalankan oleh Aldebaran membuatnya kini sudah bisa berbicara. Dalam hatinya bertekad ia akan secepatnya membongkar kasus yang menimpa dirinya. Meski rasa trauma masih menghantui dirinya setiap kali ia tidur.

Sore itu, Maharta residence di datangi pihak kepolisian yang meminta keterangan dari Aldebaran tentang apa yang terjadi sebenarnya kepada dirinya. Jantung Al berdegub kencang, tangannya gemetar. " Al, ayo bilang jangan diam saja " gemas Hartawan.

Al menatap Andin yang berdiri di sebelahnya. Al menggelengkan kepalanya pada Andin. " Ayo Mas, ada aku, ada papa mama juga disini, Polisi juga ada, kamu aman sayang " ucap Andin.

Al begitu takut untuk bercerita seakan akan ada seseorang yang memantau dirinya disana untuk tidak membuka suara. Tidak mau memaksa Aldebaran, Andin membawa Al kedalam kamar, membiarkan Al merasa jauh lebih tenang dahulu. " Kamu kenapa takut mas ? Kita semua kan ada disini " ucap Andin.

Aldebaran tetap menggeleng. " Sayang, Mas Al lihat aku Mas! " Ucap Andin sambil mendongakan wajah Aldebaran.

" Yang namanya kebenaran harus keungkap, dan kejahatan harus menemui balasanya, aku tahu ini berat untuk kamu, tapi kalau bukan kamu yang mengungkap semua ini, siapa lagi mas ? Kita tidak menemukan bukti apapun, aku mau keadilan untuk kamu di tegakan Mas! " Ucap Andin.

Aldebaran menatap Andin. " T-tapi saya t-takut__" Ucap Al.

" Kenapa harus takut ? Kan ada kita semua disini. Ayo sayang, atau kamu mau cerita ke aku aja, biar aku rekam ya suara kamu ? " Balas Andin.

Al hanya diam, begitu pun Andin yang hanya menghela nafasnya berat. " Yaudah kalau kamu belum siap mau cerita sekarang, engga papa. Aku temenin kamu disini sampai kamu ngerasa nyaman, okey ? " Lanjut Andin sambil memeluk Aldebaran.

" Kalau kamu siap untuk cerita, kamu bisa bilang ke aku ya mas " Lanjut Andin.

Andin kemudian hanya terus menemani Al di dalam kamar, tak terasa hampir 30 menit mereka di dalam kamar Hartawan pun datang menemui mereka. " Andin, kenapa kamu engga ajak Al lagi kedepan ? " tanya Hartawan.

The star of my Heart Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang