11

422 33 4
                                    

Lisa

Prancis itu indah. Aku berdiri di bawah Menara Eiffel hari ini dan melihatnya. Jarang sekali dalam hidupku aku merasa begitu kecil dan merasa kosong.

Setelah menempuh perjalanan empat belas jam, aku dan Jennie tiba di negara yang memiliki sebutan kota cinta, dimana setiap jalan menceritakan kisah romantis.

Aku tidak berencana untuk mengambil perjalanan ini, tetapi Jennie terlihat antusias dengan idenya dan aku tak kuasa untuk menolak walaupun jauh di dalam relung hati tidak begitu menginginkan liburan ini.

Entah, rasanya berbeda dan tidak sama lagi seperti dahulu.

Mengikuti kemauan Jennie melakukan perjalanan melalui kereta api bawah tanah menuju hotel tapi tak ada satupun kata yang keluar dari bibirnya sekedar memastikan keamanan dan hal apa yang ku inginkan.

Dia hanya sibuk dengan kertas dokumennya dan meneliti semua materi pelajaran mahasiswanya, mengabaikan ku sepenuhnya.

Tidak ada senyuman, sentuhan dan kalimat yang membuat hati senang.

Sambil bersandar di kursi penumpang, aku menatap layar ponsel berulang kali dan berharap ada sesuatu di sana.

Ya, aku berharap Rosé menghubungi ku walaupun hanya sekedar pesan teks.

Saat sibuk dengan pikiran tentang wanita blonde itu, tiba-tiba Jennie mengaitkan jemarinya di tanganku hingga aku menoleh padanya.

"Kita akan segera sampai" Ucapnya tapi tangan yang lain sibuk dengan kertas-kertas sialan itu.


"Ini bagus" Aku bergumam saat membuka pintu kamar hotel, mengedarkan pandangan ke sekeliling sambil meletakkan koper di atas ranjang berukuran besar.

Pilihan Jennie tidak pernah mengecewakan.

Dia menjauh saat mendengar dering di ponselnya sementara aku mengeluarkan pakaian dari dalam koper mengaturnya ke lemari secara berurutan.

"Ya, aku menyimpan nomornya di ponselku. Kami disini selama seminggu. Tidak, aku bekerja di sini. Kau suka bagaimana mereka bertanya? Seolah aku punya pilihan" Jennie duduk di atas sofa dan terlihat serius berbicara dengan seseorang di seberang sana.

Aku menghela nafas panjang, melipat baju satu persatu dan dia tetap tidak bergeming dari tempatnya bahkan hanya untuk sekedar melihat ke arahku.

"Apakah kau tahu apa yang akan aku coba lakukan disini?" Aku menginterupsi dan menatapnya jengkel.

"Selain belajar bahasa Prancis?" Dia menyahut dengan ponsel masih berada di telinganya.

"Aku tidak tahu mengapa kau berpikir itu sangat konyol"

"Aku sama sekali tidak"

"Lisa, bisakah aku menyelesaikan ini?" Jennie berbisik dan menatap mataku dengan tatapan yang sulit ku artikan.

Aku seperti tidak mengenal dirinya.

"Oke" Aku membanting pintu lemari dengan kasar dan lebih memilih diam.

"Hey,,," Jennie sudah berada di belakang punggung dan memelukku, mungkin untuk mengurangi rasa bersalahnya atau hanya sekedar basa-basi biar kemarahan ku semakin tidak menjadi-jadi.

"Apa semuanya baik-baik saja?" Dia meniup tengkukku dan anehnya aku tidak merasakan apapun selain perasaan kesal dan marah.

"Apakah menurutmu kita baik-baik saja?"

"Ya" Dia membalikkan tubuhku dan menatap kedua mataku.

"I love you, Lisa"



°°°

IPAR ADALAH MAUT [CHAELISA]☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang