First Love

19 1 0
                                    


Ini adalah hari terakhirku menjalani Masa Orientasi Siswa di SMA

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ini adalah hari terakhirku menjalani Masa Orientasi Siswa di SMA. Setelah hari-hari sebelumnya kami diberikan pembekalan, akhirnya kakak-kakak panitia akan memberikan perpisahan dengan beberapa penampilan.

Dan disana, mataku terkunci.

Pada satu sosok jakung yang terlihat acuh.

Matanya setajam elang, dengan alis tebal yang ujungnya hampir menyatu, bibir berbentuk hati berdecak saat membenahi senar gitar.

Dan saat ia bernyanyi, seluruh duniaku terpaku padanya.

Namanya Bright dari kelas XII IPA 2.

Saat suara merdu memenuhi seisi ruangan, senyuman tipisnya terbit di sela suntuknya. Dadaku berdegup kencang.

Aku langsung tau, aku jatuh hati.

***

Opas's Home

"Kak Win," ucapku, mencoba memecah konsentrasi kakakku yang sedang serius menarik garis-garis panjang sepanjang kertas.

"Ya?" balas Kak Win masih mencoba untuk menyejajarkan kedua garis.

"Bagaimana cara menarik perhatian orang yang kita suka?"

Gerakan tangan Kak Win berhenti. Pandangannya yang semula fokus terhadap gambar kini menatap mataku lamat-lamat.

"Mick jatuh cinta?" tanyanya tepat sasaran.

Kurasakan kedua pipiku merona.

Kak Win bersorak semangat. Menjauhkan peralatan tulis yang tidak kupahami dari jangkauannya. Kedua jemarinya segera memegang kedua bahuku, hangat.

"Kamu sudah besar," ujarnya, bangga. Kedua bola matanya berbinar bahagia.

Tiba-tiba aku merasa sangat malu.

Hari itu aku menceritakan semuanya pada kakak kesayanganku. Kak Win berbaik hati mendengarkan seluruhnya dengan seksama, sesekali menggodaku, dan menanggapi dengan saran di ujung percakapan kami.

Tekatku sudah bulat.

Aku ingin mendekati Kak Bright.

Seorang Metas Opas-iamkajorn tidak mungkin mengingkari janjinya.

***

Aku benar-benar berusaha dekat dengan Kak Bright

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku benar-benar berusaha dekat dengan Kak Bright. Aku masuk ke dalam klub musik, mencoba mengasah skill gitar ku lebih giat, berusaha terlihat aktif agar Kak Bright mampu melihatku.

Dan itu berhasil.

Pada pertengahan tahun, tanggal dua puluh tiga, Kak Bright menyapaku.

Suaranya berat seksi. Dia sangat tampan hingga membuat mataku silau. Paras blasteran itu terus menghantuiku hingga ke dalam mimpi. Untuk pertama kalinya selama lima belas tahun, aku memimpikan lelaki dalam menjemput nikmatku.

"Metas."

Kak Bright selalu memanggilku Metas. Aku menyukainya. Membuatku merasa spesial. Selama ini tidak ada yang memanggil nama asliku selain dia

Kakiku terasa lemas seperti agar-agar.

"Mau pulang?"

Kak Bright berdiri di hadapanku. Dia tinggi sekali, mungkin setinggi Kak Win. Juga sangat wangi. Aroma maskulin menguat lembut dan memenuhi penciumanku.

Hatiku ikut-ikutan meleleh.

Sialan. Mendadak aku merasa malu pernah mengejek Kak Ming sebagai bucin.

"Iya, Kak," balasku hati-hati.

Kak Bright membereskan barang-barangnya dari atas meja klub dan memasukkan ke dalam tas. Ia mengalungkan gitar hitam metalic kesayangannya di punggung.

"Kalau gitu gue duluan," pamitnya seraya pergi meninggalkan ruang klub.

Meninggalkan jantungku yang terus berdegup tidak karuan.

***

Kak Win tertawa saat aku bercerita. Aku merengut kesal.

"Dasar bocil," komentar Kak Win di sela tawanya yang tidak kunjung berhenti. Kedua matanya tertutup hingga membentuk bulan sabit yang indah.

"Jangan ketawain."

Butuh sekitar lima menit hingga akhirnya Kak Win mampu mengendalikan diri dan berhenti menggodaku. Aku sudah keburu mengkerut hilang selera di ujung sofa.

"Coba lebih berani, Mick," saran Kak Win.

"Berani seperti apa, kak?"

"Ajak nongkrong bareng. Ajak main kayak kamu ke teman yang lain. Coba lebih dekat sebagai teman. Biasakan dia dengan kehadiran kamu."

Kak Win memang jenius!

Love Don't Love MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang