14 - Deep Talk

680 131 18
                                    

Hai, Warganat!
Vote dan komen yang banyak, ya 💗
...

"Lo sayang nggak sama gue?" tanya Satriya tiba-tiba.

Posisinya masih berbaring di atas sofa dengan paha Xabira sebagai bantalnya. Matanya menerawang lurus, menatap langit-langit rumah yang sepertinya sudah perlahan dituruni hujan.

Xabira yang mendapat pertanyaan seperti itu tiba-tiba gelisah. Seharusnya dia bisa santai merespon dengan memberi jawaban yang tentunya 'iya'.

Sebagai seorang sahabat yang selalu bersama setidaknya enam tahun terakhir, mustahil jika Xabira tidak menyayangi Satriya, kan?

Namun, jika biasanya Xabira bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan semacam ini dengan mudah, entah mengapa kali ini pertanyaan yang Satriya berikan tidak lagi terdengar sederhana baginya.

Apakah ia benar-benar sudah memandang Satriya berbeda sekarang? Bukan lagi hanya sebatas sahabat yang menyayangi sahabat baiknya? Ah, belum pernah ia merasa segundah ini hanya karena pertanyaan kecil.

"Apa sih pertanyaannya" akhirnya gadis itu memilih untuk mengelak, karena sungguh tak tahu harus menjawab apa.

Satriya mendengus pelan, ia pikir pertanyaannya sudah sederhana sekali.

"Tinggal jawab aja kenapa sih. Lo sayang sama gue apa nggak?" ulangnya lagi.

"Nggak" jawab Xabira enteng, sekenanya.

Keduanya lalu diam. Satu detik, dua detik, tiga detik,...sepuluh detik,...lima belas detik.

'Apa gue salah ngomong, ya? Kenapa malah diem sih?' batin Xabira.

Tatapan Satriya berpindah menatap lurus wajah Xabira dari bawah. Xabira yang kembali merasa diperhatikan, sudah tak lagi fokus dengan tontonannya. Ia hanya ingin mendengar kalimat selanjutnya yang terucap dari mulut Satriya.

"Berarti lo nggak sedih kalau seandainya nanti kita nggak ketemu dalam waktu yang lama?" tanya Satriya pelan.

Xabira jelas terkejut, tapi berusaha ia sembunyikan sebaik mungkin. Pertanyaan Satriya kali ini terasa asing, sebab belum pernah lelaki itu tanyakan sebelumnya. Tatapan Xabira akhirnya turun menatap balik mata Satriya yang ternyata masih setia memandanginya.

"Sedih nggak ya?" Xabira pura-pura memicing, tampak menimbang-nimbang jawaban yang sebenarnya sudah jelas ia ketahui.

"Gue serius" Satriya memelas, wajahnya berubah lebih dingin sekarang.

"Ya nggak tau, kita kan belum pernah begitu. Tapi ucapan lo kayak orang mau meninggal"

Satriya melotot tak percaya mendengar jawaban gadis itu.

"Ish! Asbun banget mulut lo" tegurnya.

"Kan gue bilang 'kayak', Satriya. Lagian emangnya kenapa kita harus nggak ketemu dalam waktu yang lama? Lo mau naik haji apa gimana?" tanya Xabira polos. Ia sungguh tak mengerti arah pembicaraan Satriya.

Lelaki yang ditanya malah bergeming, sibuk menerawang dengan pikirannya sendiri.

"Satriya? Yeee malah diem bocah" Xabira bersidekap. Memandang aneh Satriya yang semakin menatapnya lekat.

"Gue bakal pindah ke luar negeri"

"HAH?!" Xabira tak tahan untuk tak menjerit. Lelaki itu sedang mencandainya kan?

"Sementara" sambung Satriya.

"Lo serius? Kenapa?" Xabira tampak tertarik setelah melihat keseriusan di wajah Satriya. Sepertinya Satriya tak main-main dengan ucapannya.

We Can't Be FriendsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang