11 - Semakin Rumit

1.3K 166 40
                                    

Hai, Warganat!
Vote dan komen yang banyak, ya 💗
...

Jam pelajaran olahraga telah selesai. Satriya memilih bolos jam olahraga untuk menemani Zianna yang tengah beristirahat di ruang UKS. Perempuan itu ternyata pingsan karena sedang diet.

Satriya yang mendengar alasan Zianna sedikit marah, ia segera membelikan Zianna beberapa makanan dan minuman, membatalkan rencana diet gadis itu.

Satriya menasehati Zianna agar tak menjalankan diet ketat lagi dengan mengatakan bahwa perempuan itu sudah sangat cantik dengan penampilannya yang sekarang. Zianna tentu tersipu oleh perkataan Satriya dan langsung mengiyakan larangan lelaki itu. Ia merasa diperhatikan.

Satriya sampai heran, padahal Zianna sudah memiliki tubuh yang langsing dan proposional. Untuk apalagi perempuan itu menjalankan diet ketat?

Satriya hanya menggeleng maklum, namanya juga perempuan. Ia jadi teringat Xabira yang tidak pernah mau diet padahal makannya sangat banyak, beruntung perempuan itu tetap langsing, walau semua lemaknya pindah ke pipi.

Satriya tersenyum mengingat Xabira. Ia terkesiap, tiba-tiba sadar bahwa tadi dirinya meninggalkan Xabira begitu saja di lapangan.

"Zi, gue masuk kelas dulu ya. Lo nggak perlu masuk karena udah gue izinin sampai jam pulang" ucap Satriya lembut. Zianna yang sedang terpejam lantas bangun dari tidurnya.

"Temenin gue di sini aja. Gue bosen kalau sendirian" rengek Zianna dengan nada manja, berharap Satriya mau menungguinya sampai pulang.

"Gue harus masuk, tadi kan gue udah bolos jam olahraga sampai nggak ambil nilai basket, lho. Yang ada kena marah kalau gue bolos lagi, kan bukan gue yang sakit" ujar Satriya pelan, memberi pengertian pada Zianna.

Zianna manyun, tak mau ditinggal oleh Satriya. Mulai saat ini, Zianna ingin memulai pendekatannya dengan lebih intens. Satriya harus menjadi pacarnya. Terlebih, gosip-gosip tentang kedekatan mereka mulai menyebar ke satu sekolah.

"Ada anak PMR yang jagain, jangan manyun. Gue masuk dulu ya, lo istrahat" pamit Satriya, ia mengusap kepala Zianna singkat sembari tersenyum manis.

Zianna seketika tersihir, lalu mengangguk mengiyakan. Membiarkan Satriya kembali ke kelas.

***

"Satriya!" panggil bu Endang yang baru saja keluar dari ruang guru.

"Eh, iya bu?" Satriya bergegas mendekati bu Endang yang memanggilnya.

"Kebetulan kamu lewat, ini tolong dibagian ke teman-temanmu yang tadi pagi ikut remedial sama ibu" titah bu Endang sembari memberikan setumpuk soal remedial yang sudah ia koreksi dan dibubuhinya nilai.

"Oh, nilai remedial tadi pagi ya bu? Oke siap bu, nanti saya bagikan"

"Nilai mereka semuanya aman, cukup mendongkrak nilai yang rusak kemarin. Ini juga berkat kamu dan Zianna yang sudah bantu bikin kelompok belajar, terima kasih, ya"

"Sama-sama, bu. Senang bisa membantu"

"Ya sudah masuk kelas sana, bel sudah bunyi daritadi"

"Iya bu, saya ke kelas dulu ya, permisi"

"Silakan" tutup bu Endang.

Satriya berjalan gontai menuju kelas dengan membawa nilai remedial yang bu Endang berikan. Ia mengintip milik Xabira, penasaran dengan nilai yang gadis itu dapatkan.

"68? Lumayan" gumam Satriya sembari tersenyum tipis. Walau tidak terlalu tinggi, setidaknya Xabira mendapat nilai di atas KKM.

***

We Can't Be FriendsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang