13 - Aba-aba dulu

1.3K 177 53
                                    

Hai, Warganat!
Vote dan komen yang banyak, ya 💗
...

"Satriya lama banget sih, dia nggak ngelupain gue part 2 kan? Ck" Xabira sibuk menggerutu sendiri sejak tadi. Berkali-kali melirik jam di layar ponselnya.

Dirinya masih duduk dengan bosan di sebuah bangku koridor sekolah untuk menunggu Satriya. Sudah dua lembar kardus sampah yang tiba-tiba ia jadikan media lukisan abstrak. Beruntung dia membawa krayon di tasnya hari ini. Cukup membantu mengurangi rasa bosannya menunggu lelaki itu sejak 50 menit lalu.

Hari ini, Satriya kembali mengajaknya pulang bersama setelah sekian lama tidak. Awalnya Xabira menolak karena ia masih harus pulang terlambat demi memfiksasi nama-nama penerus baru eskul seni, menggantikan angkatannya yang akan demisioner.

Namun ternyata, Satriya juga ada jadwal rapat OSIS yang turut mengharuskannya pulang terlambat. Karena itu, Satriya memaksa Xabira untuk pulang bersama. Ia menjanjikan nonton bioskop pada gadis itu sepulangnya.

Demi film 'The Architecture of Love' yang dibintangi oleh idola kesayangannya- Nicholas Saputra, Xabira sabar menunggu Satriya yang sampai sekarang belum terlihat juga batang hidungnya.

Lelaki itu sedang menjalankan rapat terakhirnya sebagai ketua OSIS dua periode, setelah ini Satriya sudah tidak aktif lagi di kegiatan kepengurusan. Hanya membimbing saja sesekali.

Sebagai murid kelas 12, mereka memang akan dibebaskan dari semua kegiatan sekolah. Siswa-siswi tingkat akhir hanya diharuskan fokus belajar untuk menghadapi ujian nasional dan ujian masuk universitas.

"Xabira!" jeritan dari arah lapangan menginterupsi gadis itu. Cepat-cepat ia mengangkat wajah dan meletakkan krayonnya sembarang.

Satriya terlihat melangkah ringan sambil melambai-lambai kearahnya. Harusnya Xabira senang karena lelaki itu akhirnya datang. Namun, justru yang hinggap di hatinya kini hanyalah perasaan khawatir, sebab ternyata Satriya tidak sendiri, ada Zianna yang juga berjalan cantik di sisi lelaki itu.

Agaknya Xabira sedikit trauma, karena biasanya jika ada Zianna, Satriya pasti akan mengantar pulang wanita pujaannya itu dulu.

Apakah artinya ia harus menunggu lagi? Menunggu Satriya yang harus mengantar Zianna pulang, baru nanti akan menjemputnya lagi?

Atau parahnya, Xabira justru dibiarkan pulang sendiri karena Zianna tiba-tiba tidak mau langsung diantar ke rumah dan merengek cantik untuk mengajak Satriya pergi dulu?

Ah sial, here we go again!

Xabira tidak bisa berpikir positif. Ia sudah terlalu lelah dengan keadaan seperti ini. Jika sudah disandingkan dengan Zianna, dia sungguh tidak ada apa-apanya, maksudnya, ia tak akan pernah menjadi yang dipilih oleh Satriya. Lelaki itu sudah pasti mendahulukan wanita incarannya ketimbang sahabat yang selalu merepotkan seperti dirinya. Tapi kan, hari ini Satriya yang mengajaknya pulang bersama? Huh!

Namun, pikiran-pikiran buruk Xabira mendadak enyah begitu saja. Ia mengernyit heran tatkala Zianna dan Satriya justru berpisah di simpang lapangan. Perempuan cantik itu melambai manis pada Satriya sebelum akhirnya berbelok ke arah gerbang, sementara Satriya tetap berjalan lurus ke arahnya, seorang diri.

"Maaf, lama ya?" ucap Satriya tersenyum, ketika ia sampai tepat di hadapan Xabira yang masih duduk di bangku koridor.

"Lo nggak anter Zianna?" Xabira memilih tak menjawab pertanyaan Satriya, ia justru menanyakan hal lain yang menurutnya keajaiban dunia.

Satriya mengernyit.

"Ya enggak. Gue kan bareng lo?"

"Tumben"

We Can't Be FriendsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang