Sekolah Baru

3 1 0
                                    

Pagi itu Alya merasakan sejuk di badannya, membuat dia malas untuk bangun dari tidur. Selimut tebal nya pun masih menutupi sebagian badannya. Padahal pagi itu adalah hari pertama dia masuk sekolah Baru.
Namanya adalah Alya Syafaqila Amartha, seorang remaja manis dengan dua lesung pipi di kiri dan kanan yang baru saja berumur 16 tahun. Di rumah dia sangat manja, namun di luar rumah dia adalah remaja tangguh, sedikit tomboy dan pemberani.
"Al... Ayo bangun, ini kan hari pertama kamu masuk sekolah Baru" teriak ibunda Alya seraya menarik gorden kamar supaya sinar matahari dapat masuk kedalam kamar. Alya menarik selimut hingga menutupi seluruh bagian tubuh nya tanpa suara. Ibunda dengan sigap menarik selimut Alya dan menarik tangannya supaya ia mau bangun dan membuka mata. "Ihh ayo dong Al... Nanti kamu terlambat. Masa hari pertama terlambat. Nggak malu apa sama siput. Tuh siput aja lebih cepat dari kamu loh bangun nya. Pergi kemana-mana bawa rumah pula. Berat itu pasti. Ayo Al bangun !" oceh ibunda seraya berusaha menduduk kan anak sematawayangnya itu.
"Ihh bunda, kenapa harus siput sih ? Nggak kaki seribu sekalian ? Itu juga kasian kalau pake sepatu pasti telat berangkat sekolah nya. Kan kaki nya ada seribu" jawab Alya dengan nada malas
"Loh kamu pernah berangkat bareng sama kaki seribu ya ? Kok tau ? Terus kaki nya beneran seribu itu ? Sepatunya kecilnya seberapa ?" Tanya ibunda.
"Ihh hahaha .. ya enggak Bun. Aku ngira-ngira aja sih. Sepatu nya belum aku buatin. Ntar kapan-kapan lah aku ukur dulu kakinya. Tapi nanti kalau udah lebaran marmut" jawab Alya asal. Senyum nya mulai terlihat. Dan akhirnya dia mau bangun lalu menuju kamar mandi. Misi bunda berhasil.

"Nah gitu kan rapi, cantik anak bunda" ujar ibunda saat menyiapkan makanan, melihat sang anak turun dari tangga dengan pakaian yang sudah rapi membuat sang ibu ingin sekali menggoda nya. "Pasti di sekolah Baru langsung ada yang nyangkut ini" imbuh ibunda. "Apa sih Bun ? Nyangkut nyangkut di kira layangan putus ?" Jawab Alya sembari duduk di meja makan, siap untuk mengikuti sarapan. "Itu kaya judul film itu kan ya ?" Ucap bunda setengah berfikir. "Nah kan malah jadi film" Alya menepuk pelan dahinya.
"Oh iya Bun, ayah kemana ?" Tanya Alya
"Itu tadi pagi udah berangkat duluan ke kantor, katanya ada meeting penting gitu jadi harus lebih pagi" jawab bunda.
Setelah selesai makan, Alya berangkat ke sekolah barunya dengan menaiki taxi online.

Tiba di sekolah Alya celingukan di depan pintu gerbang seperti orang kebingungan. "Mau bareng siapa ya masuk nya ? Aduhh nggak biasa lagi kemana-mana sendiri kaya gini" gumam nya. "Astaghfirullah " tiba-tiba Alya merasa ada yang menepuk pundak nya hingga ia hampir saja memukul orang yang membuat nya kaget itu. "Aduhh maaf ya reflek, untuk bisa direm nih tangan, lagian mas nya ngagetin sih" ucap nya. "Kamu anak baru ya ?" Terka pria yang kini ada di hadapannya.
Pria yang sangat rapi, wangi, tampan dan terlihat pintar karena memegang beberapa buku di tangan nya. "Emm oh iya, aku murid baru. Tapi bingung kalau harus keruang guru sendiri" jawab Alya seraya menatap dengan tatapan kagum kepada pria itu. "Ayo ikut aku, aku antar ke ruang guru" ucap pria itu menawarkan. Dengan senang hati Alya menerima tawaran itu. "Emm... Nama mas nya siapa ?" Tanya Alya di perjalanan menuju ruang guru, memecah keheningan antara mereka. "Jangan panggil mas. Aku nggak jualan cilok. Panggil aja Irzan" "oh, hehehe... Maaf. Aku Alya. Salam kenal" Alya menyodorkan tangan kanannya untuk bersalaman. Irzan menyambut tangan Alya dengan senyuman. Alya membalas senyuman itu "Aduuhh masuk kelas aja belum udah di suguin pemandangan seindah ini. Manis banget ngalahin gula aren. Ini nggak bikin diabetes kan ya ?" batin Alya menatap lekat wajah Irzan.

Sesaat kemudian mereka sampai di depan pintu ruang guru, Irzan pun pamit untuk masuk terlebih dahulu ke dalam kelas nya dan meninggalkan Alya. Alya menarik nafas dan mulai mengetuk pintu itu
"Tok tok tok. Permisi pak, bu" seru Alya
Seketika semua guru yang ada di dalam nya memandang seorang yang baru saja mengetuk pintu. Dan Salah satu wanita paruh baya yang duduk di dekat pintu beranjak menghampiri Alya yang masih berdiri mematung di depan ruangan.
"Bu" Alya langsung menyalami ibu guru tersebut "kamu anak pindahan yang dari Semarang itu ya ?" Tanya guru itu. "Nah nama saya Bu Tina, saya mengajar mata pelajaran sejarah" Bu Tina memperkenalkan diri "Iya bu, nama saya Alya" jawab Alya tersenyum. "Ayo ikut ibu. Pelajaran sudah mau dimulai juga ini" Alya mengangguk lalu mengekori bu tina menuju kelas barunya.
Beberapa saat kemudian Alya sampai di kelas nya, kelas 11B.
"Pagi anak-anak" sapa Bu tina seraya masuk kedalam kelas. "Pagi Bu" jawab murid-murid serentak. Seketika semua mata tertuju pada Alya yang berdiri di samping Bu tina. "Anak-anak, kalian punya teman baru. Perkenalkan dirimu al" ujar Bu Tina meminta alya memperkenalkan diri di hadapan teman-teman baru nya. "Hai semuanya. Perkenalkan nama saya Alya Syafaqila Amartha, biasa di panggil Alya, saya murid pindahan dari Semarang. Semoga kita bisa berteman baik. Terimakasih" Alya menutup perkenalan dengan senyuman. "Baik Alya, silah kan kamu cari tempat kosong untuk duduk ya. Ibu tinggal dulu" Alya mengangguk.
"Alya, sini sebelah ku" seorang gadis yang duduk di tengah melambaikan tangan dan memanggil alya untuk duduk di samping nya. Alya yang melihat, lalu mulai berjalan perlahan menuju bangku gadis itu. Meletakkan buku dan tas nya lalu berkenalan dengan sang gadis. "Hai, aku zira" uluran tangan zira disambut hangat oleh Alya. "Sepertinya kamu pendiam ya Al" terka zira. Alya hanya tertawa "belum tau aja aku aslinya kaya apa" batin Alya

****
Bel istirahat pun berbunyi, zira mengajak Alya untuk berkeliling melihat-lihat sekolahnya. Setelah itu mereka pun menuju kantin untuk membeli asupan energi. "Ternyata luas banget ya sekolah ini" ucap Alya. "Ya kalau sempit mah bukan sekolah namanya Al. Kos kosan itu" jawab zira asal. "Emm, eh Ra, kamu kenal sama yang namanya Irzan nggak ?" Tanya Alya sedikit kepo "Irzan ? Ohh... Itu kakak kelas kita, dia pinter, ganteng, ketua OSIS pula. Inceran cewek-cewek di sekolah dia tuh. Tapi katanya dia belum pernah pacaran makanya susah di deketinnya. Padahal banyak loh yang ngincer dia" jawab zira menjelaskan. "Owhh masa sih ? Tapi iya sih kelihatan"
"Tapi ya, ada satu lagi yang jadi inceran cewek-cewek disini. Dia satu kelas tau sama kita. Tapi kelakuannya berbanding terbalik sama si Irzan. Namanya Genta putra Pradipta. Ganteng, pinter, tapi nakal. Suka ikut tawuran dia. Ketua geng Orfamous. Tpi hari ini dia nggak masuk, paling bolos lagi" lanjut zira. "Orfamous ? Apaan tuh ?" Tanya Alya semakin penasaran. "Oramos itu geng orang-orang yang punya kekuasaan di sekolah ini. Isinya orang punya semua. Dan pemegang kekuasaan tertinggi ya bapak nya Genta
itu. Makanya senakal-nakalnya dia, dia nggak akan juga di keluarin dari sekolah ini" penjelasan zira membuat Alya penasaran dengan sosok Genta. Seperti tidak adil sekali jika benar dia senakal itu. "Wahh kok gitu sihh" "eh iya, dia juga jago berantem makanya cowok-cowok sekolah kita takut sama dia" imbuh zira.
"Ya elah, gitu aja ngapain sih pada takut. Harusnya di berantas orang-orang kaya dia itu" ucap Alya merasa jengkel.
"Tapi tadi kamu tanya kak Irzan. Kok kamu kenal ?" Kini zira yang berbalik penasaran. "Oh... Itu tadi aku ketemu dia di depan gerbang sekolah. Kan aku nggak tau di mana ruang guru nya jadi di anterin deh sama dia" jawab Alya sumringah. "Bau-bau nya nambah satu lagi nih fans kak Irzan" ucap zira menggoda seraya tersenyum. "Ihh apaan sihh Ra..." Alya tersenyum sipu. "Tuh kan pipi nya merah" goda zira lagi. Alya menepuk pelan lengan zira karena merasa malu. "Eh udah mau bel nih, yuk kekelas" ajak zira. Alya mengangguk setuju. Mereka pun beranjak menuju kelas.

Meraih CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang