Sang Ketua Geng

0 0 0
                                    

Ke esokan harinya, Alya berangkat bersama ayah nya mengendarai mobil. Namun Alya meminta hanya sampai di depan gerbang sekolah saja. "Kenapa sih ? Kok sampai gerbang ? Nggak sekalian masuk aja Al ? Kan masih jauh itu" tanya ayah bingung. "Oh oh, nggak usah yah. Sampai sini aja. Emm biar olahraga gitu" jawab Alya beralasan. "Halah, olahraga apanya. Kalau hari libur aja tidur sampai siang malas bangun kok gaya banget mau olahraga" ucap ayah. Alya hanya tertawa kecil. Karena apa yang ayahnya bilang adalah hal yang benar adanya.
Setelah sampai di depan gerbang, Alya berpamitan dengan sang ayah lalu turun dari mobil. Sebenarnya alasannya adalah berharap ia akan bertemu dengan sang ketua OSIS idolanya lagi. "Bey yah, hati-hati" ucap Alya seraya melambaikan tangan. Ia memandang Mobil ayah melaju semakin jauh darinya. "Okey, saat nya masuk. Semoga bertemu lagi dengan pangeran" bisik nya berharap.
Baru saja beberapa langkah memasuki gerbang sekolah, ada beberapa kelompok pria yang mengendarai motor CBR melewati dirinya. Salah satu dari mereka tak sengaja menyenggol lengan Alya hingga ia hampir terjatuh. Untung ia dapat menyeimbangkan badannya. "Woy... Kurang ajar, berhenti Lo...!!" Jerit Alya. Ia lalu berlari menghampiri pria yang baru saja menyenggol nya "woy... Turun Lo !! Minta maaf nggak ? Sakit nih lengan gue." Protes Alya yang kini telah berada di samping pria yang baru saja menyenggol nya. Pria itu seketika berhenti ketika ia mendengar jeritan Alya. Teman-teman nya pun ikut berhenti di samping pria itu.
"Minta maaf nggak Lo !" Ucap Alya lagi. Pria itu menoleh ke arah Alya, masih menggunakan helm dan berada di atas motor nya pria itu menjawab dengan santay "siapa ya ? Nggak kenal. Apa Lo mau kenalan sama gua ? Atau minta tanda tangan ?" Semua teman-teman nya tertawa karena ucapan pria itu.
"Dihh siapa Lo PD banget tuh mulut ngomong nya. Minta maaf Lo sama gue, sakit nih lengan gue..." Alya mulai jengkel, menurut nya apa susahnya sih tinggal minta maaf doang ?
"Salah Lo sendiri, udah jalan kaya siput, di tengah-tengah lagi. Untung cuma kesenggol. Coba kalau sampai ketabrak" jawab pria itu "hihh... Udah salah malah nyalahin gue. Turun loo !!" Seru Alya makin jengkel. Pria itupun mengikuti permintaan Alya untuk turun dari motor nya, dan sesaat kemudian "braakk" motor pria itu terjatuh. Tanpa kata-kata Alya langsung memutar badan nya lalu pergi dari sana. Pria dan teman-temannya menatap kepergian Alya dengan tatapan marah. Pria itu tak menyangka ada seorang wanita yang berani-beraninya menendang motor kesayangannya "wah gila tuh cewek. Berani banget nyari masalah sama kita" "iya, motor kesayangan Lo bro. Baret semua ini" ucap teman-teman pria itu, tak percaya dengan apa yang baru saja mereka lihat. "Belum tau dia sedang berhadapan sama siapa, tunggu aja nanti" gerutu pria itu. Tangan nya mengepal dengan raut wajah sangat marah.
Di tempat lain, ada 3 wanita yang ternyata diam-diam memperlihatkan dari jauh saat Alya dan pria itu mertengkar. Tatapan yang mereka tunjukan adalah tatapan tidak suka atau tatapan kebencian.

*Didalam kelas*

Alya yang sudah duduk dan siap untuk belajar, menanti kedatangan guru mapel bahasa Inggris seketika matanya terbelalak karena melihat pria tadi yang berdebat dengannya masuk kedalam kelas yang sama dengan nya. "Dia kan yang tadi ? Kok masuk ke kelas ini sih ? Kemarin dia nggak ada deh disini" fikir Alya heran. Mata mereka bertemu walau dengan tatapan sinis. Pria itu berjalan melewati Alya seraya terus melirik ke arah Alya. Tak di sangka pria itu duduk tepat di belakang Alya. "Hah, heh, kok duduk dibelakang ku sihh" ucapnya pada dirinya sendiri. Sedetik kemudian setelah pria itu duduk, ia menendang kursi Alya beberapa kali hingga Alya merasa sangat tidak nyaman. Alya menoleh kebelakang lalu menggebrak meja pria itu "heh, bisa diem nggak kaki Lo. Belum pernah ngerasain di iket pake tali tambang apa ?" Ucap Alya jengkel. Pria itu menjulurkan lidah nya meledek Alya yang sedang marah. "Welcome to the beginning of the game" kata pria itu dengan senyuman peringatan. "Gue nggak takut sama orang modelan curut kaya Lo" setelah mengatakan itu, Alya langsung membalikkan badan nya kembali menghadap kedepan. Setelah itu guru pun masuk kedalam kelas.

"Jam istirahat telah tiba !! Istirahat telah tiba. Teng teng teng..."

Bel istirahat akhirnya berbunyi, perut Alya sudah sangat merasa kelaparan. "Ayo Ra, udah keroncongan nih perut ku" Dengan cepat Alya menarik tangan zira membawanya menuju kantin sekolah. Tanpa Alya sadar, ternyata Tatapan pria itu tak lepas dari nya yang meninggalkan ruang kelas.

Di kantin, mereka sudah memesan makanan lalu duduk di kursi kosong dekat jendela. "Eh Ra, itu tadi yang duduk di belakang ku siapa sih ? Songong banget." Ucap Alya memulai pembicaraan. "Nah ituu... itu dia yang namanya Genta" jawab zira membara. "Masa tadi pas berangkat aku sempet di senggol pake motor tau. Nih, rada biru lengan ku" Alya mulai mengadu "heh... Kamu nggak papa kan tapi ?" Tanya zira khawatir. "Iya nggak papa sih. nggak mau minta maaf juga ih tadi dia nya. Ya udah aku tendang aja motor nya sampe jatuh" lanjut alya, seketika zira tercengang tak percaya, wajahnya berubah tegang "hah ? Apa ? Aduhh Al... Itu buruk sih sumpah, bisa-bisa kamu bakal jadi inceran mereka tuhh, karena kamu udah berurusan sama mereka" terang zira seraya menunjuk 4 pria yang duduk di pojok kantin. "Lah urusan ku kan cuma sama tuh curut satu. Bukan sama mereka" jawab Alya ngeyel "ya sama aja, kalau kamu berurusan sama salah satu dari mereka, kamu bakal berurusan sama mereka semua" jelas zira. Tak ada rasa takut ataupun khawatir di wajah Alya. Ia malah merasa penasaran dengan orang-orang yang zira tunjuk.
"Nih ya aku kasih tau ke kamu. yang di sebelah kanan Genta, namanya Arkhan jago olahraga dan punya badan atletis serta orang tuanya punya 2 perusahaan besar di kota ini, yang sebelah kirinya itu namanya Farikh pintar dalam bidang menghitung, apalagi kalau harus menghitung uang, beuuhhh paling jago dia, dia juga care sama temen. Orang tuanya punya hotel bintang 5, anak tunggal pula. Dan yang terakhir itu Darin, dia paling pendiem, cool dan masa bodoh. Tapi kalau soal gebukin orang, dia jagonya. Orang tuanya punya 3 restoran terbesar. Pelengkap nya ya Genta. Dia yang paling serba bisa di antara mereka bertiga. Otak nya jernih banget kaya mata air pegunungan" zira menjelaskan panjang lebar. "Tapi kalau mereka geng, kok nggak sekelas mereka ?" Tanya Alya "Enggak tau juga sih ya. Tapi dari dulu emng mereka nggak pernah satu kelas tuh" jawab zira
Alya hanya mengangguk.

Tak lama kemudian, alya melihat Irzan yang berjalan menghampiri mereka dengan membawa semangkok bakso kantin. Memang saat itu kantin sangat penuh, hingga sangat sulit untuk mendapatkan tempat duduk. Hanya meja Alya yang masih longgar. Perasaan grogi itu kembali menimpa diri Alya. Jantungnya pun mulai berdegup kencang. "Aduhh, jantung kuu... Aman nggak nih ? Kok gini sih rasanya. Nggak akan bikin aku jantungan kan ya ini ?" Gumam Alya dalam hati. Tatapan nya tak lepas dari Irzan, dari pertama ia memesan makanan sampai Irzan berdiri tepat di hadapan nya sekarang. "Hai Alya, aku boleh ikut gabung disini ?" Pinta Irzan. "Oh ah, emm iya iya boleh kak, duduk aja" jawab Alya terbata-bata. Zira yang melihat tingkah Alya tersenyum jail. "Iya kak duduk aja. Alya pasti senang banget kakak bisa duduk bareng kita" timpal zira menggoda Alya. "Ihh apaan sih raa" pipi Alya mulai memerah merasa sangat malu karena ucapan zira itu. "Kakak kok sendirian ?" Tanya Alya memberanikan diri untuk memulai percakapan. "Iya, aku lebih suka sendiri" jawabnya singkat. Alya mengangguk pelan. "Disini ada ekstra musik nggak kak ?" Tanya Alya lagi "oh ada. Kamu bisa bermusik ?" Tanya Irzan "Emm... Kalau main alat musik sih enggak kak, cuma aku suka menyanyi" jawab alya. "Ohh ya udah gabung aja. Band sekolah kayanya kurang vocal deh. Bisa lah nanti di coba yah" Alya merasa senang mendengar itu. Karena Alya memang ingin sekali menyalurkan hobi nya itu. "Ehh Al, padahal aku tau loh jawaban nya. Tapi kenapa kamu nggak pernah tanya itu sama aku ?" Tanya zira tak terima. "Ini bukan soal pelajaran ya Ra. Lagian aku tanya ke kak Irzan kan memang karena dia ketua OSIS. Pastilah lebih tau dari kamu" jawab Alya beralasan. "Ya udah besok kamu coba keruang musik ya setelah pulang sekolah. Minta antar teman mu ini supaya nggak nyasar ke ruang musik nya" ucap Irzan bersemangat. "Okey kak" jawab Alya tersenyum.

Meraih CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang