Chapter 5

360 44 22
                                    

Gemuruh di langit menemani mendung yang tiba-tiba merundung kota ketika mobil yang dikendarai Bintang Argawinata sampai di gerbang rumah kediaman keluarga Primawan. Waktu tempuh perjalanan yang dibutuhkan ternyata molor lama tak sesuai prediksi Arjuna karena mobil Bintang sempat tertahan macet akibat kecelakaan tunggal yang melibatkan sebuah bus karyawan yang supirnya dalam keadaan mabuk. Alhasil di jam sepuluh malam mereka baru berhasil pulang.

"Ya udah." Ujar Arjuna ambigu ketika mesin mobil dihentikan.

Di sampingnya, Bintang hanya melirik sekilas tak peduli. "Ya udah?" Memang mau apa lagi? Harusnya Arjuna turun kan? Bukannya sudah sampai? "Ngapain lagi?"

Decakan tertahan terdengar dari si guru manis. "Ini Hisyamnya gimana, ege??" Setengah berbisik, menunjuk bocah di pangkuan yang lelap memeluk pinggang Arjuna sambil menempelkan pipi di dada gurunya.

Bintang memutar matanya. "Turunin aja biar duduk sendiri di situ."

"Heh?? Nanti kebangun gimana? Kasihan tau." Tolak Arjuna.

"Alah, ribet. Terus gimana?"

"Lo pangku sebentar, nih." Dengan memutar badan ke arah Bintang, Juna coba mengulurkan Hisyam. Menyerahkan si bocah untuk bergeser ke pangkuan pamannya dengan hati-hati.

Bintang yang cukup kaget tetap menuruti Arjuna. Tentu saja tak mau mengelak dan menyebabkan Hisyam jatuh ke bawah jok, karena jelas gajinya akan dipotong Yongki sampai 50% karena kecerobohannya.

"Ssssstttt, bobok aja sayang." Bisik Arjuna masih sambil hati-hati bergerak, mengecup puncak kepala si balita.

"Kebo banget emang." Komentar Bintang. "Udah buruan."

"Iya, sab ...."



DUUAAARR

Suara petir menyela. Membuat Juna dan Bintang yang sama-sama kaget jadi tak sadar saling memajukan badan dengan masih ada Hisyam di tengah-tengah. Tapi tinggi Hisyam yang tak seberapa masih mampu diterjang keduanya, menjadikan sisi depan kepala tersebut jadi menempel tanpa jengkal jarak barang sehasta.

Cuppp

Dua pasang kelopak ranum saling menempel. Sama-sama membuka mata bahkan teramat lebar karena rasa kaget, tapi dalam dada jantung mereka ribut sekali berdetak tak karuan sehingga membawa banyak darah ke wajah yang merubah warnanya semakin merah.

"Eunghh.. Uncle.. hiks..."

Deg.

Beruntung Hisyam yang terbangun karena suara petir bisa jadi penengah antara dua pemuda yang kini saling menjauhkan badan dengan aura canggung dan bingung yang meraja.

"Eh, Hisyam jangan nangis." Ujar Juna mencoba mengurangi kikuk, mengusap kepala Hisyam yang sudah berpindah ke pangkuan Bintang.

"Diem Cil, udah ditunggu Amma di rumah nih, kalau masih nangis nanti Amma balik pergi lagi." Ternyata ancaman sang paman lebih didengar. Hisyam menghapus kasar sisa air matanya dan menatap Juna dengan setengah nyawa.

"Pinternya. Kak Juna turun dulu ya. Terimakasih banyak Hisyam udah anter Kak Juna pulang. Sampai ketemu besok pagi ya, jagoan. Bye-bye." Atjuna bersyukur tak gagap saat berbicara, walau matanya menghindar dari sorot tajam Bintang. Lalu keluar begitu saja setelah berpamitan dengan muridnya.

"Lah, gitu doang Cil?"

"..........." Wajar kan kalau Hisyam tak paham apa maksud pertanyaan pamannya?

"Makasihnya sama lu doang? Dih, orang yang nganter gue???"

Ah, butuh terimakasih? Yakin cuma terimakasih? Setelah kecup tak sengaja Juna membuat hatinya bergemuruh heboh sampai sekarang?

BINTANG ARJUNA (Boys Love, Mpreg)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang