Chapter 4

329 48 23
                                    

Arjuna Eka Primawan terlahir dalam sebuah keluarga sederhana yang membesarkannya dengan penuh kehangatan. Ayahnya seorang pengawas SD yang masih bertugas hingga sekarang, sedang Ibunya adalah seorang mantan guru TK juga yang berhenti bertugas di umur Juna yang ke-tujuh karena merasa keluarga lebih membutuhkannya.

Menjadi tunggal di tengah keluarga berkecukupan tak membuat Juna kelewat manja atau semacamnya. Selepas lulus sarjana ia melanjutkan harapan orang tua untuk bekerja di bidang pendidikan pula, mengabdi di PAUD Harapan Bangsa. Selain itu beberapa pekerjaan sambilan juga sering diambil si manis seperti menjadi guru les privat baca tulis, menjadi tutor untuk pendidikan paket A hingga paket C, serta menjadi MC di beberapa acara pesta anak-anak.

Maka tak heran sudah sejak sore tadi Arjuna berada di rumah mantan muridnya yang sekarang sudah berada di kelas dua SD karena diminta bantuan menjadi MC untuk acara ulang tahun si bocah. Acara yang berlangsung sejak jam empat sore itu berakhir hingga pukul enam. Menyisakan Juna yang ditahan sejenak oleh keluarga Samuel- nama si bocah, untuk sekedar dijamu makan malam dan diberi bingkisan serta uang terimakasih. Tak ayal hingga jam tujuh lebih Juna baru bisa pulang.

Jika biasanya kemana-mana si guru muda lebih suka menggunakan bus sebagai sara transportasinya, tapi malam ini sepertinya tak ada bus yang lewat area komplek mewah macam rumah Samuel. Oleh karena itu Juna lebih memilih menggunakan jasa ojek pangkalan yang mangkal di ujung komplek.

"Baru ngelesin, Mas?" Si tukang ojek yang menggunakan motor Beat hitam metalic coba membuka pembicaraan di tengah hening perjalanan. Melirik persona manis Arjuna yang sudah tak asing wara-wiri kompleknya untuk mengunjungi rumah murid-murid les si guru muda.

Menggeleng setengah menahan kantuk, sang Primawan mengerjap. "Eh, enggak Pak. Habis dari rumah Samuel, ulang tahun."

"Samuel yang anaknya bos kontrakan itu ya?"

"Iya kali, saya nggak begitu tau Pak." Lagian buat apaan gue kepo nanya-nanya kerjaan bokapnya?

"Kemaren viral tuh Mas katanya di kontrakannya ada ketemu mayat cewek di dalem lemari. Ternyata dibunuh suaminya karena nggak mau diajak awikwok."

"Awikwok?"

"Iya, skidipapap sawadikhap Mas. Masa nggak tau?"

Ya tau lah tapi nggak nyangka aja diajak ngobrol tukang ojek masalah beginian.

Membatin tak terima, nyatanya Juna hanya senyum formalitas saja sebagai jawaban. Memilih kembali diam mengalihkan tatap pada deret pertokoan yang mulai tutup ketika ia melewatinya, sembari tangan lentiknya meremas tali paper bag di pangkuan berisi bingkisan dari rumah Samuel, si anak juragan kontrakan.

Sampai di lampu merah pertigaan sebelum motor si tukang ojek yang harusnya belok kanan terpaksa berhenti kalau tak mau kena tilang, sebuah suara nyaring dari telfon genggam si lelaki beristri mengganggu ruang dengar Juna dan beberapa pengendara di dekat mereka.

"Angkat aja, Pak." Ujar Juna karena merasa risih ditatap sekitar dengan suara notifikasi panggilan yang kelewat keras bak sirine peringatan bencana.

Si tukang ojek menoleh sungkan. "Eh, iya Mas. Bentar, bentar, habis ini minggir dulu ya saya terima telfon."

"Hm."

Tak lama motor kembali melaju setelah lampu hijau menyala. Hanya berapa meter karena langsung berhenti di tepi jalan untuk memberi kesempatan si tukang ojek menerima panggilan.

"Halo, Mah. Kenapa?"

"............"

Toleh kanan kiri sok acuh, Juna cota tak ikut curi dengar sambungan jawab dari seberang.

BINTANG ARJUNA (Boys Love, Mpreg)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang