Disclaimer : Cerita ini adalah fiksi dan murni berasal dari fikiran penulis. Seluruh adegan dan pemeran disesuaikan dengan kebutuhan penulis, dan jika ada kesamaan nama atau tokoh yang dipakai, itu adalah sebuah kebetulan. Credits untuk seluruh gambar yang digunakan berasal dari Pinterest. Be wise and don't put a hate into the character.
Don't forget to VoMent
Happy Reading!!!***
Semilir angin sore ini menyiarkan suara petikan merdu dari gayageum yang dimainkan oleh salah satu pangeran berharga keturunan raja Yeongjo. Di anjungan Hyanwonjeong yang menghadap langsung ke arah kolam Hyangwonji, tiga sosok berbeda usia berkumpul sambil menikmati musik juga cemilan. Para dayang dan pengawal yang bertugas menjaga mereka pun berada di sekitar, ikut menikmati waktu santai tuan mereka.
Partisi-partisi berat yang terbuat dari kayu terbaik itu sengaja dibuka lebar-lebar agar angin segar awal musim gugur bisa mereka rasakan tanpa terhalang apapun.
"Orabeoni, tolong mainkan lagu yang ceria untukku. Sejak tadi aku bosan karena lagu yang kau mainkan terdengar sangat pelan dan menyedihkan." protesan yang Yojung lemparkan sontak menimbulkan dua reaksi berbeda dari kedua kakaknya.
*Orabeoni : panggilang perempuan muda pada laki-laki yang lebih tuaPangeran Eun yang sore ini sengaja mengajak pangeran Hwan dan juga adik termudanya untuk bersenang-senang pun tertawa hingga matanya hampir hilang menutup. Senyum indahnya mengembang dan berhasil membuat beberapa dayang bergetar karena sadar, bahwa pesona yang dimiliki oleh tuan mereka terlalu indah untuk bisa dimiliki.
Sementara itu, Hwan yang sejak tadi sibuk dengan makanannya pun mendelik pada sang adik sambil terus mengunyah.
"Oho! Yojung ongju, mintalah yang sopan pada kakakmu. Kau tidak lihat? Jari-jari hyung-nim sudah terlihat memerah karena memainkan musik untuk kita." tegurnya sok dewasa. Biasanya jika sedang bersama kakak laki-lakinya yang lain, Hwan selalu menjadi si bungsu yang harus selalu menurut jika dinasehati. Tidak ada pilihan lain. Ia hanya bisa bersikap sok tegas dan dewasa hanya kepada satu-satunya adik perempuannya itu.
"Tapi kan aku hanya---"
"Ck ck ck, adik tidak mau mendengar nasihat ku ya? Mau kakak hukum huh?" Eun semakin terkekeh ketika melihat bagaimana mata kecil Hwan melotot ke arah adiknya yang sudah menunduk dan terlihat akan menangis. Kalau sudah begini, dijamin sebentar lagi Hwan akan ketakutan karena seperti yang sudah-sudah, Yojung akan benar-benar menangis dan membuat keributan.
"Aku tidak suka karena tidak memiliki saudara perempuan untuk diajak bermain lagi. Sejak Sieun unnie tidak ada di istana, aku jadi kesepian. Hwan orabeoni selalu saja memarahiku, dasar menyebalkan! Kakak laki-laki membosankan!" benar saja, Hwan langsung tersentak saat Yojung mengangkat wajahnya dengan mata yang sudah terlihat lembab hampir menangis.
"I---itu aku kan hanya---menasehati. Hyung-nim, bantu aku." cicit Hwan minta bantuan.
"Ongju, jangan menangis. Rasanya sedih sekali saat kau bilang tidak menyenangkan memiliki kami."
"Bukan begitu, tapi---aku kesal diomeli terus oleh Hwan orabeoni. Hanya karena Sieun unnie sedang tidak ada disini untuk membelaku, Hwan eorabeoni jadi lebih sering memarahiku."
"Kalau begitu, biar orabeoni mainkan lagu yang kau mau saja, ya?" masih dengan wajah yang tertekuk kesal, Yojung menggeleng lalu berdiri dari duduknya sambil menghentakkan kaki-kaki pendeknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Back To Joseon
Fiksi PenggemarLalisa sebagai aktris pendatang baru dibuat pusing dengan tawaran untuk mengambil peran dalam sebuah film garapan seorang sutradara terkenal, yang karakter perannya sangat amat berbeda dengan karakter dirinya. Dengan terpaksa dan penuh tekanan, Lali...