8.(jangan pergi!)☁️💙

49 4 0
                                    

Selamat membacaa

Rara mengerjapkan matanya menyesuaikan cahaya yang ada di kamar nya

"Kok aku bisa di kamar, semalem kan aku ada di kamar tamu" gumam Rara bingung
"Tok tok!" Suara ketokan di pintu kamar Rara membuat Rara membuka pintu nya

"Kakak?" Gumam Rara
"Kamu hari ini gausah sekolah dulu" ucap sang kakak
"Emang nya kenapa? Aku masih sehat kok" ucap Rara
"Muka kamu banyak luka lebam yang harus diobati Rara" ucap sang kakak
"Ini sarapan dulu, habis itu minum obat nya kakak mau siap siap kerja dulu" ucap sang kakak sembari memberikan piring dan gelas yang sudah terisi

"Iya kak hati hati kerjanya" ucap Rara
"Kakak kenapa berhenti?" Tanya Rara karena kakaknya yang tadinya yang hendak melangkah keluar dari kamar nya tiba tiba berhenti, tanpa aba aba sang kakak berbalik lalu memeluk erat adiknya

"Maafin kakak ya Ra, coba aja kakak pulang lebih awal pasti kakak bisa lindungin kalian dari ayah" ucap sang kakak sembari menangis didalam pelukan itu

"Ngga papa kok kak lagiankan ini bukan yang pertama kali nya buat aku" ucap Rara mengelus kepala sang kakak
"Yaudah kakak pergi kerja dulu, kakak titip mamah ya Ra kalo ada apa apa langsung telfon kakak aja" ucap sang kakak
"Iya kak, semangat kerja nya!" Ucap Rara menyemangati kakak nya, dan kakak nya hanya tersenyum lalu pergi

Siang hari

"Tok tok tok!" Rara mengetuk pintu kamar sang ibu
"Mamah! Ayo makan siang dulu" ucap Rara sedikit berteriak agar terdengar oleh sang ibu
"Ceklek!" Pintu terbuka, ibu nya langsung memeluk Rara dengan erat sembari menangis

"Maafin mamah ya Ra" ucap sang ibu
"Mamah ngga perlu minta maaf, mamah ngga salah" ucap Rara sembari mengusap air mata yang keluar dari mata sang ibu
"Mamah sayang sama kamu Ra" ucap ibu nya

"Rara juga sangat sangat sayang sama mamah" ucap Rara dengan tersenyum, di senyuman Rara itu bisa ibu nya lihat bahwa disenyuman itu terlihat beribu ribu kekejaman sang suami nya yang hanya bisa Rara tahan saja

"Mamah selama ini nyusahin kamu ya?" Tanya ibu nya
"Mamah ngga pernah nyusahin aku, selama ini aku yang nyusahin mamah, disaat aku lahir mamah mempertaruhkan nyawa mamah demi aku" ucap Rara

"Mamah minta maaf ya Ra selama ini belum bisa jadi orang tua yang baik buat kamu" ucap sang ibu
"Mamah itu orang tua yang paling baik dan yang paling aku sayangi jadi jangan mikir kaya gitu ya?" Ucap Rara
"Mending kita makan siang aja ya? Mamah juga butuh tenaga, mamah jangan pikirin aku kata mamah aku itu anak yang kuat kan?" Ucap Rara

Setelah makan siang selesai hingga sore ini Rara belum melihat ibu nya keluar dari kamar sama sekali, dengan berhati hati Rara mengetuk pintu kamar ibu nya
"Tok tok tok!"

"Mamah?" Panggil Rara dari luar kamar
Lalu Rara mendorong pintu kamar tersebut yang ternyata tidak di kunci

Deg!....

Betapa terkejutnya Rara saat membuka pintu kamar sang ibu, rasanya jantung Rara berhenti dan dadanya yang tiba tiba sesak serta air mata nya yang turun begitu saja

"MAMAH!!!!" teriak Rara dengan berlari ke arah ibu nya yang tak sadarkan diri dengan luka sayatan yang ibu nya buat sendiri di tangan serta leher nya

"MAMAH GA BOLEH TINGGALIN RARA!" teriak Rara dengan air mata yang begitu deras

"RARA MASIH BUTUH MAMAH!!, MAMAH BANGUN!" teriak Rara dengan menggoyangkan tubuh sang ibu yang ada di pangkuan nya berharap sang ibu merespon

"MAMAH GA BOLEH PERGI SEBELUM RARA!" ucap Rara sembari memeluk sang ibu yang penuh darah

Dengan terburu buru Rara mengambil ponsel nya lalu menelfon kakak nya berharap kakak nya mengangkat telfon nya namun telfon kakak nya sedang tidak aktif, lalu Rara mengangkat ibu nya yang bersimbah darah menaiki mobil nya dengan cepat Rara mengendarai mobil nya ke rumah sakit

"mamah harus kuat, mamah pernah bilang sama Rara kalo mamah ngga akan ninggalin Rara" ucap Rara lirih

beberapa kali Rara menoleh ke belakang melihat keadaan ibu nya
Tiba tiba mobil yang di kendarai nya mogok di jalan yang terguyur hujan deras serta petir

"Mamah tetap bertahan ya?" Ucap Rara lalu keluar dari mobil mencari pertolongan

Rara melihat sekeliling ternyata tidak ada seorang sekalipun, Rara berlari kesana-kemari tak memperdulikan badan nya yang basah kuyup akibat hujan yang mengguyur nya karena yang dipikiran nya sekarang adalah bagaimana caranya agar sang ibu bisa tiba di rumah sakit tepat waktu

"Rara!" Panggil seorang pemuda
Rara pun menoleh keasal suara
"Jay!, Jay tolong gue plis tolong gue" ucap Rara sembari menangis
"Lo kenapa? Kenapa hujan hujanan?" Tanya Jay
"Itu ga penting, sekarang gue minta tolong sama Lo buat anterin mamah gue ke rumah sakit sekarang!" Ucap Rara

"Cuma Lo harapan terakhir gue Jay" ucap Rara dengan lirih
"Dimana mamah Lo?" Tanya Jay sembari menyeka air mata serta air hujan yang mengguyur Rara
"Di mobil, cepetan bawa mamah ke rumah sakit sekarang" ucap Rara

"Oke oke, sekarang Lo pake jaket gue dulu" ucap Jay sembari melepaskan jaket yang di pakai nya

Lalu Jay membuka pintu mobil Rara dan ia terkejut karena melihat ibu teman nya yang bersimbah darah, Jay pun segera memindahkan nya ke mobil nya

Lalu mobil Jay membelah kota dengan cepat, didalam mobil bisa jay lihat Rara melepaskan jaket miliknya yang di berikan pada Rara lalu menaruh jaket itu ke tubuh ibu Rara serta memeluk tubuh ibu nya

"Mamah pasti kuat, tetap bertahan demi aku ya?" Tanya Rara pada ibu nya yang tidak sadarkan diri dengan lirih, Jay yang melihat itu hanya bisa diam dan teringat akan ibu nya

Tiba dirumah sakit, ibu Rara langsung di tangani oleh dokter

"Lo udah makan Ra?" Tanya Jay
"Belum" jawab Rara
"Mending Lo sekarang makan dulu, nyokap Lo pasti sembuh kok" ucap Jay meyakinkan

"Gue mau disini aja nunggu mamah" ucap Rara dengan tatapan nya yang tertuju pada ibu nya yang sedang di tangani oleh dokter
"Gue beliin makan aja ya Ra, Lo tunggu disini" ucap Jay

Tak lama Jay datang dengan membawa makanan di tangan nya

"Ini Ra makan dulu, Lo harus punya tenaga" ucap Jay
"Makasih ya Jay" ucap Rara
"Iya Ra santai aja" ucap Jay

Banyak pertanyaan di otak Jay, namun Jay tidak mempertanyakan nya sekarang karena yang lebih penting adalah ibu teman nya itu harus pulih

"Ceklek!" Pintu UGD terbuka menampilkan dokter dengan tatapan yang tidak bisa di artikan

Bersambung...

-14 Agustus 2024

Cinta Pada Orang Yang Salah (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang