Chapter 07 : The Past Never Dies

7 5 0
                                    

Perkataan Okaasan yang terus terngiang di benak (y/n) membuat luka dalam dirinya terasa kembali menganga dan bahkan rasanya seperti bertambah banyak.

Perlahan tapi pasti (y/n) lagi-lagi berusaha menenangkan dirinya dengan mengatur nafasnya, ia tidak mau berakhir pingsan di acara seperti ini.

Belum sempat (y/n) berhasil menenangkan dirinya, ia sudah lebih dulu dikejutkan dengan kehadiran seorang pria yang merupakan bintang acara pada malam ini.

"Tetsu..." Gumam (y/n) begitu pelan.

"Aku tidak menyangka kau akan datang."

Nada bicara Kuroo yang biasanya terdengar begitu hangat dan sesekali terkesan menyebalkan di telinga (y/n), entah sejak kapan berubah menjadi begitu dingin dan menyesakkan.

"Bukankah ini yang kau harapkan?"

"Entahlah, rasanya begitu membingungkan."

"Begitupula dengan aku tetsu.. Kau kira aku melepaskanmu dengan mudah?"

"Selamat atas pernikahanmu." (y/n) berucap sembari tersenyum, berusaha menahan buliran air mata yang sejak tadi mendorong untuk segera dikeluarkan.

Kuroo menatap gadis ini dengan tatapan penuh luka, ia tidak ingin mendengar ucapan selamat dari satu-satunya gadis yang begitu ia cintai.

"Hentikan itu (y/n), aku tidak berharap mendengarnya darimu." Kuroo mengucapkannya sembari membuang muka ke arah lain.

"Dan kenapa juga kau harus datang bersamanya?"

"Osamu-san maksudmu?"

"Hn, kalian terlihat sangat akrab hingga menghadiri pesta ini bersama."

(y/n) terdiam, ia tidak mampu menjawab ucapan Kuroo. Dalam benaknya, sedikit kesalahpahaman tidak akan berpengaruh besar apalagi mengingat hubungan mereka yang seperti ini sekarang.

"Seperti biasanya, kau selalu lebih memilih diam daripada repot-repot menjelaskannya."

"Tetsurou..."

"Aku memberitahumu kenyataan (y/n), kau tidak suka repot-repot menjelaskan semuanya. Jika menurutmu itu tidak akan berguna dan tidak berpengaruh kedepannya, kau akan lebih memilih diam dan membiarkan semuanya terjadi, tidak peduli kesalahpahaman apa yang akan datang."

Penuturan Kuroo membuat (y/n) lagi-lagi terdiam membisu, semua perkataan Kuroo memanglah benar. Ia seringkali lebih memilih diam tanpa mau bersusah payah menjelaskan apa yang terjadi, bahkan jika itu ada di benaknya (y/n) juga lebih memilih menyimpannya.

"Kau tidak bisa terus seperti itu (y/n)."

"Mou ii tetsu..."

"Tolong, katakan walau itu hanya satu kalimat. Jelaskan, walau pada faktanya kau membenci dan tak ingin membahasnya."

(y/n) semakin menunduk dalam-dalam, ia tidak suka situasi seperti ini. Siapa saja tolong selamatkan dirinya dari amarah Kuroo dan pandangan orang-orang sekitar yang mulai memperhatikan mereka.

"Kalau kau terus bersikap seperti itu, orang-orang di sekitarmu tidak akan mengerti apa yang kau inginkan (y/n)."

Tubuh mungil (y/n) tanpa sadar mulai bergetar, seperti yang sudah-sudah percakapan dengan Kuroo akan selalu berakhir seperti ini sejak malam itu. Keduanya hanya akan saling menyakiti satu sama lain setiap kali mereka bertemu dan berbicara empat mata.

"K-kau t-idak akan me-ngerti bagaimana rasanya." Dengan terbata-bata gadis ini berusaha untuk menjelaskan, tapi Kuroo sepertinya tidak peduli.

"Tentu saja aku tidak mengerti, kau bahkan tidak menjelaskan sedikitpun padaku (y/n)! Apa yang harus aku mengerti dari ketidakjelasan ini? Aku terus mengikuti alurnya berpikir kau akan menjelaskannya seiring dengan berjalannya waktu, tapi pada akhirnya tidak ada yang berubah sama sekali."

𝙃𝙞𝙧𝙖𝙚𝙩𝙝 (𝙈𝙞𝙮𝙖 𝙊𝙨𝙖𝙢𝙪 𝙓 𝙁𝙚𝙢! 𝙍𝙚𝙖𝙙𝙚𝙧)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang