03

226 54 1
                                    

Jaejoong tersenyum, menyajikan makanan penuh cinta yang ia buat secara khusus. Tidak lupa memberikan kecupan lembut dibibir pria itu, "Makanlah... Mungkin ini adalah makanan terakhir yang bisa ku masakkan untukmu." Dan juga ciuman terakhir antara mereka.

Bahkan ketika bibir mereka bersentuhan, tidak ada lagi getaran itu, tidak ada lagi perasaan berdebar-debar. Hambar dan getir. Ciuman yang seharusnya manis justru terasa sangat pahit.

Melirik beberapa koper dan kotak kardus besar yang sudah dikepak dan siap diangkut, Jaejoong tidak bisa tidak menghela napas, "Setelah kau pergi, aku akan menyewakan tempat ini. Jadi lebih baik jangan datang kemari lagi." Ucapnya. Jaejoong sengaja pulang ke rumah yang selama ini ditinggalinya sejak kuliah untuk membereskan dan membersihkan tempat itu.

Unit ini adalah hadiah yang diberikan ayahnya pada saat ulang tahunnya yang ke-18. Karena rasa bersalah ayahnya, orang tua itu membelikan satu lantai penuh sebagai hadiah sehingga ia tidak memilki tetangga dilantai ini.

"Disewakan? Siapa yang menyewa?" ia menatap Jaejoong dengan linglung.

"Seorang kenalan. Istrinya baru saja melahirkan dan membutuhkan rumah yang lebih besar. Aku menawarkan rumah ini dan kami sudah menandatangani kotrak. Disewa selama 3 tahun, Lusa mereka akan pindah kemari." Ucap Jaejoong.

"Bukankah terlalu tergesa-gesa untuk mengusirku?" pria tampan tersebut menatap Jaejoong penuh arti.

Jaejoong tersenyum, menuangkan infuse water untuk dirinya sendiri, mengamati irisan lemon dan mentimun yang mengambang naik turun didalam air penuh minat. "Bukankah kau yang mengusirku dari hidupmu dengan tergesa-gesa? Lagi pula kau sudah mengepak barang-barangmu tanpa ku minta. Bukankah kau sebenarnya sadar diri?"

Pria tersebut menghela napas, "Jae..."

"Mari menempuh jalan masing-masing dan jangan saling mengganggu..."

"Ku mohon..." ia memelas.

"Bulan depan kita akan menjadi saudara ipar, tidak bisa lagi memanggil nama sesuka hati." Jaejoong mengingatkan, senyumnya seindah musim semi.

ᴥ ᴥ ᴥ

Pada hari yang sudah ditentukan, keduanya menikah. Resepsi tidak diselenggarakan di hotel tetapi di halaman rumah Kim. Tidak banyak tamu undangam bahkan rekan-rekan tuan Kim pun tidak tampak terlihat. Hanya kerabat ibu Karam dan keluarga mempelai pria yang datang. Pesta resepsinya pun terlalu sederhana dan biasa untuk ukuran keluarga Kim, tetapi tidak ada yang benar-benar bersuara mengenai hal itu.

Jaejoong tidak menghadiri acara tersebut karena ia harus mengurus beberapa hal lain. Beberapa minggu lagi adalah hari pernikahan Jaejoong, karena calon suami Jaejoong berubah sehingga banyak hal yang harus diurus, harus disesuaikan dengan tanggal pernikahan.

Awalnya Jaejoong menduga alasan pernikahan Karam yang terkesan tergesa-gesa disebabkan agar tidak ada gangguan dari Jaejoong pada saat acara tersebut berlangsung tetapi sepertinya hal tersebut benar-benar sesuai dugaan Jaejoong.

Jaejoong sedang mengurus surat undangan dan souvenir pernikahannya sendiri tetapi untuk pakaian pengantin dan cincin nikah ukurannya masih membutuhkan pihak berangkutan untuk datang karena itu pada hari pernikahan Karam, Jaejoong sibuk pergi ke penjahit dan toko perhiasan.

"Apakah kau ingin mengubah modelnya?" Tanya Jaejoong. Ia menatap pria berkaca mata yang sedang diukur oleh asisten penjahit.

"Tidak perlu. Aku percaya seleramu." Pria tersebut menatap Jaejoong.

Setelah makan siang bersama, Jaejoong mengajak pria itu pergi ke oke toko perhiasan untuk menyesuaikan jarinya dengan ukuran cincin sebelum pergi ke penjahit.

Sacrafice... (YunJae) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang