pertemuan kedua keluarga

19 7 1
                                    

Di pertengahan jalan Farah dan Ripan asik sendiri sehingga membuat pak Aashiq penasaran apa yang mereka ngomongin.

"Ripan mbak mau tanya, kenapa kamu panggil pak Aashiq panggilan mas bukannya dia paman atau om mu?" Tanya Farah dengan ketawanya.

"ata mas ian dia asih muda," ucap Ripan kecil.

"Siapa mas ian?" Tanya Farah belum tahu.

"Ini," menunjuk pak Aashiq.

"Kok kamu panggil mas ian?" Tanyanya lagi.

"Kata mas ian anggil itu aja, kalena ipan belum bisa sebu nama mas ian." Ucap Ripan kecil.

"Heheh coba bilang mas Aashiq," pinta Farah.

"Mas askit," ucapnya dengan polos.

Farah pun tak bisa menahan rasa lucu yang di sebabkan Ripan. "Hahahaaaaa, Ustt diam nanti mas ian tahu," suruh Farah yang masih menahan ketawannya.

"Kalian ketawain apa?" Tanya pak Aashiq yang ingin tahu.

"Tidak ada mas," diam sejenak. "Maksud saya tidak ada pak."

Setelah beberapa lama mereka pun sudah sampai di rumah pak Aashiq. Pak Aashqi pun turun dari mobil dan memutari mobilnya untuk membukakan pintu untuk Farah, "ayo Farah turun, Ripan sini mas gendong." Menggendong Ripan.

Pak Aashiq pun menggendong Ripan bawah masuk. Meninggalkan Farah yang masih di mobil.

"Aduh baru terasa keramnya," batin Farah di mobil.

Di dalam rumah semua orang menunggu kedatangan mereka namun yang datang cuman Ripan dan Aashiq.

"Dyan, dimana Farah?" Tanya ibu Dyan.

"Ada bu di bee..! Loh kok enggak ada," Binggung pak Aashiq karena Farah tidak ikut masuk ke dalam rumah. "bentar ya bu saya lihatkan di luar."

Semua keluarga pak Aashiq memanggilnya dengan nama dyan karena Pak Aashiq lebih suka di Panggil dengan nama dyan. Kembali lagi di Farah, rupanya Farah masih di mobil yang pura-pura main hp karena melihat pak Aashiq yang datang ke arahnya.

"Owalah rupanya kamu masih di sini, ayo sudah di cariin sama orang di rumah!" ucap pak Aashiq.

"Bentar lagi yah pak," Mohonnya.

"Ayo enggak bisa lama-lama!" pintanya dengan cetus.

"Bentar lagi kenapa sih?"

"Cepat turun!" Cetusnya lagi

"Iya ih, maksa banget."

Baru berapa langkah tiba-tiba kaki Farah seakan tidak bisa gerakkan

"Ada apa Farah?" tanya mas Aashiq

"Kaki saya keram mas eh pak." Jawab Farah dengan cengengesan.

"Keram! Gara apa? Ooh jangan-jangan... kan saya sudah bilangin biar saya aja yang pangku Ripan eh kamu malah nyolot, kamu bilang biar kamu saja, ya wis salah siapa?" ejeknya.

"Iya pak salah saya maafin saya ya pak!" menyudutkan matanya.

"Ya wis mau diapa," ucapnya sembari duduk di salah satu batu yang ada di sana. "Kalau begitu saya tungguin agak mendingan."

Farah hanya bisa kesal dengan kelakuan pak Aashiq. Setelah beberapa lama kaki Farah pun mulai mendingan, mereka pun masuk ke dalam rumah dengan wajah Farah yang masih kesal dengan pak Aashiq. Baru saja mereka masuk dalam rumah mereka berdua di panggil oleh ibu Aashiq.

"Sini duduk," panggil ibu Aashiq.

Mereka pun duduk bersampingan dan saling menatap.

"Pak Aashiq saya capek," lesuh Farah.

"Kalau capek ya tidur!" Cetus pak Aashiq.

"Tidur dimana di hidung mu," gumam Farah.

"Kamu ngomong apa?"

"Oh enggak ada pak."

"Ah bosan mending main hp," kata pak Aashiq.

Karena pak Aashiq tidak mempedulikan Farah akhirnya Farah juga pergi keluar bersama Ripan untuk bermain-main agar menghilangkan rasa capeknya. Setelah beberapa lama bermain ibu Farah memanggil keduanya. "Farah! Ripan! ayo makan."

"Wah, kita di panggil ibu Ripan, ayo masuk." Mereka pun masuk ke dalam rumah.

"Dari mana nduk?" Tanya ibu Aashiq melihat Farah dan Ripan yang baru masuk ke dalam rumah.

"Habis main diluar bu sama Ripan," jawab Farah kepada ibu Aashiq.

"Kalau gitu sini nduk kita makan dulu. Ripan sini sama oma," panggil ibu Aashiq

"Ayo Ripan di panggil sama oma."

"Nduk sekalian panggilkan nak Dyan," suruh ibu Aashiq kepada Farah.

"Oh nggeh bu."

Farah pun mendatangin Pak Aashiq yang masih tidur di sofa.

"Bisa kita lihat siapa yang paling capek," batin Farah sembari menyipitkan matanya. "Pak bangun di panggil ibu!" Cetus Farah langsung pergi. Pak Aashiq pun bangun setelah Farah membangunkannya, ia pun menuju meja makan dengan kedua keluarga yang sudah berkumpul, dan melihat Farah yang sedang asik makan, karena pak Aashiq juga lapar ia pun duduk dekat Farah dan mengambil nasi dengan khas gaya bangun tidur.

Kedua keluarga pun sudah lengkap dan ingin mendengar tentang perjodohan ini dari pak Aashiq dan Farah. Namun pak Aashiq dan Farah tidak membicarakan tentang mereka yang setuju dengan perjodohan ini. Sedangkan kedua keluarga sudah menunggu jawaban dari mereka.

Farah dan Aashiq terus asik makan dan tidak berkata sepatah pun membuat kedua keluarga berpikir mereka tidak setuju dengan perjodohan ini. Namun tiba-tiba saja pak Aashiq menayakan soal resepsi pernikahan. "Oh iya pak, pernikahannya bukan tinggal dua hari lagi kata bapak, kok belum ada persiapan sama sekali atau pernikahnya di gedung," tanya pak Aashiq yang tiba-tiba.

Keluarga yang tadinya diam dan tidak mau bicara akhir kelihatan gembira setelah mendengar perkataan Aashiq.

FARAH INSYIRAH (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang