tugas istri

8 1 0
                                    

Farah pun masuk ke rumah, setelah masuk rumah Farah bingung harus berbuat apa. Akhirnya Farah pun membersihkan rumah yang di mulai dari kamar tidur pak Aashiq.

"Kosong banget kamar pak Aashiq eh maksudnya mas Aashiq. Kalau di ingat-ingat ngapain juga aku mau panggil dia 'mas' kan raine kayo bapak bapak," ucapnya yang ngomong sendiri. "enggak pentinglah mending kita bereskan kamarnya baru lanjut cuci piring."

Ia pun selesai membersihkan kamar pak Aashiq Farah pun melanjutkan mencuci piring.

"Oke sudah selesaikan kamarnya saatnya mencuci piring, mana suaranyaaa!" teriak Farah di dalam rumah.

Farah pun memcuci cuci piring yang tidak banyak itu.

"Sebenarnya aku enggak suka cuci piring tapi gimana pun, kita harus mencuci piring ini, siapa lagi yang akan mencuci piring ini selain wanita yang paling cantik di rumah ini," gumam Farah.

Farah pun selesai mencuci piring. Ia pun melanjutkan bersih-bersihnya di sisi lain rumah. Setelah membersihkan rumah Farah pun sangat merasa sangat capek. karena merasa capek Farah pun tertidur hingga tidak sadar bahwa ia ketiduran hingga sore. Ia pun terbangung mendengar suara ponsel-nya yang terus berdering.

"Hih bah nyaring betul suara hp ini," keluhnya yang masih ingin tidur. "Hah banyaknya panggilan dari pak Aashiq eh mas maksudnya. kenapa mas Aashiq menelpon ya?" sembari menelpon-nya kembali. "Halo mas maaf baru angkat. Ada apa mas?" Tanya Farah.

"Assalamualaikum dulu Farah!"

"Oh iya mas maaf 'assalamualaikum mas'".

"Emm waalaikumussalam! Kenapa baru di angkat, dari tadi saya telpon kamu!" Ngomel pak Aashiq.

"Maaf mas aku tadi tidur jadi tidak pegang ponsel," ucap Farah minta maaf.

"Emm enggak papa. Mas cuman mau bilang tadi mas di ajakin makan-makan di luar sama teman-teman mas. Jadi habis kerja mas langsung jalan. Takutnya nanti mas pulangnya ke malaman jadi kamu di rumah saja ya jangan keluar-keluar rumah. Kalau misalnya mas betulan pulang ke malaman jangan tunggu mas kalau capek tidur saja ya," ucap pak Aashiq di telpon. "Ingat juga makan awas enggak makan."

"Engge pak. Itu saja kah mas," ucap Farah di telpon.

"Iya. jangan kemana-mana ya di rumah saja," pintanya. "assalamualaikum."

"Waalaikumussalam," mengakhiri telpon. "Jadi langsung sepi habis bicara sama mas Aashi, atau jalan-jalan di luar saja. oh iya emang ini jam berapa?" melihat jam di ponsel. "Oo masih setengah empat. tapi lama juga aku tidur."

Farah pun berjalan keluar rumah dan duduk di kursi teras sembari main hp. Lagi asik main ponsel dari samping ada yang memanggil namanya.

"Farah!" panggilnya dari samping.

"Iya," mencari yang memanggil namanya.

"Di samping Farah," ucap orang itu

"Oh iya ada apq?" Tanya Farah sembari mendekat. Ia tidak mengenal siapa yang memanggilnya itu.

"Kamu Farah kan yang tinggal sama Dyan," ucapnya.

"Dyan? Oh iya mbak, ada apa mbak?" Tanya Farah. "Kok dia tahu nama saya. Apa mas Aashiq yang kasih tahu. Kalau dia kasih tahu, jangan-jangan mas Aashiq juga cerita kalau aku istrinya?" Suara hati Farah.

"Tadi suami saya kasih tahu, kalau temannya yang bernama dyan suruh lihatin kamu soalnya mereka pulang sampai malam," ucapnya. "Kita belum saling kenal kalau begitu nama saya Nisa."

"Oh namanya mbak Nisa, kalau saya Farah mbak," menjabat tangan. "Oh ternyata mas Aashiq cuman suruh lihatin saya. perhatian juga dia," suara hati Farah.

FARAH INSYIRAH (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang