hari pernikahan

18 5 2
                                    

"Saya terima nikah dan kawinnya Farah Insyirah binti Abisatya dengan mas kawin tersebut di bayar tunai," ucap ayah Farah.

"Bagaimana para saksi 'sah'?"

"Sahh."

"Alhamdulliah."

Pada tanggal dua puluh delapan bulan juni adalah hari pernikahan Farah dan pak Aashiq. Yang di hadiri dua puluh enam orang yang di undang hanya keluarga dan karabat terdekat. Setelah mengucap ijab kabul, pak Aashiq memberi tangannya untuk di cium, namun Farah yang tidak melihat tangan pak Aashiq yang sudah mengulurkannya dari tadi.

"Farah," bisik pak Aashiq kepada Farah sembari mencolek lengannya.

"Kenapa pak," jawabnya dengan isyarat.

"Ini," mengulur tangannya kembali.

"Ho." Farah pun mencium tangan pak Aashiq yang sudah mengerti apa maksudnya. Dan dilanjuti dengan pak Aashiq mencium kening Farah sembari berdoa untuk pernikahannya. "Allahumma inni as'aluka min khoirihaa wa khoirimaa jabaltahaa 'alaih. Wa a'udzubika min syarrihaa wa syarrimaa jabaltaha 'alaih," doanya dalam hati. Farah yang di cium keningnya membuat hatinya sangat tersentuh, ditambah dengan jangtungnya yang berdebar begitu cepat. "Ya allah hati ini kenapa?" Tanya Farah dalam hati.

Setelah akad nikah pak Aashiq dan Farah menuju di Resepsi Pernikahan mereka dan duduk di kursi pengantin dan berfoto bersama kedua keluarga, Ditambah mereka mendapat begitu banyak hadiah dari tamu undangan.

"Farah kamu tahu ini acara apa?" Tanya pak Aashiq agar tidak saling diam-diaman.

"Tahu. Emang bapak tahu," tanyanya kembali.

"Iya tahulah. Kalau kamu tahu ini acara apa?"

"Alah bilang saja bapak tidak tahu. Sini saya kasih tahu ya, setiap pernikahan pasti ada namanya Resepsi Pernikahan, nah jadi ini adalah acara..."

"Pernikahan," Jawab pak Aashiq. "Kamu tahu juga ini Resepsi pernikahan siapa?" Tanyanya kepada Farah.

"Pernikahan saya pak," ucap Farah tidak menyebut pernikahan dengan Pak Aashiq.

"Hoo ini acara kamu bukan acara saya juga?" Tanya pak Aashiq yang kecewa.

"Ya acara bapak juga, kan bapak juga nikah."

"Nikahnya sama siapa?" Tanyanya yang pura-pura tidak tahu.

"Menurut bapak siapa?"

"Emm, siapa ya?" Gurau pak Aashiq

"Terserah bapak lah saya pergi saja." ancamnya.

"Lah bercanda Farah, kan kamu sudah tahu saya yang nikahain kamu, tapi kalau kamu mau pergi pergi lah!" Meladeni ancaman Farah.

"Kok begitu sih pak, seharusnya bapak tahan saya agar tidak pergi," jelasnya kepada pak Aashiq.

"Lah kok mau ditahan, kan kamu sendiri yang mau pergi gimana sih."

"Tapi pak." Mengkerutkan alisnya. "Ya sudahlah pak ini salah saya," mengiklaskan kejadian tadi.

Dari kejauhan ternyata mereka sudah di perhatikan dari tadi oleh kedua keluarga yang menganggap mereka sangat romantis, padahal sebenarnya mereka lagi sedang berdebat.

FARAH INSYIRAH (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang