Pak Aashiq pun keluar dengan kesal dan melanjutkan tidurnya di sofa. Tak berapa lama dari luar rumah terdengar ketukan pintu, tapi pak Aashiq tidak mempedulikan
"Pak! Ada yang ketuk pintu," teriak dari kamar. "Pak! pakk!" Sembari keluar dari kamar. "Owalah tidur rupanya, pasti capek tenan dianya." Teriak dari dalam, "Sebentarrr!"
Farah pun yang pergi membukakan pintu.
"ada apa bu," tanya Farah.
"Maaf menggangu waktunya, kenal kan nama saya ibu aji. Saya di sini mau sampaikan kalau malam ini kita ada pertemuan ibu komplek, kata ibu ibu di sisni, tadi ada yang lihat kalau komplek ini kedatangan tetangga baru, karena itu saya ke sini ingin sampaikan bahwa kita akan mengadakan pertemuan ibu komplek malam ini jam delapanan, bisa kan!" jelasnya.
"Bisa bu, kalau boleh tahu ngendi bu tempat pertemuannya?" Tanya Farah.
"Di rumah nomor tujuh belas,ada di sebelah sana."
"Di nomor tujuh belas bu," ucapnya untuk memastikan.
"Iya, kalau gitu saya pergi dulu, soalnya mau ambil pesanan saya di depan."
"Iya bu, hati-hati."
Farah pun masuk ke dalam rumah. Farah yang melihat pak Aashiq masih tidur di sofa heran karena tidak masuk kekamar yang ada di belakangnya. Ternyata kamar yang ada di belakangnya masih berantakan.
"Pantas saja dia masih tidur di sofa," batin Farah.
Akhirnya Farah berinsiatif untuk membersihkan kamar yang berantakan itu. Dan tak terasa waktu sudah menuju jam tujuh lewat dua puluh malam.
"Akhirnya selesai juga. Ini jam berapa ya?" Menuju kamar untuk melihat jam di ponselnya. "Astagafirlullah 'allazim, mau jam delapan." Ia pun bergegas membangunkan pak Aashiq.
"Pak! pakk! bangun."
"Kenapa Farah?" Khas suara tidur.
"Temani saya pak!"
"Kemana?"
"Tadi ada ibu komplek datang, ibu iku kasih tau saya untuk datang di pertemuan ibu komplek!" Ucap Farah.
"Jauh ora?" Tanyanya.
"Tadi ibunya bilang tempat pertemuannya di nomor tujuh belas komplek sini."
"Kalau begitu ayo cepat saya antarin," Kata pak Aashiq.
"Kamu temani saya yah sampai selesai pertemuannya," pinta Farah.
"Ah enggak mau," tolaknya.
"Temani napa sih pak."
"Hiss Faraaah! kamu buat saya pusing. Tidur pun harus di ganggu!" teriak pak Aashiq.
Farah yang mendengar suara tinggi pak Aashiq tidak bisa berkata apa-apa. Pak Aashiq yang melihat Farah terdiam tidak bermaksud untuk menyakitkan hatinya.
"Ya sudah saya temani kamu yah. Jam berapa pertemuanya?" Tanyanya dengan suara lembut.
"Jam delapanan pak," ucapnya dengan pelan.
"Ini jam berapa?" Tanya pak Aashiq.
Menghembuskan nafas, "kalau begitu saya mandi dulu."
Pak Aashiq pun pergi ke kamar mandi. Setelah beberapa lama pak Aashiq pun sudah selesai menggunakan kamar mandinya. Farah pun bergegas masuk ke kamar mandi yang membuat pak Aashiq kaget. "Astagfirullah Farah!!"
"Maaf mas."
Jam mulai menujuk kan jam delapan. Namun Farah masih saja belum selesai bersiap.
"Farah! ayo iki wis jam delapan," ajaknya.
"Nggeh pak."
"Kamu enggak telambat kah ini?"
"Enggak pak soalnya kata ibunya jam delapanan, ini kan belum jam delapan!" Ucapnya sembari keluar dari kamar.
"Yah wis kalau gitu ayo kita jalan." Menuju pintu luar.
"Kita naik mobil pak?" Tanya Farah.
"Yo iyo, emang kamu mau jalan kaki," ucapnya. "Sen cepat ayo!"
Mereka pun menuju ke tempat pertemuannya. Namun sampainya mereka kesana pertemuan itu rupanya di undur sampai minggu depan.
"Assalamualaikum bu" salam Farah. "Kok kaya enggak ada orang ya sepi banget," batin Farah.
"Bagaimana Farah ada orang?" Tanya pak Aashiq dari dalam mobil.
"Tidak ada yang jawab pak."
"Yakin ini tempatnya atau bukan hari ini," ucapnya.
"Hari ini pak," menyakinkan pak Aashiq.
Tak berapa lama ada sahutan dari dalam. "Siapa?" sahut dari dalam sembari membuka pintu. "Owh kamu, ada apa?"
"Saya mau tanya bu, ini tempat pertemuannya ibu komplek toh? Tapi kok sepi tenan ya bu?" Tanya Farah.
"Iya betul. tapi pertemuannya di undur nak soalnya ibu-ibu yang lain tidak bisa hari ini, jadi pertemuannya di undur sampai minggu depan. Kamu enggak lihat grup ya, oh iya kamu yang baru pindah di komplek sinikan. kalau begitu saya minta nomor ponsel kamu nanti saya masukkan di grup," ucap ibu aji.
"Oh iya bu," sembari memberi nomor ponsel.
Farah pun berpamitan, "Kalau gitu saya pamit dulu bu."
"Iya hati-hati."
Farah pun menuju ke mobil.
"Bagaimana Farah, jadi?" Tanya pak Aashiq.
"Tidak jadi pak, kata ibunya di undur sampai minggu depan. Maaf ya pak sudah menganggu tidur bapak tadi.
"Iya tidak apa-apa, kalau begitu ayo kita jalan-jalan," ajaknya.
Pak Aashiq mau ajak kemana Farah yah?🤔
KAMU SEDANG MEMBACA
FARAH INSYIRAH (ON GOING)
Romance"Bagaimana liburnya Farah?" Tanya pak Aashiq yang mulai membuka pembicaraan. "Ya seperti biasa pak enggak kemana-mana," jawab Farah sembari terus memegang tangan Ripan. "Kalau soal perjodohan, kamu sudah tahu?" Tanya pak Aashiq yang mulai serius.