"Nduk Farah bangun nduk, wes jam enem iki jar e dino iki arep mangkat ke Samarinda"
"Nggeh bu," sembari membuka mata.
"Bu, Ibu saya kok enggak kelihatan dari semalam, kemana ya bu?" Tanya dengan khas bangun tidur.
"Ibumu wis pulang. Kemarin sore berangkat."
"Oh begitu ya bu," sembari bangun dari tempat tidur.
"Cepet siap-siap nduk," ucap ibu mertua.
Farah pun menuju kamar mandi untuk bersiap-siap, dan tidak meninggalkan satu pun hal penting.
"Oh iya bu, kenapa mau berangkat sekarang, kan masih lama liburnya, kan bisa kapan-kapan?" Tanya Farah yang mengira mereka pergi untuk berlibur.
"Iyo biar kamu enggak rame urus barang nduk, ngurus ini itu biar kamu bisa persiapkan semuanya."
"Ibu iki kaya saya mau tinggal lama di sana?"
"Oh iya nduk, kan le Dyan wes pindah kerja di sana, wis ngomong apa belum?"
"Hah!" Kaget Farah yang tak percaya dia akan ikut pindah dengan pak Aashiq ke Samarinda. "Pak Aashiq ngendi bu, kok pak Aashiq belum kasih tahu saya, kalau nanti mau pindah kesana dengan waktu yang lama?" Tanyanya dengan belum tahu.
"Tegese kamu durung diomongake!"
"Belum bu."
"Oalah re re, bentar biar ibu omongin sama nak Dyan." Ingin samparin pak Aashiq.
"Ora usah bu," menghentikan langkah kaki ibu. "Mungkin pak Aashiq lali bu," Membela pak Aashiq.
"Apa iya nduk! Ya wes, siapin cepet kopernya."
"Nggeh bu, oh iya bu saya mau tanya, kan saya ikut sama pak Aashiq ke Samarinda jadi saya tidak sekolah lagi di tempat sekolah saya?" Tanya Farah.
"Iyaa nduk, kan kamu sudah pindah ke Samarinda. Nak Dyan juga sudah ngurus surat pindah sekolah kamu. Apa nak Dyan juga belum kasih tahu kamu kalau kamu akan pindah sekolah? Yah wes yang penting kamu sudah tahu," jelas ibu. "Oh iya nduk, kamu kan sudah nikah sama anak ibu, kok kamu masih panggil Dyan dengan panggilan 'pak' jangan lagi ya nduk?"
"Saya harus panggil apa sama pak Aashiq bu?" Tanya Farah yang belum tahu harus panggil apa.
"Panggil kangmas, sayang kalau tidak suami," jawab ibu. "Kalau begitu ayo kita keluar, mobil yang antar kamu sudah di depan rumah dari tadi," lanjut ibu.
"Bentar bu ini saya tutup dulu kopernya." bergerak dengan cepat.
Farah pun keluar sembari membawa kopernya. Baru saja keluar dari pintu rumah, pak Aashiq langsung menegurnya yang baru datang. "Kok lama tenan sih kamu siap-siap? Ngapain saja kamu didalam?" Tegur pak Aashiq yang sudah menunggunya dari tadi.
"Wes wes, yang penting Farah sudah disini, iya kan nduk," sahut ayah mertuanya yang membela Farah.
Pak Aashiq pun menaruh barang Farah di mobil, yang di susul oleh Farah masuk mobil. Setelah menaruh barang Farah di bagasi pak Aashiq pun berpamitan ke kepada kedua orangnya. "Bu, pak, saya sama Farah pamit yah," pamit pak Aashiq.
"Iya hati-hati ya nak, jaga Farah baik-baik di sana," sahut ibu.
Pak Aashiq pun masuk ke mobil dan bersiap untuk berangkat ke bandara.
KAMU SEDANG MEMBACA
FARAH INSYIRAH (ON GOING)
Romance"Bagaimana liburnya Farah?" Tanya pak Aashiq yang mulai membuka pembicaraan. "Ya seperti biasa pak enggak kemana-mana," jawab Farah sembari terus memegang tangan Ripan. "Kalau soal perjodohan, kamu sudah tahu?" Tanya pak Aashiq yang mulai serius.