ᴘʀᴏʟᴏɢ

58 15 20
                                    

Pernikahan kedua Joan, sedang berlangsung malam ini disalah satu gedung hotel bintang lima. Itu dihadiri tak hanya oleh saudaranya saja, melainkan rekan-rekan kerjanya pula.

Disaat semua orang berbahagia dengan ucapan selamat yang diberikan untuk pria berusia 56 tahun itu, hanya satu diantara mereka yang tak menginginkan hal ini terjadi.

Orang itu hanya berdiri dari kejauhan sambil menatap tajam sosok wanita muda yang menjadi istri baru dari ayahnya, ia ingin malam ini segera berakhir.

Alih-alih memperkenalkan diri pada keluarga ibu tirinya, ia justru lebih memilih untuk menjauh dari mereka semua. Biarlah lelaki itu melihat sang ayah berbahagia dengan pesta dan istri barunya.

Tapi akan ia buktikan, bahwa dendam yang dimilikinya, bisa terbalaskan walau dalam jangka waktu yang lama.

Alenzo Zean Aldred, kini lelaki itu membawa dirinya melangkah pergi dari dalam ruangan, untuk mencari angin malam yang menyegarkan.

Langkahnya begitu pelan dengan tampangnya yang datar. Anak baik itu kini telah menjadi anak yang dingin dan tak peduli pada siapapun yang mengkritiknya soal sikap.

"Kacau.. " lirihnya diiringi dengan helaan nafas kasar. Ia lalu berdecak, merasa frustasi oleh semua yang terjadi akhir-akhir ini.

Saat kepalanya menengok kearah jendela yang memperlihatkan keindahan malam penuh bintang. Lelaki itu pun memutuskan berhenti sejenak untuk menikmati pemandangan yang ia lihat.

Hingga tak sadar, jika seseorang yang satu tahun lebih tua darinya, baru saja tiba dan berdiri tepat di sampingnya.

"Sekarang, lo adek gue.. " gumam orang itu menatap remeh kearah Alenzo berada.

Lelaki itu pun terkekeh, "dalam silsilah, mungkin lo memang kakak gue sekarang. Tapi karna kita gak punya hubungan di satu keturunan yang sama, lo gak berhak gue panggil abang.." ketus Alenzo membalas ucapan Rafa

Yang lebih tua terdiam sejenak setelah mendengar balasan dari yang lebih muda. Ia mengalihkan pandangannya kembali ke arah pemandangan semula.

Kesal, tapi Rafa tahu. Jika dirinya semakin banyak berkata, maka lelaki yang ada di sampingnya akan semakin menggertak dengan nada yang keras.

Pada akhirnya, Rafa menghela nafas panjang. "Gue tau lo benci sama nyokap gue. Tapi gue harap, lo dikit-dikit bisa nerima kehadirannya dikehidupan lo.. "

Alenzo tak membalas, hatinya benar-benar menolak untuk mendengar ucapan Rafa. Andai di masa lalunya Hazzel tak melakukan kesalahan, maka malam ini Alenzo pasti akan menerima kehadiran wanita itu dengan baik.

"Lo tau gue benci sama nyokap lo, tapi lo gak tau kalo gue benci dia karena apa" lanjut Alenzo

Rafa mengangguk, mengiyakan ucapan itu. Memang benar ia tidak tahu apa alasan adik tirinya itu membenci ibunya. Namun ia juga tak ingin tahu, baginya.. Memikirkan alasan orang lain adalah hal yang paling membosankan.

"Tapi.. Kalo suatu hari nanti lo tau apa alesan gue benci dia, gue yakin.. Lo juga pasti malu buat mengakui kalo dia itu nyokap lo"

Kerutan tajam timbul dari dahi Rafa, "maksud lo?" tanyanya

Alenzo menggeleng, "hari ini belum saatnya lo tau tentang itu"

AlenzoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang