04. ᴘᴇsᴛᴀ ʏᴀɴɢ ʜᴀɴᴄᴜʀ

25 7 11
                                    

Hari ini Alenzo akan pergi menemui teman-temannya di Telecenter. Sudah sangat lama mereka berlima tak bermain game online bersama disana.

Ngomong-ngomong, Telecenter itu adalah nama lain dari warnet, yang membedakan hanya dari tempatnya saja, dimana Telecenter umumnya terletak didaerah pinggiran kota. Alenzo dan keempat temannya sering menghabiskan waktu berjam-jam disana saat mereka masih berada di bangku kelas 6 SD.

Sekeluarnya lelaki itu dari dalam kamar, pandangannya tertuju pada Hezzel yang tengah berkumpul bersama Joan juga Darrel di lantai bawah.

Niat awal Alenzo yang ingin langsung pergi, tertahan karena tangan kanannya tiba-tiba dicekal oleh bibi Della dari belakang. Lelaki itu pun refleks menoleh.

"Makan dulu.. Cuma kamu yang belum" ujar wanita itu lembut

Alenzo terdiam sejenak, "oke.. Tapi saya makannya ditemenin sama bibi" balas lelaki itu yang lalu melangkah pergi menuju dapur

Selama makan, wanita paruh baya itu terus menatap Alenzo yang ada dihadapannya. Della sempat berpikir, jika anak bungsu dari majikannya ini akan memperlakukan dirinya dengan kasar sama seperti anak itu memperlakukan keluarganya. Ternyata dugaannya salah besar.

"Aden kenapa jadi gini? " tanya wanita itu dengan celetukannya

Hal itu berhasil membuat Alenzo berhenti mengunyah, dan menatap lama sang asisten rumah.

"Saya ngerasa kecewa.. " balas Alenzo pelan

"Kan dulu aden baik sama papa Joan.. Kenapa sekarang aden suka ngelawan? Terus apa yang bikin aden kecewa sama dia? " Della kembali bertanya pada lelaki itu

Lelaki itu menghela nafasnya panjang, ia tahu sejauh ini dirinya telah banyak berubah. Tapi jika tidak begitu, maka Hazzel akan dengan mudah membuat Joan juga Darrel makin membenci dirinya.

Alenzo sendiri tak pernah yakin, jika suatu saat nanti dendamnya berhasil terbalaskan, apakah dirinya akan bersikap seperti dulu kala, atau bahkan akan tetap seperti sekarang.

"Dulu saya kira Hezzel itu orangnya baik, karna dia temen deket mama.. Tapi waktu saya liat Hazzel yang dengan kejamnya nembak mama dengan mata kepala saya sendiri.." Alenzo menggantung kalimatnya sambil mengaduk-aduk makanannya

"Saya marah bahkan kecewa sama dia. Belom lagi papa berubah juga karena dia, saya beneran gak ngerti kenapa Hazzel tega bunuh temennya sendiri.. Maka dari itu saya berubah cuma buat tau, apa alesan Hazzel bunuh mama dan ngungkapin siapa Hazzel di depan papa"

Hening sejenak, Della jadi merasa bersalah karena telah bertanya seperti itu pada tuan mudanya. Ia hanya tersenyum getir setelah mendengar ucapan Alenzo tadi.

"Maafin bibi ya, nanya kayak barusan.. Jadi bikin aden sedih" lirih wanita itu

Alenzo menggeleng dengan senyumnya, "gak masalah.. Saya justru jadi lega karena udah cerita sama bibi"

"Makasih, udah jagain saya dari kecil sampe segede ini" lanjutnya diiringi dengan senyuman

Selesai dengan makan, lelaki itu kembali pada tujuannya yang harus segera pergi ke Telecenter. Saat dirinya melewati ruang tamu, Ia sadar jika ketiga orang yang tengah duduk disofa itu menatap kearah dirinya.

"Kenapa pulang terlambat tadi malam? " tanya Joan

"Papa pikir sendiri kenapa saya pulang terlambat.. " balas Alenzo seenaknya

Matanya menatap sinis terhadap sang ayah, "Perlu saya jujur? Kalau saya pulang terlambat itu, karena malas bertemu dengan dia? " tunjuk lelaki itu pada Hazzel

AlenzoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang