02. sᴜᴋᴀ

29 12 15
                                    

Ia tak tahu harus berbuat apa sekarang, perasaannya terlalu kacau untuk sekedar membuat tindakan. Hanya air mata yang menjadi tanda bahwa dirinya tengah merasakan sakit dihatinya. Lelaki itu sudah cukup lama juga berada di tepi jalan dengan seorang wanita dipangkuannya.

Tangan lelaki itu terulur untuk meraih tangan pucat, milik wanita yang biasa ia panggil 'mama' dalam hidupnya. Ia terus terisak saat darah tak berhenti mengalir dari perut juga dada wanita itu.

Mata elang yang berair, menatap lekat sebuah pistol yang berlumuran darah tepat di sampingnya, isakan tangis pun makin kencang dengan wajah yang ia tundukkan untuk menatap paras sang ibunda.

"Ma.. Bangun.. " lirih anak itu seraya menangkup kedua pipi ibunya

"Maafin Alen. Alen gak bisa jagain mama yang bener, please ma.. Bangun, jangan bikin Alen nangis terus" racau Alenzo

Lelaki berusia sebelas tahun itu memeluk erat jasad ibunya. Hingga Joan sang ayah, dan Darrel kakak lelakinya datang untuk menghampiri, Alenzo bahkan benar-benar tak ingin melepaskan wanita itu dari pelukannya.

"ANAK IBLIS!! APA YANG BARU SAJA KAMU LAKUKAN?! " pekik sang ayah yang sekuat mungkin menahan tangisnya

"DASAR PEMBUNUH!!" Lanjut Joan sambil berusaha menjauhkan Alenzo dari jasad istrinya

Anak itu meronta sambil terus berteriak memanggil ibunya. Sang kakak yang berusaha menarik tangan Alenzo agar menjauh pun sudah mulai kewalahan.

"Darrel, bawa pergi adik kamu dari sini!? " titah sang ayah pada putra sulungnya

Dirasa jika tenaganya mulai melemah, pada akhirnya Alenzo menyerah untuk tetap berada dekat dengan ibunya.

Akibat tak mau menurut dan terus meronta pula, Darrel terpaksa menggunakan kekerasan pada Alenzo agar anak itu mau diam. Sang kakak kemudian berjongkok seraya mencengkram kuat lengan adiknya.

"Alasan apa yang bikin lo berani buat bunuh mama? Hah?! Lo itu anak kesayangannya, gue aja iri sama lo! Kenapa lo bunuh dia?! " tariak Darrel

Alenzo menggeleng kuat, "bukan Alen.. "

"LO PEMBUNUH?! " pekik sang kakak tepat di depan Alenzo

Si bungsu kembali menangis tersedu-sedu, "BUKAN ALEN!! ALEN BUKAN PEMBUNUH?! " teriaknya

Darrel menyugar rambutnya kebelakang. Rasanya ia tak ingin percaya bahwa adiknya lah yang telah membuat sang mama tiada. Namun pikirannya yang kacau terus berteriak jika memang Alenzo lah pelakunya.

Sang kakak akhirnya menitikkan air mata dengan rasa kecewa, "gue benci sama lo" ucapnya tepat disamping telinga Alenzo

•   •   •

Sebelum mengumpulkan niat untuk turun dan pergi menuju kelasnya, Alenzo menghela nafas terlebih dahulu setelah mengulang kembali kali terakhir dirinya diteriaki seorang pembunuh oleh kakak dan ayahnya sendiri.

Lantas ia membuat senyum tipis dibibirnya lalu tertawa kecut dengan kepala yang menengadah ke atas.

"Kalo papa sama Darrel tau siapa Hazzel aslinya, mungkin mereka berdua bakalan kaget, bahkan kecewa banget.. " gumam Alenzo

"Karena itu, gue bakalan bikin kalian tunduk berlutut didepan gue dengan kata maaf yang murni dari hati kalian.. " lanjutnya dengan tenang

Bertepatan dengan selesainya upacara, Alenzo turun dan menyatukan dirinya dengan langkah orang-orang yang baru saja bubar dari lapangan. Seolah dirinya juga baru selesai melakukan upacara.

AlenzoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang