07. sᴏᴀʟ ʀᴀɴɪᴀ

8 3 0
                                    

BRUGHHH..

Tubuh Alenzo terhantam keras mengenai tembok yang ada di belakangnya, sebab Darrel menendang kuat perutnya setelah memberikan beberapa pukulan diwajah sang adik.

Lelaki itu mendekat lalu berjongkok untuk menyetarakan tingginya dengan Alenzo yang terkulai lemah. Di cengkramnya rahang sang adik disertai dengan tatapan tajam yang menginterogasi.

Ditempat itu tak ada lagi orang selain mereka. Kini, taman belakang sekolah menjadi saksi dimana kakak beradik itu tengah bertengkar.

"Orang kayak lo, harusnya cepet mati! Karena kalo dibiarin, generasi iblis akan manjadi.." ucap Darrel dengan nada penuh penekanan

Alenzo menepis tangan sang kakak dari rahangnya dengan lemas, ia membalas tatapan yang tak kalah tajam dari Darrel. Lalu berdecih diiringi dengan kekehan.

"Chh, cuma gegara si Leon ngeledekin lo orang sombong, yang sombongnya masih sombongan gue.. Kenapa lo harus marah? " tanya Alenzo yang sengaja dibuat berbelit-belit

Lelaki itu tertawa singkat, "mana mau juga gue disamain sama orang lemah kayak lo? "

Bughh..

Satu pukulan kembali mendarat di pipi kanan Alenzo. Lelaki itu meringis dengan kepala yang mendongak.

"BUNUH SEKALIAN DARIPADA LO HARUS BIKIN GUE MENDERITA!! " teriak Alenzo dengan tangan yang menutupi wajahnya

Ia sudah kelewat frustasi dengan semua tindak laku sang kakak. Tidakkah puas Darrel melihat dirinya lama menderita karena kesendirian? Apakah lelaki itu masih belum cukup puas pada dirinya yang telah lama menderita karena dibenci atas tuduhan yang tidak benar?

Sakit hati tak pernah lagi ada pada Alenzo setelah dirinya banyak di benci oleh keluarganya sendiri. Bahkan ketika tahu dirinya tak lagi berarti dimata sang ayah, rasanya lelaki itu ingin mati saja tanpa harus merasakan penderitaan.

Mendengar teriakan sang adik, lantas Darrel mengurungkan niatnya yang hendak memukul kembali lelaki itu. Helaan nafas kasar lolos dari bibir tipisnya.

"Jangan bikin malu di depan temen-temen gue lagi.. " gumam sang kakak yang kemudian bangkit lalu melenggang pergi meninggalkan Alenzo seorang diri

Sunyi, kini menemani lelaki itu untuk beberapa menit. Tubuhnya masih terlalu lemah untuk bangkit dari posisinya saat ini.

Membayangkan soal ketentraman bukanlah jalan yang bagus untuk Alenzo pikiran saat ini. Ia lantas kembali berpikir, bagaimana cara agar dirinya segera mengakhiri ini semua.

"Tiri bajingan! " gertak Alenzo dengan wajah Hazzel yang terbayang di benaknya

•   •   •

Dengan wajahnya yang penuh lebam, tentu menarik banyak perhatian dari sejumlah orang yang berjalan melewati dirinya. Namun caranya bersikap, seolah tak peduli dengan tatapan itu semua.

Tujuannya kini ia arahkan untuk masuk ke dalam kelas. Saat Nemari mendapati sosok Alenzo yang baru saja melewati dirinya, gadis itu dengan cepat menyetarakan langkahnya dengan langkah Alenzo.

"Maaf, maksud chat yang semalem apaan ya?" tanya Nemari tanpa mendapatkan balasan dari yang ditanya

Lelaki itu tetap melangkahkan kakinya dengan anggapan bahwa Nemari tidak ada di sampingnya.

"Alenzo.. " ujar Nemari yang masih tak mendapatkan respon juga

"Alenzo.. " panggilnya lagi

Setelah berdecak, lantas Nemari menarik kuat pergelangan tangan lelaki dingin itu hingga menghadap ke arahnya.

AlenzoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang