[3] Rahasia Inka

75 16 3
                                    

Daryl, si Cassanova sekolah, mempunyai hubungan rahasia dengan Inka.

"Mungkin ke depannya kita bakal jarang komunikasi, aku harus banyak latihan."

"Enggak apa-apa, kok. Lagian kita emang punya keterbatasan dan jarang punya waktu berdua."

"Kamu mau kita go public aja?" tanya Daryl, menatap lamat-lamat Inka dari balik lensanya.

Sebenarnya tawaran go public terdengar sangat menggiurkan. Jika orang-orang tahu hubungan mereka, mungkin Inka tidak perlu menyembunyikan ekspresinya saat dia bersama Daryl, dan cewek-cewek centil macam Mila akan menjauh dari Daryl.

Ah, tapi untuk saat ini, kalau hubungan mereka ketahuan risikonya juga akan tambah besar. Akhirnya, Inka menggeleng, "Ngeliat aku interaksi sama kamu aja, ada yang langsung ngelabrak aku. Gimana kalau orang-orang tahu kita punya hubungan, pasti aku jadi sasaran empuk."

"Oh, ya udah. Tapi kalau ada cewek yang mau sekelompok sama aku nggak apa-apa, kan?"

"Ya nggak apa-apa lah. Kenapa harus kenapa-napa?"

"Oke deh,"

Mereka pun melanjutkan tujuan mereka bertemu di sini. Inka dan Daryl larut dalam menyelesaikan tugas masing-masing, sesekali mereka berdiskusi untuk menemukan jawaban yang tepat dari tugas akuntansi yang dikerjakan.

Apa benar tidak apa-apa?

Inka melirik Daryl sekilas. Kalau tidak ada Inka, Daryl-lah yang meraih nilai tertinggi di antara seluruh anak IPS. Pintar, jago main basket dan pribadi yang ramah. Pesonanya itu sudah tersebar se-antero sekolah mereka. Cassanova seperti Daryl sudah selayaknya berteman dengan banyak orang dan dikerubungi cewek-cewek cantik.

Berbeda sekali dengan Inka. Yah, meskipun sama-sama pintar, tetap saja Inka bukan tandingan cewek-cewek cantik itu. Dia tidak punya wajah bule seperti Mila. Postur tubuhnya kecil dan berisi. Pipi chubby-nya kurang cocok bersanding dengan sorot mata acuh-tak-acuh yang ia miliki. Belum lagi, dia hanyalah anak beasiswa yang beruntung bisa bersekolah di sini padahal bukan dari keluarga kaya seperti Daryl.

Satu sekolah bisa gempar jika tahu pangeran sekolah bersanding dengan umbi-umbian. Oleh karena itu, Inka meminta Daryl merahasiakan hubungan mereka dan tetap berjarak meskipun di kelas. Dengan begitu, Inka tetap bisa hidup tenang dan Daryl tidak akan kena imbasnya.

***__________***

Tepat pukul setengah sembilan malam, Daryl dan Inka menyudahi kegiatan mereka bersama.

"Kayaknya jarang ada angkot yang lewat. Aku anterin kamu aja ya?" Daryl kembali dari kasir dan merapikan tasnya.

Wajah Inka seketika pucat. 

Daryl tidak boleh mengetahui kondisi rumahnya yang berantakan, apalagi kalau sampai ketemu kedua orang tuanya, bisa-bisa cowok itu bakal ilfeel. Cewek yang dikencaninya ternyata punya orang tua yang penuh pertengkaran. 

Namun berpikir ulang, di sakunya sudah tidak tersisa sepeser pun. Mau naik angkot juga tidak bisa. Kalau berjalan kaki sampai rumah, waktu tempuhnya terlalu lama, ditambah pasti ibu khawatir dan dia akan dihujani omelan. 

"Boleh." Dengan terpaksa, Inka mengiyakan. Tetapi dia akan menyuruh Daryl untuk menurunkannya di depan gang rumahnya saja. 

Malam itu, untuk pertama kalinya Inka dibonceng Daryl. Di bawah langit malam yang tanpa bintang, tangan Inka mencengkram kedua sisi jaket Daryl.

Sudah tiga bulan, hubungan mereka sebenarnya begitu-gitu saja. Punya waktu berdua hanya ketika mereka belajar bersama di suatu tempat yang telah dipastikan tidak diketahui teman-teman mereka. Itu pun benar-benar belajar. Tidak ada percakapan manis apalagi menjurus ke hal yang macam-macam. Bagi Inka, Daryl adalah pengalihannya terhadap kenyataan yang harus ia telan di luar sekolah. Daryl pandai diajak diskusi pelajaran dan mereka bisa mengerjakan tugas sehingga bebannya jadi lebih ringan. 

Bumi Kecil AndraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang