[5] Itu (Bukan) Pacaran

69 16 3
                                    

Pereseturuan antara Inka dan Andra di koridor sekejap menjadi buah bibir setelah Mila--si ratu drama--menyaksikan secara langsung kejadian itu. Kontan saja Inka mendapat predikat 'si ambis penjilat guru'. Entah apa maksud 'penjilat guru', Mila bilang Inka tidak akan mencatat nama Andra atau nama siapa pun yang berani mengabaikan tugas kelompok agar dia terlihat paling rajin, paling benar, sehingga jadi murid kesayangan guru.

"Siapa tahu orang punya urusan penting lain gitu, kan? Kehidupan orang mana ada yang tahu sih, ya? Gue sakit aja kemarin, nggak sempat ngabarin eh langsung di-blacklist ama si paling pinter. Ati-ati deh ama dia," cerocos Mila bergosip dengan teman-temannya di depan Inka. Sedikit berlebihan memang, namanya juga 'ratu drama'.

Setelah perselisihan itu pula Inka tidak menemukan Andra di tempat duduknya selama beberapa hari. Dia sebenarnya tidak peduli. Bahkan sampai hari-H presentasi tugas MS. Helen, Andra tidak masuk tanpa kabar.

"Kok cuma bertiga aja?" tanya Ms. Helen menatap kelompok mereka lantas beralih ke nama yang tertulis di atas kertas karton.

"Andra ngilang, Bu," jawab Inka singkat. 

Bisik-bisik keluar dari mulut para siswa menyemut di udara seketika. 

"Gila, berani banget dia nggak nulis nama Andra. Andra 'kan galak."

"Hobi banget nyoret nama orang."

"Sok iye banget tuh cewek."

Ms. Helen menyuruh para murid agar diam. Dia mencatat sesuatu di buku jurnal ajarnya. "Kalau gitu nanti biar Andra yang ketemu saya. Udah beberapa hari ini memang anak itu absen. Pihak sekolah akan coba hubungi." Ms. Helen segera mempersilakan Inka dan kelompoknya untuk presentasi di depan kelas.

***__________***

Beberapa hari ke belakang, Inka selalu pulang telat. Setelah bel pulang berbunyi, dia akan pergi ke perpustakaan sekolah sampai diusir petugas. Tatkala mentari sempurna terbenam, Inka berjalan kaki menuju rumah. Jarak yang jauh dimanfaatkannya dengan berjalan kaki. Selain menghemat ongkos, pikirannya bisa teralihkan kalau ia berjalan kaki dan melihat kehidupan di sekelilingnya. Begitu sampai rumah tersisa rasa lelah yang menggelayuti, lekas ia tidur sebelum akhirnya pergi ke sekolah pada pagi buta. 

Sore ini setelah dari perpustakaan, Inka menghubungi Daryl.

Inka:
Udah kerjain tugas ekonomi, Ryl?

Daryl:
Udah, Ka. Kenapa?

Inka:
Tadinya mau ajak nugas bareng

Daryl:
Yah, sore ini gue ada acara lain. Sorry, ya...

Inka:
Iya nggak apa-apa, Ryl. Lagian kamu makin sibuk persiapan lomba. Dan makasih juga ya permennya.

Daryl:
Permen? Permen apa?

Inka:
Permen yang waktu itu kamu taro di meja aku

Daryl:
Aku nggak naro permen di meja kamu

Inka mengerutkan keningnya bingung. Lantas, kalau bukan Daryl, siapa lagi yang meletakkan permen di atas mejanya? 

Inka memilih tidak memusingkan itu, mungkin saja Daryl tidak mau mengaku karena malu. 

Inka mengedikkan bahu. Ya sudah. Toh permennya udah lama masuk ke perut.

Sebenarnya, Inka sangat berharap punya waktu berdua dengan Daryl setelah cukup lama mereka pura-pura asing di kelas. Namun sepertinya dia harus menahan harapan itu sementara ini.

Bumi Kecil AndraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang