[2] Apa Arti Rumah?

80 17 1
                                    

"Mana duitnya?!"

Suara gaduh dari dalam rumah menghentikan langkah Inka yang hendak membuka pintu. Gadis beransel abu-abu itu mematung, menebak-nebak akan ada teriakan lainnya yang memicu perhatian tetangga.

"Aku nggak ada uang lagi, Mas!" Rintih seorang wanita setengah menjerit.

Prang!

Prang!

Dua pecahan beling yang entah berasal dari piring atau gelas menulikan telinga Inka.

Di dalam sana, pasti ayahnya ribut meminta uang untuk judi online yang membuatnya buta hati. Laki-laki yang tidak sudi ia panggil 'ayah' itu kerap kali memukuli dia atau ibunya jika tidak menemukan uang untuk memasang taruhan. Sejak bisnis yang dirintisnya gagal, keluarga Inka tidak lagi berkecukupan. Satu kali ayahnya menang taruhan judi online, ia jadi ketagihan dan selalu bertaruh meskipun hanya kegagalan yang ditemukannya.

Hari ini Inka tidak punya tenaga untuk dipukuli lagi. Inka memutuskan pergi dari rumah itu dan meninggalkan ibunya. Dia hanya bisa berdoa semoga ayahnya tidak terlalu marah sehingga sang ibu baik-baik saja di dalam sana.

Tidak apa-apa kan egois sesekali?

Kakinya berjalan tanpa tujuan. Dia juga tidak berpikir panjang mau ke mana.

Asal tidak pulang, Inka bisa ke mana saja.

Asal tidak ke tempat yang orang normal sebut 'rumah'.

Rumah itu apa? Tempat pulang, katanya. Kalau begitu Inka tidak mau pulang. Sebab tidak ada hangatnya sambutan Ayah atau aroma manis kue buatan Ibu. Yang ada hanya ketakutan, suara jerit tangis, dan rasa dendam yang tidak bisa dilampiaskan.

Itu bukan rumah. Itu neraka.

Satu pesan masuk ke ponselnya. Dia tersenyum. Pesan yang sedikit mengobati kesedihannya siang ini.

Inka memasukkan kembali ponselnya ke dalam tas sembari tersenyum

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Inka memasukkan kembali ponselnya ke dalam tas sembari tersenyum.

***__________***

Setelah naik angkot dan berjalan jauh, kakinya berhenti di salah satu taman yang berada di belakang gedung pencakar langit. Ada pohon besar tumbuh di sana, entah pohon apa, tampak menyejukkan dan sangat rindang. Gemerisik dedaunan layaknya senandung, mengajaknya agar mendekat ke sana.

Inka memerhatikan sekeliling, tempat ini cukup bersih tapi kenapa sepi sekali. Yah, akses masuk ke dalam sini juga agak ribet sih, lantaran harus menyusuri gang-gang sempit di antara gedung-gedung tinggi, agak merepotkan. Sepertinya ini lahan kosong, sisa lahan bangunan yang tidak terpakai. Tanahnya masih rerumputan, meskipun ada beberapa tamanan liar tumbuh meninggi.

Di bagian bawah batang pohon yang kokoh itu, ada sebuah lubang yang terlihat mirip gua kecil. Cukup dalam. Begitu Inka intip, ada sebuah kardus disusul suara mengeong yang lirih.

Bumi Kecil AndraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang