18. Damai?

613 59 4
                                    

"Lu gila Zee, bisa-bisanya mau celakain kak Mira. Dimana hati lu setelah Mira dan keluarganya menganggap kita seperti keluarga kandung mereka, dan lu rela melakukan hal ini?" emosi Adel.

Zee terdiam sejenak "Gak peduli, apapun itu Fiony harus jadi milik gw."

"Lu udah gila Zee, gak habis pikir gw sama lu. Dan lu berharap apa reaksi yang Freya berikan setelah tau keadaan Mira?" ucap Adel.

"Gw yakin keadaan komunitas mereka akan down, dan itu kesempatan gw menyerang lalu merebut Fiony dan juga Flora bisa menjadi milik lu Del." ucap Zee.

"Gw memang ingin dapetin Flora tapi gak dengan cara ini, sudahlah. Sekarang terserah lu aja, pokoknya gw gak mau ikut campur terlalu banyak." pasrah Adel.

"Lu gak minta persetujuan kak Ara dulu?" tanya Adel.

"Ya enggak lah, kak Ara mana mungkin setuju. Jadi kita diem-diem aja ya." ucap Zee.

Adel hanya menggeleng-gelengkan kepalanya melihat saudara kembarnya itu.

"Enaknya siapa ya yang kita kirim buat bikin Mira celaka." Zee mengetuk-ngetuk dagunya dengan jari telunjuknya.

"Oh gw tau, Gita lu ya." Zee menujuk Gita.

"Gw gak mau Zee." balas Gita.

"Jadi lu gak mau, oke jika itu memang pilihan lu." Zee menodongkan pistol kearah kepala Gita.

Tentu Gita menjadi keringat dingin dengan pistol yang ditodongkan kearah kepalanya.

"Jadi? masih gak mau?" tanya Zee.

Dengan berat hati Gita menyetujui permintaan Zee "Yaudah." Gita begitu pasrah.

"Gitu dong, pokoknya lu harus bikin Gita terluka. Jika bisa sampai mati juga gak papa, dan lu bisa berangkat sekarang gw baru dapet info kalau Mira udah siap-siap pergi dari markasnya." ucap Zee.

Gita mau tak mau mengikuti apa kemauan Zee.

🚀🚀🚀

Gita sudah bersiap menanti Gita melewati jalan yang biasa dilewati oleh Mira, saat sudah dapat melihat motor Mira. Gita perlahan-lahan mengikuti gerak-gerik Mira.

Gita melihat Mira memasuki sebuah minimarket untuk membeli sesuatu, setelah menunggu beberapa lama Mira akhirnya keluar.

Mira seperti menyadari bahwa Gita memperhatikan gerak-geriknya, dengan sigap Gita pergi menjauh dari tempat itu dan diikuti oleh Mira.

Saat sudah berada ditanah yang lumayan kosong, Gita bersembunyi dibalik semak-semak. Dan seperti dugaannya Mira datang ke tanah kosong itu.

Mira turun dari motornya dan melepaskan helmnya "Keluar lu, gak usah pengecut main sembunyi-sembunyi."

Gita keluar perlahan dari semak-semak dan memukul belakang kepala Mira dengan tongkatnya.

Saat ingin mengayunkan tongkatnya lagi, ia berhasil ditangkis oleh Mira. Tidak habis pikir, Gita yang sedang menggunakan topeng itu menendang rusuk Mira lumayan keras.

Hal itu membuat tubuh Mira kesakitan dan Gita kembali mengangkat tongkatnya lalu mengayunkan kearah Mira "Sorry..." lirih Gita.

Tongkat tersebut mengenai kepala Mira lumayan keras, sehingga Mira terjatuh dengan kesadarannya yang perlahan menghilang.

Gita langsung melempar tongkat yang ia pegang dan berlari kearah Mira, ia mengangkat kepala Mira dan meletakkan diatas pahanya.

Gita membuka topengnya lalu air matanya mulai mengalir membasahi pipinya "Maaf kak.... hiks.... maaf.... gw.. gak berniat.... hiks.." tangis Gita.

"Gita...." panggil Mira dengan lemas.

"Kakak tau ini bukan keinginan kamu, tapi kakak tau kamu lebih memilih menyelamatkan diri kamu. Kamu memilih pilihan yang tepat Gita." setelah mengucapkan hal itu, Mira benar-benar menutup mata nya rapat-rapat.

"Kak, kak kak." panggil Gita.

"Maafin aku kak...."

Tanpa pikir panjang Gita menelepon ambulans dan membawa Mira kerumah sakit terdekat, setelah sampai Gita menyerahkan kepada perawat disana. Dan meminta perawat disana menelepon nomor Freya, lalu memberitahukan keadaan Mira. Karena tidak mungkin Gita menelepon Freya yang dimana hubungan mereka belum terlalu membaik.

Setelah itu Gita pergi dari rumah sakit itu dan kembali menuju markas komunitas Zeedel.






🚀🚀🚀






Gita sudah sampai di markas lalu ia masuk kedalam, Gita langsung disambut oleh Zee.

Prok
Prok
Prok

"Hebat kamu Gita." Zee menepuk tangannya.

"Emang gak salah memilih lu." Lanjutnya, Gita tidak membalas apapun yang dikatakan oleh Zee. Gita memilih untuk menyendiri dikamar pribadinya itu.

keesokan harinya

"KELUAR LU ZEE ANJ**G!" teriak Ara memasuki markas.

"Apaan sih kak, ribut banget." ucap Zee.

BUGH
BUGH
BUGH
BUGH
BUGH
BUGH

Ara terus memukuli Zee habis-habisan "Maksud lu apa bikin Mira koma hah?! Kita udah bikin perjanjian tidak boleh saling bunuh antar anggota komunitas Zeedel dan Frenation." ucap Ara sambil memukuli Zee.

"Koma doang kan, belum mati. Jadi belum melanggar dong." ucap Zee remeh.

Ara yang sudah di pucuk amarahnya melancarkan satu pukulan yang sangat amat keras sehingga membuat Zee jatuh pingsan, setelah itu Ara pergi dari markasnya dan tidak kembali.

Kembali ke masa sekarang

"Kak, gw udah gak pantas lu maafin kak. Hajar gw sesuka hati lu kak, gw rela kak gw rela." ucap Gita yang matanya mulai berkaca-kaca.

Mira menggeleng dan berjalan menghampiri Gita lalu memeluknya.

"Kakak gak akan rela menyakiti kamu yang udah kakak anggap adik sendiri." ucap Mira sambil memeluk Gita.

Gita semakin menangis didalam pelukan Mira. Setelah dirasa Gita sudah mulai tenang, Mira melonggarkan pelukan mereka. Mira mengalihkan pandanganya pada Zee dan mendekatinya.

"Zee..." panggil Mira.

Zee yang dipanggil mengangkat kepalanya keatas menghadap Mira.

"Kakak gak pernah nyalahin kamu atas segala hal yang terjadi saat ini, kakak udah maafin kamu." ucap Mira.

"Makasih kak, tapi...." Zee mengeluarkan pistol dari sakunya dan menodongkan kearah Mira.

"Tapi... rasa egois ku lebih besar dari rasa menyesal ku." lanjut Zee.

"Terima kasih sudah menjadi kakak keduaku. Selamat tinggal." Zee menarik pelatuk pistolnya itu.

"MIRA!!" teriak Ara berlari kearah Mira.

DOR!

















TO BE CONTINUED

















WADUH WADUH, KOK JADI BEGINI. APAKAH MIRA AKAN MATI? ATAU TIDAK?

NANTIKAN DI CHAPTER SELANJUTNYA YA, SEE YOU IN NEXT CHAPTER.
🚀🚀🚀

Istri Dua (FreFioFlo F3)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang