Seperti yang Yuna katakan di meja makan, dua hari kemudian, gadis itu benar-benar membawa gadis lain untuk bertamu di rumahnya.
"Eh, ini Safira?" Dian begitu terkejut melihat teman anaknya yang baru dia lihat lagi setelah bertahun-tahun.
"Iya, Tante!" Safira tersenyum, menyalami tangan Dian.
"Ya, ampun. Cantik banget kamu. Ayo masuk! Kamu mau minum apa?" Dian dengan antusias menarik Safira masuk ke dalam rumah, membiarkannya duduk di atas sofa dan menawarkan minuman.
Safira tersenyum. "Minum apa aja, Tante!'" jawab Gadis itu.
Dian mengangguk, lalu berteriak keras, "ARUMI! ARUMI!"
Arumi yang sedang berada di kamarnya lantas buru-buru menemui ibu mertuanya. Ketika dia tiba di ruang tamu, Arumi melihat seorang gadis muda cantik yang mengenakan rok pendek, memperlihatkan paha mulusnya yang seputih susu.
"Iya, Bu?" Arumi menatap ibu mertuanya dengan bingung.
"Cepet buatkan jus untuk Safira!" desak Dian.
Mendengar nama Safira, Arumi kaget, lantas sekali lagi menatap gadis itu. Apa gadis itu adalah orang yang dibicarakan Yuna dua hari lalu?
"Heh! Kenapa bengong, sih?!" Yuna menegur Arumi dengan kesal.
Arumi tersadar dari lamunannya, memalingkan wajah dari Safira. Dia mengangguk, pergi ke dapur untuk membuatkan jus seperti yang Dian minta.
"Itu ART di rumah Tante, ya?"
"I-iya, anggap aja begitu!"
Sayup-sayup Arumi mendengar percakapan mereka dari kejauhan. Selesai membuat jus, Arumi kembali ke ruang tamu, meletakan segelas jus itu di atas meja.
"Camilannya mana?" tanya Yuna.
"Camilan apa?" Arumi bertanya dengan bingung.
"Masa ada tamu cuma di suguhi jus doang? Ambil camilan sana!"
Arumi akhirnya berbalik lagi, pergi mengambil camilan.
"Buatin gue jus juga, cepet!"
Ketika Arumi kembali, Yuna kembali menyuruhnya. Gadis itu terus melakukannya hingga Arumi harus bolak-balik beberapa kali.
"Gitu aja lambat!" sindir Yuna sambil menyesap jus yang Arumi bawakan.
"Udah, kan, Yun? Mbak mau ke kamar dulu!" Arumi ingin istirahat, dia lelah karena sedari tadi Yuna terus-terusan menyuruhnya.
"Bu, aku pulang!"
Suara Galuh tiba-tiba terdengar, pria itu masuk ke dalam rumah dan langsung menghentikan langkahnya melihat gadis asing yang duduk di antara ibu beserta adiknya. Gadis itu begitu cantik hingga Galuh sulit mengalihkan tatapannya.
"Kamu kok pulangnya awal banget, Mas?" Arumi yang melihat suaminya datang tersenyum, mendekati Galuh yang berdiri tidak jauh dari dia.
Galuh akhirnya mengalihkan tatapannya pada Arumi, sedikit jijik melihat wajah kusam istrinya. "Hm." Galuh menanggapi dengan singkat.
"Kak, ini Safira, yang beberapa hari lalu aku omongin ke Kakak!" Yuna dengan antusias berdiri, menarik lengan kakaknya agar duduk di sebelah Safira.
"Kak Galuh, lama enggak ketemu." Safira menyapa dengan senyum malu.
Galuh mengangguk, jantungnya berdebar melihat gadis cantik seperti Safira. Ketika dia mengingat istrinya, Galuh merasa sangat pahit, penampilan keduanya terlihat sangat kontras.
"Arumi! Kenapa diem di sana?! Ambilkan minum buat Galuh!" Dian mendorong tubuh Arumi dengan tidak sabar.
Arumi ingin tinggal, dia ingin berbicara pada suaminya. Namun, di bawah desakkan Dian, Arumi akhirnya kembali ke dapur untuk membuatkan minum bagi Galuh. Terdengar tawa riang dari ruang tamu, Arumi yang mendengarkan hanya bisa tersenyum kecut, merasa bahwa dia orang luar di keluarga suaminya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Benih Mantan Tunangan
RomansaArumi percaya pada adiknya-Amanda, yang ternyata selama ini menjadi sumber penderitaannya. Arumi mencintai Galuh, dan bahkan rela meninggalkan keluarganya. Tapi yang Galuh berikan hanyalah rasa sakit dan air mata. Sebaliknya, dia meninggalkan tunang...