Allard Louis Severin, pria paling panas yang sudah dinobatkan hampir satu dekade di wilayah timur. Pesona pria matang dengan kekayaan melimpah membuat semua wanita ingin berada dalam kungkungannya. Hanya saja, ada segelinting rumor yang sedikit tida...
Mansion Allard kedatangan tamu siang itu. Pria berambut hitam berombak dengan panjang yang menyentuh tengkuknya. Vincent Brown, salah satu teman Allard yang tahan dengan omongan pedas pria itu. Thomas menyambut dengan senang, Vincent semacam udara segar untuk mansion Severin yang terlihat suram.
"Maaf, Tuan Brown. Tetapi, Tuan Allard sedang pergi menghirup udara segar."
Vincent yang semula akan menuju lantai dua dimana ruang kerja Allard berada berbalik dengan cepat dan menatap Thomas dengan kerutan penuh di dahinya. "Bukankah baru lima belas hari yang lalu dia juga menghirup udara segar?"
Thomas menunjukkan kebingungan. "Bagaimana Anda tahu, Tuan?"
Sial!
"Tidak penting, aku akan segera menyusulnya. Beri tanda padaku jika dia sudah kembali." Vincent menyerahkan satu benda kembang api kecil pada Thomas, benda itu akan meledak ke udara jika dinyalakan dan Vincent akan langsung mengenalinya.
Thomas menerima benda itu dengan bingung. Baru saja satu detik yang lalu ia menerimanya, tapi sang pemberi sudah tak ada di hadapannya. "Bagaimana bisa dia lari secepat itu?"
****
Malam semakin larut. Allard memilih menyandarkan belakangnya pada sebuah pohon besar dengan akar yang melilit mencipta sebuah terowongan kecil. Tubuhnya mendadak lemah, padahal dia sudah menghabiskan dua ekor rusa yang seharusnya setara dengan satu bulan persediaan dahaganya.
"Aku terlalu lelah, sepertinya tenagaku terkuras habis." Allard terengah, dadanya naik turun dengan cepat. Paru-parunya terasa sesak dan napasnya pendek-pendek.
Disisa kesadarannya, Allard melihat seorang pria yang berlari ke arahnya. "Menyebalkan, kenapa harus dia yang datang."
Tepat ketika Vincent berada di hadapannya, Allard roboh. Tubuhnya melemah dengan Vincent yang sigap menangkapnya. "Sial! Tubuh orang tua ini kenapa berat sekali," keluh Vincent yang kemudian menggendongnya ala bridal style.
Vincent membawa tubuh Allard memasuki lebih jauh ke dalam Hutan Daintree yang terkenal akan kutukannya. Semua orang yang menjelajahi hutan itu tidak akan pernah kembali. Hingga terciptalah larangan bagi penduduk Eastoria oleh Kaisar Abigail agar tak terlalu penasaran dengan hutan tersebut.
Tubuh Allard diletakkan Vincent pada bebatuan besar yang mengelilingi sebuah danau kecil tepat berada di tengah hutan. Mata Vincent berlarian, mencari sesuatu yang akan membuat Allard semakin membaik. Hingga sudut matanya menangkap sebuah cahaya kecil yang terbang lambat menuju ke arahnya.
Vincent menggerutu pada sebuah kunang-kunang yang sekarang mulai hinggap pada dada Allard yang terbuka. Sedetik kemudian kunang-kunang itu memancarkan cahaya yang sangat silau, Vincent bahkan menutup mata dengan sikunya.
"Brengsek, sudah tahu aku kunang-kunang, mana bisa aku terbang cepat!"
Vincent menurunkan sikunya, matanya mengerjap beberapa kali karena efek cahaya yang beberapa detik lalu menghantam retinanya. Bibirnya membuat senyum simpul yang indah ketika melihat seseorang yang berdiri di hadapannya dengan wajah kesal.
"Kau semakin cantik, Katrina," ucap Vincent penuh kekaguman.
Kunang-kunang yang sudah bertransformasi menjadi seorang wanita itu mencibir. "Baru saja dua detik yang lalu kau mengataiku, dasar pria tidak punya pendirian."
Vincent terkekeh. Ia tatap Katrina dari atas hingga bawah. Wanita itu adalah keturunan terakhir klan penyihir yang dikutuk menjadi seorang kunang-kunang karena kesalahan kedua orang tuanya. Dia sudah tumbuh dewasa, Vincent ingat bagaimana tragisnya pelarian mereka menuju Eastoria dari dunia immortal yang penuh peperangan. Vincent menyimpan Katrina pada saku celananya. Mengharukan saat itu, tapi saat ini kenangan itu menjadi sangat lucu dan konyol.
"Ya sudah, cepat obati Allard. Pria tua ini mulai melemah," ucap Vincent mencoba menghentikan pertengkaran kecilnya pada Katrina.
Katrina menatap Allard. Matanya memindai dari kepala hingga kaki. Katrina diberikan anugerah oleh sang dewa sebagai seorang penyembuh. Urat-urat serta bakteri-bakteri kecil yang ada di tubuh Allard tak luput dari penglihatan Katrina. Hingga tatapannya tertuju pada sebuah gumpalan merah yang terletak di antara tengah dada Allard.
"Sepertinya segelnya terbuka satu. Bagaimana ini, Vi?" ujar Katrina dengan wajah khawatir.
Vincent hampir tersedak ludahnya sendiri. "Apa maksudmu? Tidak mungkin!"
Mata Katrina dan Vincent beradu. Ini pertanda buruk. Jika salah satu segel dalam tubuh Allard terbuka, itu tandanya jiwa vampir-nya semakin menguat. Dia akan mencari darah manusia untuk meredakan dahaganya. Segel itu tidak akan terbuka selama tidak ada orang yang mulai mengetahui asal-usul keluarga Severin yang sebenarnya.
"Ada yang tidak beres. Allard sudah membuang tiga mirror soul-nya ke belahan dunia lain. Tidak boleh ada yang bisa menemukannya, apalagi di kota ini."
Katrina menatap Vincent yang sedang berpikir dalam. Wanita muda itu tiba-tiba merasa ngeri. Kalau sampai semua segel terbuka, Allard akan meminum darah manusia, taringnya akan tumbuh, dia tak akan bisa keluar rumah pada siang hari, dan yang lebih merepotkan adalah, Allard diharuskan mencari pengantinnya. Tapi, sebelum itu, Katrina berharap, Allard lebih dulu menemukan pengantinnya. Karena jika sudah bertemu, jiwa pemangsa yang ada di tubuh Allard bisa dikendalikan.
Allard melenguh dalam tidurnya. Pria itu berkeringat sangat banyak. Bibirnya juga membiru, dengan kulit wajah yang pucat pasi. Jelas sekali ia tidak baik-baik saja. Katrina dan Vincent kembali bertatapan. Tak ada cara lain mereka harus membawakan darah segar untuknya.
****
Beberapa jam yang lalu...
Wendy Owen duduk manis pada sebuah bangku kayu yang berada di halaman depan rumah Valetta. Dia tidak sendiri, Wendy membawa Winter yang sekarang tertidur di pangkuannya. Seekor kucing putih dengan bulu panjang menggemaskan milik Valetta. Wanita itu menunggu Valetta pulang, Nyonya Edbert memberitahu jika gadis itu hanya pergi ke toko buku milik Mrs. Anderson, wanita tua yang belum menikah dan sebenarnya terdengar kabar tidak mengenakkan tentang kesendiriannya. Ya, apalagi kalau bukan dirinya adalah simpanan para petinggi kekaisaran.
Suara ketukan langkah kuda terdengar, Wendy tersenyum menatap pada kereta kuda sewarna coklat yang menjadi minuman kesukaannya sudah memasuki pekarangan rumah. Valetta keluar dengan sebuah buku yang ia dekap di dadanya. Sedetik kemudian, Wendy mengernyit. "Ada yang tidak beres, bukan?" cecarnya pada Valetta yang menatap kosong padanya.
💜💜💜💜
Katrina
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.