~Prolog~

93 20 5
                                    

Bisik-bisik terdengar seiring suara ketukan dari sepatu hitam mengkilap yang memasuki sebuah ruangan ballroom yang sangat megah. Pesta topeng yang dihadiri hampir seluruh isi kota Eastoria itu mendadak hening, semua mata yang berada di balik topeng bermacam bentuk itu menatap pada satu arah yang sama. Seorang pria berjubah hitam dengan topeng yang berwarna senada tampak santai memasuki ruangan. Dagunya terangkat, kedua tangannya bertaut di belakang tubuh, matanya memancarkan kewibawaan yang sarat ketegasan.

"Selamat datang, Tuan Allard. Aku harap kau menikmati pestanya." Seorang pria bertubuh tambun dengan kumis yang menjuntai menyapa pria itu dengan ramah. Tangannya terbuka dan disambut oleh Allard dengan anggukan kecil.

"Terimakasih, Tuan Allinson," ucapnya datar. Meski terlihat kurang sopan, nyatanya tak mampu menutup mata semua gadis di ruangan itu yang memandang Allard dengan tatapan memuja. Allard adalah kesempurnaan, siapapun yang menikahinya sudah pasti bahagia, walau harus menatap wajah dingin itu setiap hari, mereka akan rela.

"Tuan Allard sangat panas, aku merasakan seluruh sel di dalam tubuhku mendidih." Wendy Owen memekik tertahan dan mengipas wajahnya ketika melihat Allard dari kejauhan, jantungnya berdebar kencang, otaknya menyusun rencana-rencana kotor agar ia bisa mendekat dan mencoba menghirup udara yang sama dengan sang pujaan hati.

"Kenapa kau mesum sekali, Owen?" sindir Valetta sambil menggidikkan bahunya. Teman masa kecil Wendy yang bertubuh gemuk itu merasa geli, Wendy memiliki pikiran luas, imajinasinya begitu liar dan itu sangat menyusahkan Valetta.

"Coba kau lihat dia, Valetta! Bahkan dengan memakai topeng pun dia masih sangat bersinar dari yang lainnya."

Valetta menatap malas pada Allard yang sedang menduduki kursi kehormatan di lantai dua. Wajahnya tampak dingin dan seperti tak berminat pada acara topeng yang ditunggu-tunggu hampir semua orang. Pesona pria matang dan old money tak bisa ditutupi dengan topeng kecil itu. Setelahnya Valetta menatap dirinya sendiri, gaun berwarna kuning yang bertumpuk juga hiasan kepala berbulu yang panjang. Wajahnya meringis, entah apa yang ada dipikiran ibunya saat memilihkan gaun ini untuknya.

Wendy meraih dagu Valetta, gadis itu tersenyum manis kemudian membelai pipi Valetta dengan sayang. "Kau membandingkan dirimu lagi, Cantik?"

Valetta tak terkejut sama sekali ketika Wendy bisa membaca pikirannya. Dibandingkan dengan dirinya, Wendy adalah bintang yang paling bersinar. Tubuhnya tinggi semampai, hidungnya runcing, juga rambutnya yang selalu terlihat berkilau. Dan Valetta masih tak bisa menemukan alasan kenapa seorang Wendy yang terlahir dari bangsawan atas mau berteman dengannya.

"Selalu. Aku selalu membandingkan diriku, Wendy. Agar aku selalu ingat siapa diriku sebenarnya."

Wendy tampak tak senang dengan perkataan Valetta. "Kau berharga, Valetta. Setiap nyawa yang hidup di dunia ini memiliki nilai yang berbeda dan sama istimewanya. Ku mohon, cobalah buka pikiranmu sedikit."

Valetta menghela napas dalam. Maniknya yang sehijau Hutan Daintree mengerjap beberapa kali. "Ya, akan ku coba esok hari," ucapnya acuh.

Keduanya menyambangi meja yang penuh dengan kue manis. Valetta menatap satu cupcake dengan mata berbinar, sedetik kemudian cupcake itu sudah berpindah tempat. Wendy yang melihat itu hanya geleng-geleng kepala dan memilih meraih buah anggur hijau yang tampak segar. Matanya kembali menatap Allard dari lantai satu, pria itu merubah posisinya menjadi lebih santai dengan belakang yang bersandar pada kursi dan kaki yang terlipat di atas paha satunya.

"Kau mau mendengar sebuah rahasia, Valetta?" tanya Wendy berbisik pada telinga Valetta.

Valetta mengangguk seadanya. Mulutnya penuh dengan cupcake yang baru saja dia ambil. Wendy harus menunggu sebentar sampai semua makanan itu habis tercerna oleh Valetta, karena kalau tidak, semua kalimatnya tidak akan ada artinya.

"Kalau kau mengucap nama Allard tiga kali, maka kau bisa bertemu dengannya."

Valetta menoleh dengan cepat pada Wendy. "Kenapa kau memberitahuku hal seperti itu?" ucap Valetta bingung.

"Ya, mungkin saja suatu saat nanti kau memerlukan mantra itu."

🌑🌑🌑🌑

Allard Louis Severin

Allard Louis Severin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Wendy Owen

Wendy Owen

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
The Secrets of AllardTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang