a/n: Absen dulu yang mau diundang ke kondangan Laras Argio di sini! Pakai emot yang cocok untuk mempelai pengantin kita!
***
"Kayaknya gaunnya kekecilan deh Mbak..." Mia menatapku khawatir yang sejak tadi tampak berusaha menahan napas ketika Lula dari team designer sedang berusaha memasang risleting gaun pengantin yang kugunakan.
"Iya Mbak, ini jahitannya sudah kami lepas tapi sepertinya masih tetap sempit..." Lula akhirnya menyerah memaksa gaun itu tertutup. Selain takut merusak gaun seharga ratusan juta itu, ia juga takut aku semakin kesulitan bernapas.
Semua ini karena permintaan Silvania yang menginginkan ukuran gaun ini satu ukuran di bawahnya. Padahal ukuran asli tubuhnya juga sudah satu ukuran di bawahku, secara otomatis, gaun ini berarti dua ukuran lebih kecil dari tubuhku. Seharusnya aku memang tidak memaksakan diri menggunakannya.
Gaun ini sebenarnya tidak akan kugunakan untuk acara resepsi nanti. Selain karena sejak awal gain itu memang tidak didesain untukku, aku sudah tahu kalau gaun itu juga tidak akan muat. Tetapi gaun itu sudah terlanjur dibuat dan akan sangat sayang jika sama sekali tidak kugunakan, jadi aku berinisiatif untuk menggunakannya meski hanya untuk difoto saja. Lagipula masih ada waktu panjang sebelum acara resepsi nanti malam.
Riasan dan rambutku juga sudah selesai diganti untuk acara resepsi. Jadi aku benar-benar punya waktu luang untuk sekadar berganti pakaian dan berfoto menggunakan gaun tak terpakai itu.
Pintu ruangan make upku dibuka dan aku bisa melihat Argio masuk ke dalam ruangan. Argio masih belum berganti baju dan masih menggunakan pakaian santainya ketika masuk. Dari penampilannya yang tampak segar, aku yakin ia baru mandi setelah tidur siang. Enak sekali dia sempat tidur siang saat aku bahkan harus langsung lanjut melepas riasan dan sanggul akad untuk ganti ke make up dan hair do untuk resepsi tanpa jeda.
"Oh–sorry." Argio tampak kikuk ketika sadar posisiku sedang berganti baju. Ia buru-buru mengalihkan pandangannya salah tingkah. Posisiku yang membelakangi pintu membuat siapapun yang masuk ke ruangan bisa langsung melihat punggungku yang terbuka sekarang.
Pintu kembali dibuka dan dari cermin, aku bisa melihat itu Akbar tetapi sebelum Akbar bahkan benar-benar masuk melewati pintu, Argio langsung mendorongnya kembali keluar ruangan.
"Ups–sorry aku lupa kunci pintunya." Mia meringis tidak enak sebelum berjalan ke pintu dan memutar kuncinya. "Udah Mbak, sekarang aman."
Aku menghela napas. "Ya sudahlah Mbak, pakai gaun yang untuk resepsi langsung aja," kataku pada Lula yang mengangguk bersemangat. Tampaknya ia juga sudah frustasi membantuku memaksa menggunakan gaun yang jelas-jelas bukan untukku itu.
"Gaun Mbak Laras juga nggak kalah cantik kok sama gaun itu." Lula mengambil gaun yang jauh lebih sederhana dibanding gaun sebelumnya. "And it just fits you perfectly, Mbak," pujinya lagi.
Meski gaun itu tidak dijahit khusus untukku karena tidak ada waktu cukup, gaun itu memilikki ukuran dan bentuk yang lebih sesuai seleraku. Bahkan aku langsung cinta dengan gaun itu di pandangan pertama.
Setelah gaun itu terpasang sempurna di tubuhku, aku menyuruh Mia membukakan pintu dan membiarkan Argio masuk karena jas dan kemeja yang akan digunakannya untuk resepsi juga ada di ruangan ini. Tergantung bersebelahan dengan gaun Silvania yang tidak jadi kugunakan.
Argio masih tampak canggung saat masuk ke ruangan tetapi kemudian aku bisa melihat ia menjadi lebih rileks saat sadar aku sudah selesai menggunakan gaunku.
"Itu Pak Argio, jas dan kemeja untuk Bapak." Mia menunjukkan di mana pakaian Argio agar ia bisa berganti baju. Lelaki itu lalu langsung mengambil setelan jasnya di gantungan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Pengantin Cadangan
Romance18+ Setelah dikhianati oleh sahabat dan mantan pacarnya, Larasati Silvia Putri juga harus menerima bahwa bisnis sanggar pengantin dan wedding organizer peninggalan orang tua angkatnya direbut oleh mereka. Berusaha move on, Laras pun melanjutkan hidu...