Anak yang berharga

14 10 9
                                    

Apa hal yang paling cepat berubah diatas dunia ini? Hati. Hati manusia begitu mudah kehilangan minat dalam membenci atapun mencintai. Setelah menerima kasih sayang yang sangat berlebihan, tepatnya saat usianya menginjak tiga tahun, orang tuanya tidak lagi menyayangi Nadina, semenjak putri bungsu dengan mata biru terlahir. Ia ditinggalkan, hanya ibu asuh yang tetap berada disampingnya. Saat Nadina menangis kelaparan ibu kandungnya menolak untuk menyusui, dan saat ingin mengganti dengan asupan makanan hanya ada sisa-sisa dari bahan masakan. Ibu asuhnya mengakali dengan menanam sendiri sayuran untuk nona nya, namun para pelayan merusak kebunnya tanpa ada yang tersisa.

Ibu asuh tidak menyerah.
"Tidak akan! Nona-ku yang cantik akan tumbuh dengan sangat hebat. Bahkan jika hanya ada aku. Aku akan berjuang demi nona!"tekadnya mulai menanam sayuran didalam kamarnya. Ia juga menyelinap kee dapur ditengah malam, mencuri satu buah kentang untuk nona nya dan roti berjamur untuknya. Ketika sang nona tidak mendapatkan jatah makanan, begitu juga dengan pelayannya. Karena itu semuanya pergi "Mengapa Tuan Duke dan Nyonya Duchess tega mengabaikan putri kandungnya? Nona sangat manis dan jarang menangis. Nona, tumbuh lah menjadi anak yang kuat. Saya harap nona selalu penuh tawa. Lisa akan mengabdikan seluruh hidup untuk nona Nadina"ikrarkannya ketulusan dari dalam hati, seraya menyuapi nona kecil yang kegirangan hingga gusinya terlihat.

Drap! Drap! Drap...!
Suara langkah dari sepatu kulit yang ramai dan tergesa-gesa memasuki kamar Nadina"LISA!"Duchess berteriak begitu membuka pintu.

Lisa sontak berdiri "Ada apa nyonya?"bingungnya melihat keramaian itu.
Duchess berjalan penuh amarah"Beraninya kau mencuri dari dapur!?"gertaknya.

Lisa orang yang jujur. Ia enggan menyangkal selain menundukkan kepalanya "Nona kelaparan, nyonya... Tidak ada yang menyiapkan makanan untuk nona"terangkannya dengan tujuan agar Duchess ingat kembali pada putrinya. Ia berfikir barang kali Duchess hanya sibuk sementara karena kelahiran nona bungsu.

PLAK!
Tamparan itu begitu renyah bunyinya "Kau berani menjawab setelah mencuri di rumah ku? Beraninya kau menghianati kepercayaan ku hanya untuk anak ini!"dalam sekejap saja kedudukan Nadina dari putri yang berharga berubah menjadi putri yang tidak bernilai.

"Maafkan saya, nyonya"tanggapan Duchess membuat ketegasan dalam hati Lisa bahwa kasih sayang mereka sebelumnya semata-mata hanya untuk memperalat Nadina saja.

"Pengawal! Seret wanita pencuri ini dan potong tangan kanannya!"perintahnya tanpa berkedip.
Seakan terkontak batin, Nadina menangis.

"Nona, nona jangan menangis. Saya akan segera kembali"ia berlari untuk menggendong Nadina. Para pengawal memegangi tangannya "Nyonya... Nyonya saya mohon ampun. Nona sedang lapar, tolong susui nona sekali saja nyonya...!"mohonnya.

"Aku tidak sudi! Gara-gara anak ini aku meninggalkan Isabella sendirian dikamar. Lihat matanya yang mengerikan itu, tidak mirip satupun dengan kami!"Duchess menatap penuh benci pada bayi itu. Ia memberi isyarat pada dua pengawal. Mereka menyeret paksa Lisa.

"Jangan ada yang memberinya makan!"tutur Duchess.

Lisa meronta-ronta "Nyonya! Nyonya saya mohon. Nona Nadina juga putri nyonya, kasihani dia nyonya!"pekiknya memelas

Duchess mengabaikannya dan hanya melewatinya saja.

Malam itu menjadi kali pertama bagi Nadina hidup dalam kegelapan, juga pertama kalinya keajaiban Tuhan menyelimuti dirinya dalam cahaya hangat, menyisipkan kebenaran akan siapa dirinya.

Sudah lama sejak saat itu, Nadina sudah berusia 6 tahun. Ia mulai mendengar suara yang terus bicara dengan penuh cinta terhadapnya. Awalnya ia sangat ketakutan karena hanya dia yang bisa mendengarnya. Perlahan kemudian, para pelayan di mansion semakin parah menghina dan mengucilkannya. Ia mulai berharap bisa mendengar suara itu setiap saat, setiap hatinya terluka.

"Hey, nona. Ini makanan mu!"ketus pelayan itu meletakkan piring di depan pintu. Meski Nadina masih diabaikan, namun Duchess sudah memberikan kembali jatah makanannya karena Nadina sudah bisa berjalan dengan kakiknya sendiri, ia takut gosip menyebar.

Nadina mengangkat piring itu dengan tangannya yang kecil "Terimakasih"ucapnya pelan, memberanikan diri meski mereka selalu menertawainya.

"Bicara saja tidak becus. Dasar menyebalkan. Lisa yang mengurus nona dari bayi hingga sekarang sampai harus kehilangan tangannya karena nona. Setidaknya jangan menyusahkan orang lain juga!"cecarnya menatap hina gadis kecil yang tidak tau apa-apa.

"Lancang sekali bicaramu pada nona keluarga Torondo!"sela Lisa, membuat pelayan itu kabur dengan amat tidak senang.

Nadina merengut menaha tangisnya "Lisa, apa itu benar? Lisa kehilangan tangan karena Nadina?"ia menarik ujung baju Lisa ,dengan tatapan polosnya.

Lisa menunduk "Jangan bicara formal pada saya nona. Nona tidak salah apapun. Nona sangat baik hati dan cantik"ia menggenggam tangan malaikat itu. Nona sangat kurus... Bagaimana bisa orang-orang dewasa meletakkan kebencian yang begitu besar pada anak yang tidak berdosa? Jika saja bisa, aku sangat ingin nona juga dicintai oleh Duke dan Duchess seperti nona Isabella. Harap Lisa dalam hatinya.

Nona kecil sedang melihat keluar jendela dari kamar yang sempit dan suram. Kamar lama nona sudah diberikan pada nona Isabella, sebagai gantinya ia diberikan kamar di sudut mansion. Nona menutup matanya lagi sambil tersenyum-senyum "Kali ini apa kata suara itu, nona?"tanyanya berjaga-jaga. Lisa masih tidak tau suara apa dan darimana asalnya. Namun suara itu hanya mengatakan hal-hal baik pada Nadina, yang membantu membangun rasa percaya dirinya.

Nadina menengok kearahnya "Em..."kemudian memalingkan wajahnya "Katanya aku baik... hati..."pipi putih itu bersemu.

Sontak Lisa memeluknya"Benar kan. Nona sangat baik hati! Paling imut sedunia!"riangnya.

Nadina menangis dalam kehangatan yang dirasa tidak pantas untuknya. Ia merasa bersalah melihat tangan Lisa yang tidak bisa memeluknya dengan benar. Bagaimana cara Lisa melakukan pekerjaannya? Apa pelayan lain juga menindasnya? Ini semua menjadi beban fikiran anak itu "Maafkan aku... Maaf, karena aku Lisa jadi hidup menderita. Maaf, karena aku Lisa harus kehilangan hal yang berharga. Maaf karena membuat Lisa sedih. Aku sangat menyusahkan dan tidak berguna"isaknya.

"Nona"Lisa terperangah, metanya berkaca-kaca"Siapa yang mengatakan hal itu pada nona? Saya, saya selalu bersyukur dan berterimakasih karena nona menjadi nona saya. Nona tidak pernah menyusahkan. Tidak sama sekali. Nona sudah bisa berbicara dengan jelas sejak umur lima tahun, nona sudah bersikap dengan sopan dan lembut, nona juga sudah bisa berhitung dari 1 sampai seratus. Nona sangat luar biasa! Saya sangat menyayangi nona, tidak ada satupun dari nona yang tidak berharga!"terangkannya perlahan. Hatinya sangat sakit tiap kali ia tau bahwa nona nya merasa kecil hati dan rendah diri.

"Terimakasih Lisa..."Nadina sesegukan dengan butiran air mata yang besar-besar. Ia memeluk erat satu-satunya orang yang bersedia berada disampingnya.

Didikan penuh cinta Lisa membuat Nadina tumbuh menjadi gadis yang penuh kasih sayang, bahkan terhadap tumbuhan dan hewan. Sekalipun ia tidak pernah bertemu dengan orang tuanya, dia semurni ketulusan dihatinya.

Abroum Inthus the Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang