Pelarian

15 10 8
                                    

Tempat penyekapan para pengemis berada di penjara bawah tanah. Jelas sekali bahwa ini adalah bisnis para bangsawan yang sering dibicarakan di ibu kota. Sdah mencari rahasia umum bahwa mereka akan menggunakan gelar sebagai wadah untuk mencuci tangan mereka.

"Tuan bangsawan, kenapa aku dibawa kemari?"ujar Maria "Bukankah katamu, kau akan menjadikan ku istri?!"pekiknya, mulai merasa tertipu.
Bangsawan itu tertawa keras"Tentu, tentu. Istri satu malam, lalu setelahnya kau akan dijual. Cepat, bawa dia!"

Lithia sedikit buyar mengetahui bahwa Maria menerima babi tua itu untuk menikahinya.

"Tidak! Lepaskan aku! Kau menipu ku!"rontanya berteriak kencang. Menolak untuk diseret.

Segera begitu mereka menyeret Maria kedalam penjara bawah tanah. Lithia mengendap-endap mengikuti. Obor yang menyala hanya ada dua, satu di pintu masuk dan satunya diujung tembok. Tempat lembab berbau amis dengan cahaya yang hampir tidak ada bedanya jika obor dipadamkan.

BRAK!
Maria dilemparkan ke dalam sel, ia melenguh kesakitan.

"Kalian tunggu diluar sampai aku selesai!"tukasnya, seraya menjilat bibir. Penjaga berlari keluar membawa sesuatu yang menonjol dibalik celana mereka.

Menjijikkan! Cecar hati Lithia. Namun kesempatannya untuk berhasil membawa Maria keluar akan semakin mudah. Ia menunggu dengan sabar dibalik sela besi kurungan. Yang dibuat seperti kandang binatang, berbeda dengan penjara untuk manusia yang masih hidup. Tempatnya bersembunyi berisikan mayat yang dicincang-cincang. Tidak tau ada berapa kepala didalam sana, sampai darahnya berkubang dilantai yang merendam mata kaki Lithia. Ia sengaja membiarkan babi itu lebih berisik lagi agar kejutannya nanti tidak mengundang penjaga.

"Dasar bangsawan keparat! Kau bilang akan menjadikan ku istrimu. Cuih!"Maria menjauhkan dirinya kesudut.

"Benar. Semua yang ada didalam sini adalah istriku! Kau lihat, bahkan ada yang secantik putri Kaisar, disana!"menujuk ketempat persembunyian Lithia.

Lithia memundurkan kakinya lebih dalam.

"Meskipun dia sudah mati karena terlalu sering menjadi istriku. BUAHAHAHAHA..."ia berhenti tertawa"Sekarang istriku, buka selangkangan mu!"sembari menurunkan celananya.

"TIDAK! TOLONG! TOLONG...! SIAPAPUN TOLONG AKU!"jeritan Maria begitu putus asa.

"AHAHAHAHAHAHA. Walaupun kau berteriak sampai menjadi bisu, tidak akan ada yang menolong mu"air liurnya menetes ditiap langkah yang memperpendek jaraknya dengan gadis perawan didepan matanya.

Maria memeluki dirinya, dan terus meraung. Sementara Lithia tengah mencari sesuatu untuk langsung menbunuh babi buruannya. Ia melihat sebuah gigi taring yang mengkilap, dalam satu gerakan Lithia menyambar dan berlari sekencang-kencangnya, sambil berteriak"Tutup matamu, Mariaaaa!"

Sontak mata Maria terpejam.

Lithia naik keatas punggung babi dan menyayat lehernya. Selain ia tidak bisa berteriak, matinya pun lebih cepat,

BRUK!
Sang babi roboh dengan mata melotot dan bagian bawahnya telanjang.

Lithia mengatur nafasnya. Setelah diperhatikan lagi, ternyata babi ini adalah bangsawan yang ingin memperkosa seorang wanita dengan luka bakar diwajahnya. Lithia tersenyum miris"Akhirnya aku bisa membalas budi"tuturnya. Semenjak hari itu, dia selalu hidup dalam rasa sesal dan syukur. Namun hari ini, Lithia bisa hidup denga sebebasnya!

"Kau tidak apa Maria?"menggenggam tangannya kuat. Ia hampir saja kehilangan Maria.

Maria membuka matanya pelan-pelan. Air matanya menyeruak begitu melihat wajah Lithia. Ia menangis sesegukan"Lithia...!"

Abroum Inthus the Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang