Lithia berdiri diatas panggung dengan seisi rumah yang penuh cahaya, jelas sangat berbeda dengan kelahirannya. Rambut ikal legam yang menjuntai bak akar hingga ke pinggangnya. Gaun putih polos tanpa pernak-pernik, tampak begitu memukau dihiasi oleh manik mata emasnya"Selamat datang tuan-tuan. Dan selamat menikmati nona-nona"sapanya. Membuat seisi ruangan tertawa.
Ia melanjutkan sambutannya"Jika kalian mencari kebahagiaan dan kesenangan, Omorfia memiliki segalanya. Namun, kau tidak akan bisa menemukan milikmu disini. Jika itu harapan mu, keluarlah. Tetapi, jika itu adalah hasratmu, pesta, dimulai!"merentangkannya tangannya dalam tepuk tangan yang meriah. Meramaikan hidangan utama yang akan ditampilkan. Sebuah tarian, yang merupakan keahlian Maria. Karenanya tidak ada yang bisa menari lebih indah dari Zurfa.
Lithia menyendiri, lagi. Melihat orang berlalu-lalang dari balik jendela dengan segelas wine kelas atas ditangannya. Dulu untuk mendapat segelas air bersih saja dia kesusahan, namun sekarang segala macam jenis air bisa didapatkannya. Lithia sudah mendapat cukup banyak informasi dari dunia yang ditinggalinya"Terlepas dari hal busuk dunia ini, cara mereka menggunakan mata uang cukup sederhana. Hanya ada koin dan kertas, yang membedakan nilainya hanyalah jumlah dari kedua benda itu. Cukup konyol juga"seraya meneguk.
"Lithia!"panggil Maria, berlari sambil mengangkat gaunnya yang mekar itu.
Lithia menarik nafas panjang"Dia lebih memusingkan daripada uang! Juga lebih misteri dari reinkarnasi!"gumamnya merutuk "Kau sudah selesai?"memperlihatkan senyum bisnisnya.
"Sudah"ketusnya "Hey, berapa umur mu sekarang?!"menyipitkan matanya.
Lithia terbengong menghitung. Di kehidupan pertamanya berakhir saat berumur 12 tahun, kehidupan kedua dia mati dibakar saat berumur 18 tahun. Kehidupan ketiga sedikir lebih lama, dia mati dicabik monster karena rasa iri dari putria raja, saat usianya menginjak 21 tahun. Keempat, lima, enam "Sebentar... Sampai angka berapa tadi?"menghitung dengan jari.
Maria jengkel"Pendapatan kita kemarin adalah 15.000 kertas dan 850.000 koin. Berapa totalnya?"melipat kedua tangannya didepan dada.
Dengan cepat Lithia menjawab"865.000 Kertas dan koin."
Dan dia masuk perangkap kemarahan"Soal uang saja kau cepat. 18 tahun! Usia mu dan diriku sudah 18 tahun. Sudah saatnya kita menikah!"tuntutnya.
"Ah, ya... Umurku 18 tahun, haha..."cangungnya. Lithia mengalihkan suasana"Kau ingin menikah kan, Maria?"ia meneropong ke seberang jalanan"Jangan cari didalam rumah, carilah diluar rumah sana."
Maria mendengus"Bagaimana jika dia baru keluar dari rumah kita, nyo-nya?!"
"Setidaknya dia sudah dirumah sebelum fajar"asalnya menjawab.
"Lihat. Kau hanya ingin mengolok-olok mimpi ku!"tidak ingin kalah berdebat.
Lithia memberikan teropong padanya"Cinta tidak bisa dijadikan impian. Cinta akan terus membuatmu bermimpi dengan mata terbuka"pungkasnya. Ia ingin Maria bisa menikmati dan mencintai semua yang dimilikinya saat ini"Atau kau mau menikah dengan Duan? Mungkin Rop? Jika dengan mereka aku akan menikah kan mu sekarang juga"guraunya tentang waktu pernikahan.
"Memangnya aku sudah gila?!"tuturnya"Bahkan kami bertiga sudah pernah mandi bersama saat kecil. Kau lihat itu"menunjuk Duan yang tengah befrnyanyi mengiringi penampilan teater Rop"Pria yang alim sepertinya mau dijadikan suami? Bukan seleraku! Dan anak itu!"menunjuk Rop yang tengah berlakon sebagai wanita bangsawan"Maniak gila drama yang merebut peran wanita dari wanita asli! Pria sepertinya mau dijadikan suami? Tidak akan ada yang mau menikah dengan mereka. Kalian hidup saja sampai tua bangka bersama! Aku akan menikah!"ia mengeluh juga menegaskan kemantapan hatinya.
"Tidak ada yang salah dari hidup sendiri. Dunia saja tidak memiliki pasangan, aku akan tetap melajang bersama dunia ini"kekehnya. Lithia bukanlah orang yang suka hidup serius.
KAMU SEDANG MEMBACA
Abroum Inthus the
FantasíaIni kisah yang sering terdengar. Kenapa? Karena tidak ada yang pernah berhenti menyandingkan gadis kotor dengan orang-orang yang berharga sebagai pemeran utamanya. Kesucian yang dibalut kotoran, sosok hina yang didamba-dambakan oleh kemuliaan. Lit...