Higanbana Merah

21 9 11
                                    

"Saya Lithia Syutha"celetuknya hanya ingin mengganggu orang yang menyamar itu.

Pangeran menanggapinya dengan lebih dingin begitu tau namanya"Aku tidak menyentuh wanita pelacur"deliknya.

"Dan aku tidak pernah tersentuh. Terlebih oleh pria dirumah ku, tuan pelanggan"tajam Lithia menyerang.

Pangeran tidak ingin membuang waktu, namun ia juga tidak bisa berbalik badan dari gadis ini"Apa yang membuatmu bisa begitu angkuh?"nanarnya menatap lurus manik-manik itu.

"Pelacur selalu angkuh, tuan pelanggan"setelah awalan dengan rona suara menawan, ia membuat nada sinis diakhiran kalimatnya "Selamat datang di Omorfia, justce"tersenyum dengan matanya. Lithia lihai dalam mengeluarkan pesona. Begitu berbalik badan, ia kembali pada wajah aslinya. Yang datar dan dingin.

"Justce?! Dia bisa bahasa Jinjaar? Seorang Zurfa!?"suara Toran melengking, tercengang.

"Apa artinya?"tanya pangeran. Pendidikannya sangat dibatasi karena latar belakangnya yang membuatnya sangat terkucilkan.

"Berengsek"toleh Toran.

"Apa?"pangeran mengerutkan dahinya.

"Ma-maksudnya, justce dalam bahasa Jinjaar berarti berengsek, pangeran"mengulum mulutnya usai itu.

Pangeran tampak beringas. Ia tidak bisa menjatuhi gadis itu hukuman saat ia sendiri sedang menyamar. Selain karena pengaruh yang dimiliki oleh Zurfa ini tidak bisa diremehkan.

Toran menyela ditengah beban fikiran pangeran"Persis seperti kabar yang beredar. Lithia Syutha adalah pemilik Omorfia, sekaligus satu-satunya wanita kaya di Murtha. Dia tidak berpendidikan dan tidak punya takut. Bahkan saat pangeran kedua mengundangnya ke kasur, dia menolak dengan santainya dan mengirim pelacur dari rumah bordil lain. Cukup gila, hanya dia yang memperlakukan anda dengan begitu berani. Apa gadis itu memang suka mengundang bencana?"

"Dia bukan gadis tapi Zurfa. Entah berani atau cari mati"mengeraskan rahangnya. Menatap garang wajah samping Lithia dari kejauhan.

Selesai sudah kehidupan mu. Dosa apa yang kau lakukan dikehidupan sebelumnya sampai kau bernasib sial dengan mengusik Pangeran Liskan Alagaar, nona. Iba Toran mengasihani dalam hatinya.

Pangeran harus menunda kasus yang sedang diselidikinya karena tiba-tiba diperintahkan berperang dengan kerajaan msuh. Ia tidak bisa membantah titah kaisar tyran yang selalu seenaknya memerintah.

Pangeran Liskan Alagaar adalah komandan pasukan Mohar. Ia dijuluki Higanbana merah, yang menawan dan berbau kematian. Bukan hanya karena kehebatannya, ketampanan Liskan sama berbahayanya.

Perang telah berakhir, dan kemenangan selalu berada ditangan Murtha. Mayat-mayat yang bergelimpangan dengan pemandangan memualkan, Pangeran Liskan sudah berada ditengah perang sejak berusia 9 tahun. Biasanya mayat dari pasukan Mohar akan dikubur bertumpuk dan mayat pihak musuh hanya akan dibiarkan dimakan gagak dan binatang liar lain.
"Karena aku dipaksa ikut dalam perang yang menjijikkan ini, kau harus mengalah. Jelas aku yang lebih banyak berjasa disini"ujar pangeran kedua, ia sangat membenci Pangeran Liskan dengan darah dan dagingnya.

"Ya, tentu saja. Mata mu yang hanya melihat dari teropong di bukit sana sudah banyak memberikan jasa sebagai saksi kemenangan ku"sahut Liskan yang memandang kebawah dari atas kuda dengan gagahnya.

Pangeran kedua merasa terhina"Memangnya kau bisa membuktikan jika kau lebih banyak menghabisi bangsa mu?!""tantangnya.

Sebagai pangeran ketiga yang merupakan anak dari selir yang berasal dari negeri musuh, Golar. Yang baru mereka kalahkan. Ibunya yang dijadikan sebagai genjatan senjata telah meninggal 2 tahun lalu, itu sebabnya kaisar langsung mengingkari janjinya dengan Kerajaan Golar. Ia membuat keberadaan Liskan tidak berarti dimanapun. Liskan hanya memiliki kekuatan dan wewenang yang lemah untuk sekedar melindungi diri saja sudah susah payah.
''Kakak periksa saja mayatnya, aku meninggalkan tanda dengan pedang ku. Lalu kakak? Bagaimana kakak akan membuktikannya?"ia bisa bertahan hidup berkat kelicikan otaknya ini.

Pangeran kedua meludahi kuda Liskan"Tidak sudi. Siapa kau? Beraninya anak selir rendahan dari negeri musuh memanggilku kakak? Enyah kau dari pandanganku sekarang!"

Liskan turun dari kudanya, ia meminta air pada bawahannya dan memandikan kuda kesayangannya. Ingin hatinya untuk memotong bulu yang terkena ludah dari mulut kotor itu, namun ia tidak ingin memulai pertikaian yang sengit"Silahkan saja pangeran kedua, Ambar Khust. Tanah negara kita begitu lebar"suara lembutnya begitu menusuk ditelinga.

"Ambar! Beraninya kau menyebut nama terkutuk dari kerajaan ibu mu, bedebah hina!''amuknya.

''Salahkan Kaisar yang menghina mu dengan nama itu''tanpa melihat kearahnya. Ada peristiwa dimana Kaisar salah memberikan nama. Hingga nama mereka tertukar. Itu semua direncanakan oleh ibunya Liskan, dan alasan mengapa Pangeran Ambar membencinya dengan segenap darah dan dagingnya. Padahal ibunya adalah permaisuri sekarang, namun ia harus terus hidup dengan nama hina ini selamanya.

---------

Pangeran membawa pulang kemenangan, ia diarak-arak hingga sampai di istana. Dan melapor pada kaisar. Liskan mengasah dendamnya tiap kali berlutut pada kaisar, orang yang telah membuat ibunya menderita sampai hari kematiannya.
"Ambil lah 500 koin emas dan tanah kosong di pinggir Murtha"kaisar sibuk memegangi paha selir dipangkuanya, kemudian mengibaskan tangannya.

Tanah kosong? Itu tanah yang ditinggalkan karena penuh bebatuan didalamnya. Jangankan menanam, lumut saja hampir tidak tumbuh disana. Dongkolnya''Terimakasih yang mulia, satu-satunya matahari yang agung''memberi salam dan pergi dari sana. Bahkan koin emas yang diberikannya untuk seorang pahlawan perang masih lebih rendah daripada biaya hidup selir-selirnya. Tua bangka sialan! Hardik Liskan dalam hatinya.

Begitu kembali ia langsung disodorkan tumpukan berkas oleh Toran''Jika saja semuanya ini bisa dibakar, saya akan berlibur setidaknya 6 bulan penuh''eluhnya. Karena semua ini adalah keinginan Liskan, biasanya bawahan yang mendesak dan memohon agar atasannya bekerja. Sangat berkelainan dengan Toran yang beberapa kali sempat mengajukan surat pengunduran diri karena tidak sanggup lagi dengan si maniak kerja ini!

''Jika semua ini terbakar, kau juga"senyumnya. Sembari memeriksa dengan teliti dan menulis dengan terperinci.

''Pangeran~ Tidak bisakah kita istirahat dan pulang hari ini saja? Kita baru memenangkan perang yang berlangsung selama 20 hari!?"bujuk Toran merengek.

"Pulanglah. Dan kembali setelah mandi"pesan Liskan.

Toran yang tadinya tersenyum cerah kembali muram dengan singkat. Jika sudah begini, satu-satunya cara adalah dengan buku itu! Yang ditulis oleh orang bernama Huraiman! Akal bulusnya mulai berjalan kembali.
"Ekhem. Saya sudah mendapatkan buku terbaru dari penulis kesukaan pangeran. Tapi bagaimana ini? Pangeran kan sedang sa~ngat si~buk!"

Suara dari pena bulu itu terhenti. Liskan mengulurkan tangannya dan terbatuk palsu.

Toran memalingkan wajahnya untuk tersenyum lebar. Dan memberikan buku tipis itu pada Liskan.
''Kalau begitu, saya undur diri pangeran"secepat kilat sudah berada didepan pintu. Ia tau Liskan tidak akan memperdulikan apapun begitu membaca buku kesukaannya. Toran berlari kencang sambil bersenandung.

Buku bersampul hitam dengan nama pena sebagai judulnya 'HURAIMAN'. Bahkan Liskan sekalipun tidak pernah tau siapa orang ini walaupun ia sudah menyelidikinya. Seseorang yang miterius dengan curahan pemikiran yang sangat mendalam dan cemerlang. Liskan membuatnya menjadi pedoman untuk terus menguatkan diri dan hatinya. Ia mengusap barisan kata itu dengan berdebar"Tidak semua keburukan didasari kejahatan dan tidak semua kebaikan didasari kasih sayang. Tidak semua kebaikan itu tulus dan tidak semua kejahatan itu nyata. Kesombongan tidak langsung mengubah dan menggelapkan pandangan. Apapun dirimu dan dunia ini bukan ketetapan jika bukan Tuhan yang menentukan. Akan kau sadari dan rasakan walau tidak terlihat, namun sudah mulia dirimu dihadapan Tuhan tanpa ada seorangpun yang menyadarinya, tentu saja. Kitapun dulu sama seperti mereka."

Liskan termenung sejenak. Ia mengambil jeda untuk mengagumi"Bukunya selalu luar biasa! Kata-katanya selalu menembak dengan indah! Jika saja aku menemukannya, aku akan membuatnya bekerja untuk ku. Orang ini sudah seperti penasehat ku... Siapa sebenarnya dirimu Huraiman?"memandangi langit-langit dengan matanya yang sayu. Pertama kali ia membaca buku ini adalah pada saat perang pertamanya, sesungguhnya buku ini yang banyak membantu setengah jalan hidupnya. Baik dalam cara menjalani kehidupan dan menyikapi kesulitannya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 21 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Abroum Inthus the Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang