Siang ini, jam istirahat Fikri (di sekolah) yang seharusnya dia lalui dengan tidur di atas meja kelas, malah diganggu oleh Rizki. Anak yang duduk tepat di belakang Fikri itu tiba-tiba menghampirinya dan mengajaknya bermain basket bersama.
"Gua males, Ki! Nanti aja pas kegiatan klub!" Kata Fikri dengan mata lelah yang hampir tertutup rapat.
Rizki pun menggoyang-goyangkan pundak Fikri sambil menggerutu, "Yah, Fik! Ayolah! Sekalian nambah-nambahin fans!".
"Gua kagak butuh fans! Gua butuh tidur!"
Sabella yang masih duduk di sebelah Fikri pun geram dan berkata, "Duhh! Ki! Udah lah.. si Fikri bukannya mau tidur.. tapi udah ada janji ama gua di kantin.."
"Hah?!" Sahut Fikri terheran-heran.
Sabella mengedipkan satu matanya seolah meminta Fikri untuk mengikuti iramanya. Tapi dengan polosnya Fikri malah bertanya, "kapan gue bilang janji ama Lo, Bel?"
Jelas saja itu membuat Sabella geram. Padahal dia bermaksud untuk menghentikan Rizki supaya tidak terus membujuk Fikri untuk ikut main basket.
Tanpa basa-basi, Devano yang sejak tadi hanya duduk di bangku nya yang berada tepat di depan Fikri pun berbalik menghadap mereka. Lalu dengan santai dia berkata, "Oh.. iya, Fik.. lu kan emang mau ke kantin bareng kita, Randa udah nunggu noh didepan kelas.."
"Van.. udah gue bilang, gue mau..." Sanggah Fikri.
Dan tiba-tiba, Devano menyelak dengan berkata, "Eh.. tapi barusan gue liat Leah sama temennya lagi jalan ke kantin tuh.."
Seketika Fikri pun bangkit dan berkata, "Oh iya! Kuy ke kantin!"
Sabella dan Rizki terpelongo heran. Sedangkan Devano tersenyum dengan bangganya.
Sambil menggenggam tangan Sabella, Fikri mulai melangkah keluar kelas. Lalu Devano ikut mengiringi mereka, dan sambil melangkah dia bergumam, "jangan remehkan kekuatan Abang bucin gais.."
...
Di kantin, Fikri terus menyapu pandangan nya. Menoleh ke kiri dan ke kanan dengan harapan dapat bertemu dengan Amalia. Dia bahkan tidak peduli pada Sabella yang duduk di sebelahnya, dan Devano beserta Randa di hadapannya.
"Mana? Katanya...." Tanya Fikri yang masih berusaha mencari adiknya.
"Katanya tadi lo dicariin Kak Ocid, Ran.." kata Devano memulai pembicaraan dengan Randa.
Sontak Randa tersedak es teh yang tengah ia tenggak, lalu dia bertanya, "kata siapa?"
"Gue gak sengaja denger pas di parkiran sekolah tadi.." jawab Devano santai.
Lalu Sabella pun menyahuti, "Widiih.. kenapa nih si Ocid tiba-tiba nyariin elo?"
"Ocid siapa sih?" Tanya Fikri yang sejak tadi merasa tidak ditanggapi.
Ketiga temannya pun terdiam seketika. Lalu Randa menghela nafas lega, Devano hanya bisa menepuk jidatnya, dan Sabella berkata, "Fikri! Sudahi kepikunan Lo!"
"Gapapa Fik.. bagus kalo Lo lupa," kata Randa tenang.
"Padahal Randa udah beberapa kali curhat tentang kak Ocid.." ungkap Devano pasrah.
Jadi singkatnya, Rasyid Zeyar atau yang biasa dipanggil kak Ocid adalah anak kelas 3A yang menjadi ketua klub sastra. Kebetulan Aksa Zaranda, atau Randa juga join klub itu. Awalnya, kehidupan Randa sebagai anggota klub sastra terasa rata bagai aspal jalan tol. Namun setelah beberapa bulan, Ocid mulai mengganggu bagai polisi tidur di tengah jalan. Dia memerintah Randa seenaknya, memarahinya kalau tidak sesuai ekspektasi nya, lalu menghukumnya karena berbagai alasan yang tidak jelas.
Randa yang notabenenya tidak suka curhat, beberapa kali mulai mengeluhkan Ocid pada teman-teman se-gengnya. Sabella yang mendengar keluhan Randa pun turut kesal mendengarnya, bahkan dia yang paling emosional diantara dua lelaki yang juga ikut mendengarkan keluhan Randa itu.
"Gimana? Udah inget belom, Fik?!," cibir Sabella sambil memicingkan matanya.
"Oh.. si Ocid yang itu!" Sahut Fikri yang bertingkah seolah baru mengingat kembali orang itu, padahal dari rautnya dia masih nampak bingung.
Devano tertawa sumbang, lalu Randa menghela nafas pasrah sambil menyeruput kembali es tehnya.
Sabella yang nampak asik mengunyah gorengan yang ia beli tadi pun bertanya, "tapi Ran, katanya si Ocid udah kagak ikutan gengnya si Dimas tau.."
Ekspresi Randa saat menanggapi nya terkesan tajam walau datar, lalu dia berkata, "sumpah.. gue gak peduli, Bel.. mau muntah gue denger namanya doang.."
Fikri tertawa girang, dia berpikir kalau raut Randa yang datar saat mengatakan itu sangat lucu. "Lu kek orang traumatis aje Ran.. ahahha!!"
"Emang iya kok.." jawab Randa singkat. "Malah rasanya mau bunuh diri gua kalo liat mukanya.."
Kompak fikri dan Sabella tertawa terpingkal-pingkal. Tapi Devano malah mengingat catatan Devina yang ia temui di depan pintu kamar nya semalam. Dia pun mengalihkan topik dengan berkata, "Btw.. katanya kak Dimas abis ribut sama anak gaib pas awal semester 2 kemaren.."
"Anak gaib?" Tanya Randa yang membuat Fikri mengelus dada, karena biasanya hanya dia yang tidak tahu apa-apa.
"Ih.. lu pada gak tau kah? Selama ini tuh ada rumor tentang anak yang gak pernah hadir tapi namanya ada di buku absen? Malah katanya nama dia juga ada di urutan rangking angkatan.. terus ada yang bilang kalo tuh anak sebenernya hadir, tapi gak berwujud aja.." ujar Sabella dengan tempo suara yang terdengar horor.
Tatapan Randa tak berubah seperti biasanya, datar bak boneka. Kemudian dengan heran ia bertanya, "lah? Kalo gak berwujud gimana caranya kak Dimas ribut sama dia?"
Tiga orang yang duduk didekatnya pun tak bergeming. Devano pun angkat suara kalau dia memang pernah bertemu orang yang disebut anak gaib itu, dia nampak sangat pucat dan tinggi, "emang hawanya agak beda kalo lihat tuh orang, kek dari dunia lain.."
Fikri pun bergidik ngeri, lalu berkata, "dahlah.. gak usah ngomongin anak gaib.. mending kita ngegosip tentang kasus pembunuhan di Cilacap yang diangkat jadi film kemaren.."
"Bukan Cilacap bj*r!" Seru Sabella emosi.
"Lah terus?,"
"Cianjur.. Cianjur.."
"Bukan Cianjur, Bel.. Cirebon!" Celetuk Devano dengan yakinnya.
...
Disaat riuh karena gosip itu, tiba-tiba saja seseorang memeluk Fikri dari belakang. Karena topik pembicaraan mereka yang cukup horor, Fikri pun sampai membeku karena terkejut dan terbawa suasana horor itu.
"Fikri!!" Seru orang itu, yang ternyata adalah Amalia.
"Ngapain lu?! Muncul muncul langsung meluk gua?!!" Seru Fikri kesal. Padahal dia bisa menikmatinya kalau tahu dari awal bahwa yang memeluknya adalah adik kesayangannya.
...

KAMU SEDANG MEMBACA
KAKAK ♡
Roman pour AdolescentsKakak P*k*n Adek b*c*t Temen l*kn*t ♡ Everybody.. Cerita ini asli karangan, bukan bermaksud memprovokasi ataupun menyinggung pihak manapun. Semoga yang baca suka ya.. ~Fikri