Part 5

507 23 5
                                    

Dia baru menyadarinya sekarang, kenapa dia enggan membunuh gadis itu walaupun kalau bisa dibilang wangi darah gadis itu sangat lezat buatnya, agh gadis itu benar-benar seperti heroin mereknya sendiri.



Dan hanya dia yang bisa memiliki gadis itu, dia tidak ingin gadis itu jatuh kepelukan orang lain, hanya ada dua cara, pertama dia membuat gadis itu abadi sama sepertinya atau kedua dia harus membuat gadis itu jatuh cinta kepadanya.





Jatuh cinta padanya? Bisakah? Dia sendiri tidak yakin pada dirinya sendiri, yah sejak kepergian gadis itu, Alex sudah benar-benar menutup hatinya itu juga yang merubah sifatnya selama 100 tahun belakangan ini.



Alex hanya menggelengkan kepalanya dengan keras,mungkin minuman ini telah mempengaruhinya sehingga membuatnya berpikir tentang cinta. Masa lalu. Itu lah yang membuat Alex sekarang begini, Alex menghela nafas panjang andai saja kejadian itu tidak terjadi mungkin dia sudah bersama kekasihnya dan saling mencintai

Tapi takdir berkata lain, Alex harus merelakannya dengan orang lain. 'tidak ini sudah mulai tidak benar, gadis itu benar-benar meracuni diriku' pikir Alex. Alex memejamkan mata, dia masih bisa mengingat setiap jengkal wajahnya, setiap memori kenangan mereka berdua seakan terputar kembali dibenaknya

Senyumnya yang mampu membuat Alex seakan tak peduli statusnya sebagai Vampire, matanya yang hijau terang mampu hatinya tenang, tak ada yang bisa membuat Alex seperti itu selain Helena Valentine, suaranya bagaikan sebuah alunan nada yang selalu membuatnya bahagia

Alex sangat bahagia bersama Helena hanya saja saat itu ia hilang kendali dan membuat semua rencana yang dibuatnya bersama Helena hancur seketika, ingin rasanya Alex kembali ke masa lalu hanya untuk melihat senyum di wajahnya, melihat mata hijau nya yang indah dan mendengar suaranya

Demi Tuhan dia bersedia melakukan atau menyerahkan apa saja agar Helena bisa kembali padanya. Tapi apa gunanya dia meminta itu sekarang yang terpenting buatnya adalah Helena tenang dialam sana

 Alex menghembuskan nafasnya dengan kasar, rasa rindu kembali melengkupi dirinya, apa yang Alex harus lakukan? Tentu saja bertemu Helena, tapi satu masalahnya jika ia ingin bertemu Helena ia harus membunuh dirinya sendiri.

Dan dia tidak akan mempan dengan bunuh diri ala manusia, tentu saja dia tidak memiliki darah dan dia tidak bernafas terkadang tubuhnya bisa sangat seringan kapas kalau ia mau, itu lah alasan nya ia sangat tersiksa dengan keadaan

Namun gadis itu selalu ada difikirannya, bersarang ditempat yang paling indah didirinya yaitu dihatinya.

Tanpa sadar air mata jatuh dari kelopak mata Alex, gadis itu benar-benar tambatan hatinya sampai bisa membuat seorang vampire bernama Alex Kristoff menangis karenanya


"begitu besarkah perasaanmu padanya" seseorang berkata dibelakangnya, Alex berbalik menatap wanita itu, "mengapa kau ada disini? Seharusnya kau tidur" omel Alex dingin, dia tidak ingin ada yang melihatnya menangis terutama Veronika

"apakah kau tidak sadar ini jam berapa?" tanya Veronika pada Alex, Alex menoleh menatap jam besar diruang tamunya, sudah jam 7.47 pagi, ternyata dia melamun terlalu lama

"apakah wanita itu menyakitimu? Sebegitu besarkah rasa cintamu padanya?" tanya Veronika lagi. Kali ini Alex sudah tak tahan lagi menahan suaranya, "apa urusanmu little girl?" tanya Alex dengan nada dingin bercampur kesal

"aku hanya bertanya, apakah cintamu begitu besar buatnya?" tanya Veronika lagi, "can you back off , bitch" kata Alex marah

Veronika hanya terdiam mendengar perkataan Alex, perlahan Veronika berjalan keluar dari apartemen Alex lalu berjalan pulang, seharusnya memang begini, tidak ada yang benar-benar peduli padanya bahkan menolongnya apalagi orang seperti Alex

Pasti Alex hanya memanfaatkan dirinya untuk membuat tunangannya cemburu, ya pasti tapi langkah Veronika terhenti, dia berjalan kembali ke apartemennya Alex, dia tidak ingin dicap sebagai orang tidak tau terima kasih

"terima kasih telah menolongku, aku harap kita bisa berteman" kata Veronika di depan Alex yang sekarang sedang menatapnya dingin, lagi-lagi suasana itu kembali membeku membuat Veronika takut

"ya dan tidak" jawab Alex dengan nada acuh tak acuh, "maksudmu?" tanya Veronika tak mengerti

"aku menjawab dua pertanyaanmu, tak mengertikah kau?" tanya Alex, "aku tidak mengerti bisakah kau menjelaskannya?" tanya Veronika lembut

"bodoh" kata Alex sambil menghela nafas dengan kasar, "ya untuk ucapan terima kasihmu karena aku telah menolongmu, tidak untuk ucapanmu yang kau berharap bisa berteman denganku" jawab Alex dingin

"aku harap kau bisa menjauh dariku Veronika,tidak kah kau tau kau terlalu merepotiku, berteman denganku? Kau hanya bisa membuat hidupku bertambah susah karena kau" sambung Alex kejam

Veronika berusaha menahan tangisnya karena perkataan Alex barusan telah membuat hatinya ternohok, "baiklah" kata Veronika

"apa yang bisa kubanggakan darimu kalau kau menjadi temanku?" tanya Alex sebelum Veronika beranjak meninggalkannya.


Veronika terdiam, ya benar tak ada yang bisa dibanggakan darinya


"sudah kuduga, kau hanya gadis miskin yang terhina yang berusaha memorotiku, sayang aku tak sebodoh yang kau kira, jalang" sambung Alex mengejek Veronika yang hanya terdiam dari tadi

"maafkan aku, tapi aku tidak mempunyai fikiran sekeji yang kau kira, aku cukup sadar akan keadaanku didunia ini yang tak lebih dari gadis miskin" teriak Veronika

Mata kelam Alex semakin menghitam menandakan ia benar-benar marah.


"apa-apaan kau beraninya berteriak padaku!" bentak Alex marah


Veronika hanya bisa terdiam ditempatnya, rasanya ia ingin menangis saat ini, sekuat-kuatnya wanita tetap saja ia menjadi makhluk yang lemah.


"maaf untuk itu, aku akan pergi sekarang" kata Veronika dengan suara bergetar


Veronika menangis setelah keluar dari apartemen Alex, dia tidak tau kalau dirinya serendah itu dimata Alex. Veronika kembali kerumahnya, lalu menenggelamkan dirinya dibantal

Veronika benar-benar tak bersemangat menjalani hari ini, moodnya sudah benar-benar hancur karena perkataan Alex tadi, Veronika menghela nafas dia harus tetap kekampus habis itu bekerja kalau tidak mau makan apa dia? Dan mau membayar listrik dan air dengan apa kalau bukan dengan uang?

Dirinya memang menyedihkan, kadangan dia berharap sedang bersama orangtuanya disurga sana ataupun dineraka sekalipun asal dia bisa bersama orangtuanya.

Immortal LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang