[kesurupan] Sebuah Celah

950 14 8
                                    

Di pagi hari yang cerah, seorang wanita bernama Sari yang berusia sekitar 38 tahun sedang joging di sekitar kampung. Sari mengenakan kaos pink lengan panjang dan celana legging yang membentuk tubuhnya dengan ideal. Ia berlari dengan penuh semangat melewati sawah yang hijau dan terbuka, tampak jelas betapa ia sangat memperhatikan bentuk tubuhnya yang proporsional.

Tiba-tiba, ekspresi wajahnya berubah menjadi cemas. Sari merasa kebelet pipis, dan setiap langkah jogingnya semakin membuatnya tidak nyaman. "Aduh, kenapa sih harus nahan pipis kayak gini?" keluhnya dalam hati. Ia melirik kiri dan kanan, hanya melihat sawah yang terbentang luas tanpa satu orang pun di sekelilingnya.

"Kalo laki-laki sih gampang, bisa pipis sambil berdiri, tinggal cari tempat yang agak tersembunyi. Tapi aku... yah, nasib jadi cewek. Harus cari pojokan sawah yang aman. Semoga ada tempat yang bisa dipakai."

Sari kemudian bergegas menuju pojok sawah yang tinggi padi-nya. Dengan perasaan lega yang menunggu, ia menurunkan legging dan pakaian dalamnya sambil memastikan tidak ada orang di sekitarnya. Setelah merasa yakin, ia mulai pipis dengan ekspresi wajah yang menunjukkan kelegaan yang mendalam. "Ah, akhirnya......." ujarnya sambil menghela napas lega.

Namun, di balik tanah yang basah tersebut, terdapat sosok gaib, Raden Wira, seorang pendekar tua dari masa lalu yang menjadi penunggu tanah tersebut. Sosok ini merasa panas dari pipisan Sari dan sangat marah dengan tindakan tidak sopan itu.

"Jadi begini caranya manusia menghargai tanah ini? Hah, manusia ini benar-benar tidak tahu sopan santun! Kesempatan bagus untukku membalas perilaku yang tidak sopan ini. Pasti dia tidak akan pernah tahu apa yang terjadi."

Raden Wira, dengan kekuatan gaibnya, mulai merasuki tubuh Sari melalui area bawah nya yang terbuka. Saat ia merasuki wanita tersebut, ia merasa kekuatan fisik dan sensasi yang luar biasa. Ia tersenyum licik sambil mengelus bagian-bagian tubuh Sari yang menurutnya menarik.

"Astaga, betapa lembutnya dada ini. Perasaan ini... sungguh berbeda dengan tubuhku yang dulu. Aku bisa merasakan setiap lekuk dan gerakan dengan jelas. Ini adalah kesempatan langka. Aku harus beradaptasi dengan baik."

Setelah beberapa waktu beradaptasi, Raden Wira mulai memuji bentuk tubuh Sari. Ia dengan cepat mengangkat legging dan pakaian dalamnya, mengenakan sepatu running, dan melanjutkan aktivitas joging seperti Sari. Sambil tersenyum puas, Raden Wira merasa senang bisa merasakan kembali fisik manusia dan terlindungi dari sinar matahari.

"Ini luar biasa! Dengan tubuh manusia ini, aku bisa menikmati segalanya—dari sinar matahari hingga kebebasan bergerak. Dan sekarang, aku bisa pulang ke rumah dan menjalani kehidupan ini. Apa yang akan terjadi jika mereka tahu aku bukan Sari yang asli?"

 Apa yang akan terjadi jika mereka tahu aku bukan Sari yang asli?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(hanya ilustrasi bukan sosok sebenarnya)

Raden Wira, dengan ingatan dan kebiasaan Sari, pulang ke rumah. Di rumah, anak perempuan Sari yang bernama Nadia, yang sudah berusia sekitar 14 tahun, memanggilnya dengan sebutan "ibu" seperti biasa. Namun, ibu yang baru ini berperilaku agak aneh, sering bengong, dan tampak berbeda dari biasanya.

"Ah, si Nadia tidak curiga sama sekali. Bagus sekali, aku bisa memainkan peranku sebagai ibu dengan sangat baik. Aku harus beradaptasi lebih lanjut dengan kebiasaan dan ingatan Sari. Dan siapa tahu, mungkin ini bisa jadi permainan yang menyenangkan."

Dengan senyuman licik, Raden Wira menikmati perannya sebagai ibu baru, sambil merasakan kekuatan dan kontrol yang dimilikinya melalui tubuh Sari.

Seru ga sih kalo bisa ngerasukin sosok seperti Bu Sari 🤔? untuk plot selanjutnya enaknya gemana ya coba kasih saran gaes, seperti biasa makasih buat kalian semua yang udah suport author dengan follow, vote & komentar

Transformation Magic Story Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang