[Possession] Merasuki Bu Guru

427 19 0
                                    

Sebenernya author lagi bingung mau nambah cerita disini atau seris baru menurut kalian gemana kalau mau seris baru mungkin pendek aja ya 5 part dengan jumlah kata minimal 1500 kata dan max 2500 kata dengan ilustrasi yang banyak (biasa & bbrp explicit) kalo di seris ini author males nulis banyak2 kira2 gemana mau dibuatin seris baru ga? jawab di kolom komentar

(Bagian sebelumnya belum dilengkapi)

Bu Ratri—atau lebih tepatnya jiwa Rendi di dalam tubuh Bu Ratri—melangkah dengan hati-hati. Satu hal yang membuatnya sedikit grogi adalah hak sepatu tinggi yang dipakai Bu Ratri. Rendi bukan tipe orang yang biasa berjalan dengan sepatu hak, jadi langkah pertamanya terasa kaku dan agak goyah. Namun, ia cepat menyesuaikan diri, mencoba berjalan dengan lebih anggun seperti yang biasa dilakukan Bu Ratri. "Ah, ini lebih susah dari yang gue kira," gumamnya sambil tersenyum kecil, meski rasa penasaran dan kegembiraan di dalam dirinya semakin membesar.

 "Ah, ini lebih susah dari yang gue kira," gumamnya sambil tersenyum kecil, meski rasa penasaran dan kegembiraan di dalam dirinya semakin membesar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(kalian suka ga sama Bu Ratri?)

Saat Rendi melangkah keluar dari lorong ruang guru, ia mencoba menyusun rencana. Tiba-tiba, dari memori Bu Ratri yang ia serap, muncul kilasan tujuan wanita itu

Bu Ratri sebenarnya sedang menuju ke ruang perpustakaan untuk mengurus beberapa dokumen yang tertinggal. Rendi mendengus, merasa sedikit kecewa. "Yah, mau urus dokumen? Boring banget," pikirnya. Tapi, ide mencari tempat sepi untuk bereksperimen muncul lagi di kepalanya.

Dia mulai melangkah cepat, keluar dari lorong utama dan menuju bagian belakang sekolah, ke area yang jarang dilewati orang saat jam-jam seperti ini. Tempat favoritnya sewaktu bolos, dekat lapangan basket yang biasanya sepi di sore hari. Langit mulai berwarna jingga, dan hanya ada sedikit suara burung yang masih terdengar.

Rendi melirik sekeliling, memastikan tidak ada siswa atau guru lain yang mungkin memperhatikan. "Oke, kayaknya di sini aman," bisiknya. Ia berhenti di sudut belakang sekolah, di dekat ruang penyimpanan alat olahraga yang jarang dibuka. Tempat itu selalu sunyi, hanya ada tembok tinggi dan beberapa pohon rindang yang menyembunyikan area dari pandangan luar. Ini tempat sempurna buat Rendi mengeksplorasi tubuh barunya lebih jauh.

Rendi tidak bisa menahan rasa penasaran yang menggebu. Ada perasaan aneh sekaligus mendebarkan saat ia merasakan tubuh wanita paruh baya itu seolah-olah untuk pertama kali. Dengan hati-hati, ia menyentuh pinggang Bu Ratri, merasakan betapa padat dan montoknya tubuh ini di balik kain seragam yang ketat. Tangan yang dulu milik Bu Ratri kini bergerak lebih bebas, mulai meraba perut, lalu naik ke atas. "Gila, nggak nyangka tubuh kayak gini rasanya enak juga," gumamnya, suaranya terdengar lebih lembut, lebih seperti suara Bu Ratri.

Tangannya tak henti-henti menjelajahi. Ia membelai dadanya, perlahan menyusuri bentuk yang menonjol di balik blus ketat. "Hmm... besar juga ya tetek nya," bisik Rendi dalam monolognya, ia tersenyum lebar, merasa seperti menemukan harta karun. Dengan sedikit kikuk, ia membuka dua kancing teratas blus Bu Ratri, memperlihatkan sedikit bagian dari bra hitam yang membalut payudara besar itu. "Cup... hmm, sepertinya ini ukuran D, atau mungkin lebih," pikirnya sambil mengangkat dan menimbang dengan tangannya sendiri. Sensasi baru ini luar biasa sesuatu yang tidak pernah ia alami sebelumnya.

(Mungkin author bakal perjelas beberapa detail nya kalo kalian pengen seris baru kalo misal engga ya author mau lanjut seris ini tapi pendek2 atau pas bagian possession nya aja)

Tiba-tiba, ia tertawa kecil. "Haha, siapa sangka Bu Ratri, guru galak yang selalu rapi, ternyata pakai kutang seksi begini," gumamnya sambil melongok lebih dalam, memastikan dirinya benar. "Warna hitam... cocok sih, tapi nggak nyangka aja," lanjutnya, kali ini lebih antusias. Ia merasa seperti anak kecil yang baru mendapatkan mainan baru.

Rendi, yang kini benar-benar terbuai dalam tubuh Bu Ratri, merasa keberaniannya semakin besar. Tangan kirinya kini meraba bagian bawah tubuhnya. Ia merasakan lekukan pinggul yang montok, lalu meraba ke arah paha. "Mantap, kencang banget," pikirnya sambil mengusap bagian pinggul dengan lebih penuh perasaan. Lalu, dengan cepat ia melirik ke sekeliling, memastikan bahwa tidak ada yang melihatnya.

Dengan hati-hati, ia meraba bagian rok pensil yang membalut tubuhnya, dan tangannya dengan cekatan menarik sedikit bagian rok itu ke atas untuk melihat lebih jelas. "Yah, apa lagi ini?" bisik Rendi ketika ia melihat sepotong celana dalam berwarna merah muda lembut yang kontras dengan kulitnya. "Hah, ternyata Bu Ratri pakai cawet warna pink," ucapnya geli, sedikit terkejut dengan pilihannya yang terlihat imut untuk ukuran wanita yang selalu tampak serius.

Ia memandangi tubuh barunya dari atas sampai bawah, merasa seperti baru pertama kali bisa benar-benar melihat bagian tubuh yang selama ini hanya bisa ia bayangkan. "Jadi gini ya rasanya punya badan wanita... terutama yang kayak gini," gumamnya lagi, kini sambil meraba bagian pahanya, lalu naik lagi ke pinggang. Rendi tak bisa menahan senyum puas yang semakin lebar di wajahnya. "Gue harus nikmatin momen ini... mumpung nggak ada yang tahu."

Terima kasih sudah membaca cerpen ini! Gimana menurut kalian, apakah ceritanya seru? Yuk, kasih tahu pendapat kalian di kolom komentar! Jangan lupa juga untuk vote, follow author, dan komen kalau ada ide, saran, atau masukan. Bagi yang mau traktir kopi, bisa langsung ke Saweria link ada di profil. Terima kasih banyak!

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 15 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Transformation Magic Story Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang