CHAPTER 14 : ENDING

1.6K 127 6
                                    

Malam bulan purnama datang, Brian dan Askara lebih dulu sampai di hutan bambu yang dimaksud oleh Bryan. Ditemani oleh sekitar lima mobil di belakang mereka, berjaga-jaga jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. Selama pintu portal belum dibuka, Brian melarang Askara untuk keluar. Jadi mereka menunggu di dalam mobil. Brian memperhatikan ke sekeliling. Mengamati kondisi hutan yang gelap dan hanya disinari oleh lampu-lampu mobil mereka. Sedangkan disebelahnya, Askara terus menerus menciumi syal pemberian Bryan. Amat senang karena ia bisa kembali dan dapat bertemu dengan kekasihnya.

Ketika sebuah cahaya menyilaukan muncul tanpa aba-aba, tidak ada yang tidak tertegun melihat keajaiban di depan mata mereka. Apalagi sesaat setelah cahaya terang itu menghilang, tau-tau kondisi hutan menjadi sangat ramai. Tidak cukup dengan mobil polisi yang berjejer di belakang sana beserta mobil hitam lainnya, mereka juga masing-masing turun, berbaris di depan dengan senjata yang siap.

Brian berdecak, kenapa dia begitu berlebihan sih?

"Kalo begitu saya akan turun duluan. Kamu diam disini," ucap Brian pada Askara, Brian kemudian keluar dari mobil. Berdiri di depannya, dan berseru. "ASKARA AMAN. SAYA SUDAH MEMBAWANYA.”

Mendengar seruan Brian, Bryan yang masih mengawasi dari dalam mobil mengambil pengeras suaranya.

"Saya akan memberikan Aksara. Asal kamu juga memberikan Askara." Sahut Bryan.

Brian berdecak lagi, ternyata dia gak segampang itu juga.

"OKE."

Lalu ia berbalik, mengangguk pada Askara menandakan bahwa ia sudah diperbolehkan untuk keluar.

Bryan ikut keluar dari mobil. Ia memerintahkan anak buahnya untuk mengeluarkan Aksara dari mobil lain yang terbuat dari besi baja dengan pintu berjeruji.

Brian mengawasi dari jauh. Setelah Askara berdiri di sampingnya. Brian menarik lengan Askara mendekat padanya. Beberapa saat barulah mereka melihat di seberang sana Bryan bersama Aksara.

Berbeda sekali dengan ekspresi Askara yang senang sekaligus berdebar takjub, Aksara justru dengan wajah pucatnya merasa kematian seolah menjemputnya. Hatinya berteriak panik melihat Brian di seberang sana.

Bryan lebih dulu memerintahkan Aksara untuk menyeberang. Sebab tidak ada yang bisa menyeberangi pintu portal secara bersamaan. Jadi dengan penuh kepasrahan dan diiringi oleh salah satu anak buah Bryan, Aksara mau tidak mau berjalan. Menyeberangi pintu portal, kembali ke dimensinya.

Brian tidak bisa berkata-kata. Melihat orang yang dicintainya selama bertahun- tahun itu akhirnya muncul. Benar-benar muncul di hadapannya.

"Sekarang kamu bisa membawa Askara kesini! Aksara sudah menyeberangi pintu portal!" Dari pengeras suara, suara Bryan kembali terdengar.

Brian terhentak. Ia baru sadar kalo masih ada seseorang yang harus ia relakan untuk kembali ke asalnya...

"Askara,"

"Ya?"

"Tolong jaga diri kamu."

"Terima kasih, Brian."

Askara tersenyum begitu manis. Mengiris hati Brian yang sebetulnya tidak rela ia lepaskan begitu saja. Tapi gimanapun, senyum itu ada karena dia bahagia. Dan dia bahagia karena dia akan kembali. Jadi perlahan Brian melepaskan genggamannya pada Asķara. Membiarkan Askara untuk melangkah pergi. Melangkah ke pintu portal, berpapasan dengan Aksara.

Ketika ia berpapasan dengan Aksara, sejenak Askara menghentikan langkahnya.

"Tolong percaya sama Brian, Aksara. Dia satu-satunya orang yang akan melindungi kamu." Ucapnya sambil tersenyum hangat Aksara menatap Brian yang jauh di belakang sana, menunggu untuk menyambutnya.

"PROTECT HIM!!" lalu ketika Askara kembali melanjutkan langkahnya melewati pintu portal, seruan Bryan terdengar keras. "HE’S ASKARA LEONARD, THE FUTURE MATE OF BRYAN TROVER!!"

Askara tidak bisa menahan kegembiraannya ketika Bryan berlari ke arahnya, menyambutnya dengan senang, dan segera menangkap tubuhnya ke dalam pelukan erat. Dimana tubuh Askara langsung terangkat. Menyambut kebahagiaan kisah mereka yang baru saja dimulai.

"Saya hamil,"

"Apa?"

"Sehari setelah Brian membawa saya. Saya ternyata hamil,"

Sebelum pintu portal tertutup, Askara menarik lengan Bryan agar beralih padanya sebentar. Bryan butuh 10 detik untuk mencerna walau sudah jelas Askara mengatakan bahwa dirinya tengah hamil. Namun, tampak tak menduga sama sekali kalau mate nya akan berkata seperti itu, Bryan sampai memandangi Asķara-dan perutnya-bolak-balik dengan kedua mata terbuka lebar Askarą sudah tidak bisa menahan air matanya yang hampir tumpah. Sangat lega karena dia akhirnya bisa menyampaikan kabar baik ini pada sang kekasih.

"Kamu bener-bener hamil?"

Askara mengangguk cepat. Barulah Bryan sadar kalau ia sama sekali tidak salah dengar dengan apa yang Askara ucapkan padanya.

"Brian menjaga saya dan bayi ini dengan sangat baik. Dia sampai mencari harum feromon kamu karena saya sangat sensitif,” Bryan tersenyum lebar. Kebahagiaan terpancar jelas dari raut wajahnya memandang Askara.

Sedangkan di seberang sana, Brian menatap Aksara dengan raut tak terbaca, Beberapa menit mereka terdiam. Brian hanya menatap Aksara dari atas sampai bawah, memastikan anak itu baik-baik saja. Aksara sebetulnya ingin sekali mengeluarkan sepatah kata begitu melihat Brian di depan matanya—setelah bertahun-tahun ia menghindari Brian dengan sejuta alasan—tampak sangat berbeda dengan yang terakhir kali ia lihat.

"Hah.." memutus waktu yang terbuang, sia-sia, Brian lebih dulu mengalihkan pandangannya. Lalu berkata, "Masuk. Aku antar pulang.”

Sembari membalikkan tubuhnya--yang kemudian ditahan oleh Aksara dengan membuka suaranya.

"Brian-"

Membuat Brian menunda dan menoleh langkahnya,

"Hm?"

Sedangkan Aksara mulai ragu dengan suara yang akan keluar dari bibirnya.

"Aku... Kangen kamu.. Aku minta maaf…" diucapkan dengan hati-hati, nadanya bergetar. Seperti mengemban sejuta kerinduan yang tidak bisa ia jabarkan lagi karena sudah begitu lama menumpuk.
Karena itu, Brian menarik kedua sudut bibirnya Ekspresinya lebih melembut. Dan dengan sukacita Brian mengulurkan sebelah tangannya pada Aksara.

"Ayo pulang. Aku bawa kamu ke rumah 'kita'." Ucapnya.

Aksara tidak bisa menahan air matanya yang mengalir. Segala rasa bersalah dan rindu, datang silih berganti ke dalam dadanya.

"Iya…" dan Aksara memutuskan untuk menyambut uluran tangan Brian. Sebagai kata lain bahwa ia ingin kembali mempercayai sosok ini. Setidaknya dari sejuta kemalangan yang menimpa hidupnya, Aksara masih memiliki seseorang yang sejak dulu selalu mencintainya. Menjadi obat untuk segala penyakitnya. Menjadi tameng dari segala lukanya.

Sama seperti Askąra. Keputusannya untuk benar-benar jatuh cinta pada mantan tunangannya, baginya adalah keputusan yang tepat. Takdir sudah menautkan nama mereka untuk menjadi keberuntungan satu sama lain, di tengah himpunan kemalangan yang tak berakhir.

"Kalo begitu besok kita harus mulai perencanaan untuk pesta pernikahan,”

"Bisakah saya yang memilih temanya?"

"My pleasure, love."

Dan pintu portal tertutup dengan sempurna. Sama seperti kisah mereka yang akhirnya usai. Di buka oleh lembaran baru yang jauh lebih bermakna dan bahagia.

END

JINX [ ABOVERSE ] ✅️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang