CHAPTER 2

2.1K 163 7
                                    

Rumah sakit, 23.12

"Dia gak bawa kartu identitas apapun. Jadi agak susah buat nyari keluarganya."

Setelah memastikan lelaki asing tadi segera di urus oleh pihak rumah sakit, Aksara berbicara dengan seorang polisi diluar.

"Terus gimana dong, Pak?"

"Yah... Mau gak mau selama dia sakit, ya jadi tanggung jawab kamu. Kamu yang rawat, kamu juga yang bawa dia pulang. Semisal kamu masih belom dapet info soal beliau, ya tinggal sama kamu aja dulu."

Otot wajah Aksara rasanya mengeras ketika mendengar jawaban Pak Polisi yang terdengar enteng. Sialan. Apa gunanya sih Polisi di dunia ini.

Ujung-ujungnya si Pak Polisi pulang dengan tangan kosong dan hati yang ringan. Sedangkan Aksara, harus menanggung segala-galanya tentang si lelaki asing itu.

"Untung Mas bawa pasien secepatnya, Kalo tidak, mungkin nyawanya bisa melayang malam ini juga."

"Separah itu?"

"Luka di perutnya cukup parah Sepertinya dia baru saja di tusuk pisau atau potongan beling,"

Aksara mengernyit ngeri. Meski dirinya sendiri terbiasa hidup dipenuhi luka akibat pertarungan, tetapi mendengar orang lain memiliki luka yang sama, cukup terdengar mengerikan.

"Dok! Pasien tiba-tiba bangun!" Suara seorang suster terdengar panik.

Aksara dan Dokter tadi ikut panik.

"Kamu tunggu disini."

Tetapi langkah Aksara tertahan sesuai dengan perintahan si Dokter.

"Aneh... Padahal obat biusnya agak kuat, lho! Kok bisa sadar gitu aja belom ada satu jam," bisik-bisik seorang suster terdengar ketika berpapasan dengan Aksara.

Aksara melangkah masuk ke dalam ruang rawat, menemui si laki-laki yang dia selamatkan.

"Hai," agak canggung baginya untuk menyapa.

Laki-laki yang seharusnya sedang tergeletak tak berdaya di atas ranjang itu, justru sedang duduk dan tampak bugar dengan tubuh dibalut perban. Ketika melihat kedatangan Aksara, ia melempar pandangannya pada Aksara.

Aksara balas menatapnya. Wajahnya tampak baik-baik saja. Ketampanannya yang sempurna cukup menyilaukan. Ekspresi tak terbaca dengan mulut terkatup rapat. Serta tubuh berotot..

Mendadak Aksara inder karena tubuhnya tidak terbentuk sebaik itu.

"Crimson red,"

"Ya?"

"Yang keluar dari badan kamu--" laki- laki itu menunjuk Aksara. "--crimson red."

₩₩₩

Sialan.

Aksara sudah tidak bisa menghitung berapa kali dia memaki dirinya sendiri. Uang tabungan selama tiga bulan nyaris ludes hanya untuk membayar biaya rumah sakit dan ongkos taksi untuk membawa mereka pulang. Ditambah menebus obat? Oh shit.

Aksara bahkan tidak tau siapa laki-laki ini dan tidak tau asalnya darimana. Yang dia tau hanya sebuah kartu nama di mantel hitam lelaki itu. Bertuliskan 'Bryan Trover' di bawah tulisan 'Direktur' dari sebuah perusahaan--yang tidak bisa ditemui Aksara.

Anehnya. Perusahaan apapun itu Aksara tidak bisa menemukannya di internet. Di maps? Juga tidak ada.

Aksara sama sekali tidak menemukan jawabannya. Dan jalan keluar satu- satunya, ya membawa orang ini pulang ke kontrakannya yang sederhana dan sedikit kumuh.

JINX [ ABOVERSE ] ✅️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang