Sacrifice [06].

391 59 10
                                    

🌘🌑🌒

Tengah malam. Bulan purnama terlihat bertengger di atas langit. Suara lolongan serigala terdengar di kejauhan ketika Alaric melesat seperti bayangan menelusuri setiap sudut ibu kota.

Seluruh kota tertutup kabut, membuat semua terlihat samar-samar, beberapa cahaya lampu jalan yang diterpa oleh kabut terlihat berwarna merah menyilaukan.

Alaric masih melesat dengan kecepatan luar biasa, melewati setiap jalan kota untuk menemukan seseorang yang ia cari.

Setelah beberapa saat berkeliling, Alaric tampak mendengus. Dari raut wajahnya, ia terlihat sedang kesal karena tak kunjung menemukan yang dirinya cari.

Sementara itu, keadaan ibu kota yang biasa nya sangat ramai saat ini terlihat benar-benar sepi. Seperti semua penghuni nya memutuskan untuk bersembunyi di dalam rumah mereka masing-masing semenjak kasus pembunuhan yang terjadi tempo hari diberitakan dimana-mana.

Alaric melongokkan kepala untuk mengendus udara di sekitarnya. Alaric mencoba mencari keberadaan gadis yang ia ingin temukan menggunakan indera penciumannya, namun ia tidak menemukan bau nya dimana pun, membuat Alaric frustasi.

Alaric terus mengendus, mencari setiap bau, berharap dapat membawa ia kepada sosok berambut hitam yang pagi tadi membuat hatinya berdesir. Namun ia hanya mencium bau manusia biasa.

Perasaan frustrasinya perlahan-lahan meningkat. Alaric tidak bisa menemukan gadis itu dimana pun selama berjam-jam. Ia berkelana ke semua bagian ibu kota, mencari setiap sudut, berharap akan melihatnya, namun hasilnya sama, tak satupun aroma khas gadis itu ia temukan.

Alaric menghentikan langkahnya di atas salah satu atap bangunan tinggi, ia menghela napas, membawa kedua tangan nya untuk menopang kepala, menatap langit malam dengan pandangan putus asa.

"Dimana dia?" Alaric bertanya, kemarahannya perlahan kembali meningkat. Ia menghempaskan sesuatu dari atas atap dengan marah, benda tersebut mengenai sebuah pohon di bawah dengan keras, membuat beberapa rantingnya patah.

Alaric mengepalkan tangan dengan keras, menyadari bahwa hari ini ia belum menyantap darah manusia. Tubuhnya perlahan terasa lemas dan ia harus segera mendapat darah jika ia ingin tetap kuat untuk mencari gadis yang ia inginkan.

Alaric menatap ke sekitar untuk mencari mangsa, matanya yang seperti elang menerawang jauh memindai setiap jalanan kota, berharap bisa segera menemukan manusia sehingga bisa memuaskan dahaganya.

Alaric melompat turun dari bangunan tinggi, lalu terus berkelana melewati setiap sudut kota. Matanya mencari setiap saat, berharap akan segera menemukan mangsa selagi kegelisahannya meningkat.

Alaric akhirnya berhasil menemukan seseorang. Seorang pemuda berumur sekitar 20-an sedang berjalan pulang setelah berbelanja. Alaric menyeringai ketika mencium aroma tubuh manusia tersebut, membuatnya segera melesat ke arahnya.

Alaric mendekati belakang si pemuda dengan cepat, membuatnya tidak dapat bereaksi hingga sudah terlambat. Alaric menghempaskan tubuh pemuda itu ke tanah dengan kasar, membuat si pemuda meringis kesakitan sebelum memandang Alaric dengan wajah takut.

"Apa-apaan kau!" teriak si pemuda, mencoba melawan ketika Alaric merobek kausannya sehingga lehernya terekspos.

Alaric menampilkan raut wajah mengerikan sebelum membawa wajahnya mendekat ke leher pemuda itu. Bibirnya menghampiri kulit leher si pemuda, sebelum akhirnya Alaric menggigit dengan keras.

SacrificeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang