Sacrifice [04].

462 76 2
                                    

Hello teman-teman.

Part kali ini semoga suka yaaa.
Jangan lupa vote dan komentar biar aku makin semangat update nya ❤

🌘🌑🌒


Ketika hari sudah merangkak sore, Kamari berdiri seorang diri di halte yang berada di depan sekolahnya. Ia sedang menunggu ibu nya datang menjemput, sementara saat ini suasana sekolah sudah hampir sepi, hanya beberapa murid yang terlihat masih berada di sekitar sekolah, selebihnya sudah kembali ke rumah mereka masing-masing.

Kamari melirik ke ujung jalan yang mulai diselimuti kabut, kemudian ia segera lebih mengeratkan mantel nya untuk menghangatkan diri ketika udara yang lebih dingin menerpa, sementara tangan lainnya mengecek ponselnya mencari kabar dari ibu nya yang sudah terlambat menjemput.

Jam menunjukkan pukul 05.00 sore, ibu Kamari sudah satu jam lebih telat menjemputnya. Sementara jam sekolah berakhir di pukul empat sore.

Sementara itu, Kini suasana sekolah sudah sepi sepenuhnya, Kamari sudah benar-benar sendirian.

"Mana ibu ya, kenapa belum sampai juga? " gumamnya dalam hati, kemudian ia menarik nafas kembali untuk menghirup udara dingin sore itu.

Kamari kembali mengecek ponsel nya, berharap bahwa ibu nya sudah membalas pesannya, namun nihil, tidak ada balasan apapun dari ibu nya.

Kamari mengedarkan pandangannya lagi, melihat keadaan sekitar. Lampu jalan sudah mulai menyala satu persatu. Ia kembali menghembuskan napasnya, merasa suhu kian sejuk dan membuat tubuhnya menjadi kedinginan. Kamari merapatkan kedua tangannya mencari kehangatan. Walaupun sudah terlindungi dengan mantel, tetap saja dinginnya udara saat ini membuat Kamari tercekik.

Kabut yang menyelimuti dan udara yang begitu dingin membuat Kamari menjadi gelisah. Ia kembali mengedarkan pandangan, sangat berharap ibu nya segera datang menjemput meskipun ibu nya belum menunjukan tanda-tanda akan datang.

Waktu terus berlalu dan ibu nya belum juga datang, membuat Kamari menjadi semakin gelisah sekaligus khawatir. Ia kembali merapatkan mantel nya untuk melawan suhu yang membuat dirinya terus menerus kedinginan.

Kamari kembali menahan perasaan gelisah nya serta kembali mengecek ponselnya, berharap ada kabar dari ibu nya. Namun hasil nya tetap saja nihil, ibu nya belum memberikan balasan.

Kamari kembali menarik nafas dalam-dalam berharap dapat menghirup beberapa udara segar, namun kabut terus menyelimuti membuat udara yang ia hirup menjadi terlalu dingin sehingga membuat dada nya terasa nyeri setiap menghela nafas.

Saat Kamari mencoba mengecek ponselnya dan kembali meluruskan padangannya, ia dikejutkan dengan sesosok laki-laki tinggi besar dengan mantel hitam yang sudah berada tepat di depannya.

Kamari tersentak, bagaimana mungkin ia tidak menyadari nya? Kamari memundurkan diri nya sementara pandangannya tidak berani bergerak dari sosok itu, Kamari menatap nya dengan sorot mata penuh kewaspadaan.

Kamari hanya mampu menatap sosok di depannya dalam ketakutan. Sosok tersebut terlihat sedang menatap Kamari dari ujung kepala hingga ujung kaki seperti tengah menilai. Membuat perasaan takut Kamari semakin meningkat.

Kamari mencoba untuk menarik nafas, namun rasa takut terus membuat dirinya terperosok dalam ketakutan. Kedua kaki nya sudah tidak berani untuk bergerak serta membuat seluruh tubuhnya sudah tegang kaku akibat ketakutan.

Sosok tinggi besar tersebut terus saja menatapnya, membuat pandangan Kamari bergerak lebih dekat untuk melihat wajahnya dengan jelas. Wajah tersebut terlihat sangat tampan serta indah layaknya pangeran. Namun mata nya terlihat gelap serta tajam membuat rasa takut Kamari kian meningkat.

Sacrifice [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang