Sacrifice [08].

45 19 3
                                    

Hello👋
Ada yang kangen sama cerita ini?
Padahal niatnya aku pengen update tiap hari tapi ternyata susah ngumpuli moodnya.
Semoga di part kali ini suka ya 🙌
Jangan lupa vote dan komentar nya biar aku makin semangat 😁👍

🌘🌑🌒

Udara semakin dingin menjelang malam hari. Langit yang tampak kelabu melahirkan rintik-rintik hujan. Seon melangkah dengan cepat seraya membawa Kamari di punggung nya menuju sebuah gerbang yang di tumbuhi tanaman belukar.

Kamari mengeratkan pelukannya di leher Seon ketika udara yang menerpa nya begitu dingin.

Seon merapikan kembali posisi Kamari di punggung nya sebelum menarik kedua tangan itu untuk lebih memeluk lehernya. Seon menarik napas dalam sementara gerbang dihadapannya bergerak terbuka dengan sendirinya.

Seon terlihat menghentikan langkah kakinya setelah ia melangkah masuk. Bergeming untuk beberapa saat mencoba merasakan suasana sekitar. Ia menoleh ke beberapa arah dengan waspada.

Namun semua tampak sangat sepi sehingga Seon akhirnya bisa bernafas lega. Ia melangkah maju kembali dengan cepat melewati beberapa tanaman besar yang tumbuh tak jauh setelah gerbang. Sambil terus merapatkan tubuh Kamari di punggungnya, di saat yang sama ia mendorong beberapa batang tanaman untuk menyisir jalan menuju Kastil.

"Apa kau masih baik-baik saja?," Tanya Seon perlahan.

Suasana malam yang dingin membuat napas Kamari berubah menjadi asap setiap kali ia menghela napas. Tubuh Kamari lebih dingin sehingga ia lebih merapatkan dirinya ke punggung Seon yang jugaa dingin. Namun Kamari tidak berpikir macam-macam mengenai itu. Kamari hanya berpikir bahwa Seon sama kedinginannya dengan nya.

"Ya," jawab Kamari sementara jari-jari tangannya perlahan turun menyentuh permukaan punggung Seon untuk menghangatkan. "Cuma sedikit kedinginan," katanya dengan pelan.

Seon hanya tersenyum ketika merasakan sentuhan itu kemudian kembali melanjutkan langkahnya dengan kepala tertunduk turun. Jarak antara gerbang Kastil dengan Kastil nya memang tidak terlalu jauh sehingga hanya beberapa langkah lagi, Seon sudah sampai di depan pintu utama.

Seon berhenti di sana untuk beberapa saat, kembali mencoba merasakan apakah ada pergerakan aneh di sekitar. Namun tidak ada yang terlihat sehingga ia menarik napas dalam sebelum menarik salah satu tangan Kamari untuk turun dari atas punggungnya.

Pintu besar dengan ukiran-ukiran artistik itu bergerak terbuka. Seon segera meletakan tangan kanan Kamari di pundaknya, sementara tangan kiri Seon memeluk pinggang Kamari, pemuda Vampire itu berupaya memapah Kamari berjalan masuk.

Kamari menghela napas ketika merasakan suhu yang jauh lebih dingin di dalam Kastil dibanding di luar. Ia mengeratkan pelukannya di sekitar tangan Seon yang melingkar di pinggangnya. Ia meremas ujung baju Seon yang ia gunakan untuk menahan rasa dingin yang membuat ujung tangan dan kaki nya ikut membiru.

Seraya menatap ruangan di depannya, ia berjalan diiringi oleh tangan Seon.

Di kastil ini sangat terasa sunyi sehingga hanya terdengar deheman angin yang bergerak menerjang ruangan. Seon membawa Kamari menuju salah satu ruangan khusus sebelum akhirnya membuka pintunya. Ia membawa Kamari masuk sementara matanya terus melirik ke setiap arah untuk memastikan bahwa di ruangan itu tidak ada siapa-siapa.

SacrificeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang