13. Amarah Cave

471 63 4
                                    

Part 13 Amarah Cave

“Dari mana kau mendapatkan semua ini?” Cave meletakkan berkas yang baru saja ditelitinya itu kembali ke meja. Memperhatikan Egan yang tampak menata kata untuk menjawab.

“Aku tahu kontrak kerjasamaku dengan TD karena kesalahanku, tapi ini hal yang berbeda. Niat Barron untuk mengambil alih perusahaanku karena urusan emosional.”

“Urusan emosional?”

Egan menjilat bibirnya yang mendadak kering. “Karena ini ada hubungannya dengan Lily.”

Ketertarikan Cave semakin menumpuk. Lagi-lagi ketika membicarakan tentang Barron, kenapa selalu membawanya pada Lily. “Istriku?”

“Ada alasan dia mendekatimu. Karena aku.”

“Aku tak mengerti.” Tubuh Cave berputar ke samping, menatap lurus Egan yang tampak serius. Ia bisa menangkap kegugupan bercampur ketakutan.

“Hubunganku dan Ivie dimulai dengan cara yang tidak baik. Aku sudah memiliki kekasih ketika memulai hubungan dengannya. Semua ini kesalahanku, aku patut mendapatkan balasannya dan aku akan bertanggung jawab untuk menerima konsekuensinya. Tetapi Ivie, dia tidak ada hubungannya dengan semua ini. Dia tidak tahu aku sudah memiliki kekasih.”

Wajah Cave seketika menggelap, tangannya mengepal. “Apa artinya semua ini? Dan apa hubungannya perusahaan dengan kepengecutanmu.”

“Wanita itu Lily. Kami kuliah di universitas yang sama. Juga Barron.”

Cave membeku. Tentu saja semua itu sukses membuatnya terkejut. 

“Saat aku tahu kau menjalin hubungan dengannya, beberapa kali aku sempat ingin memberitahumu, tetapi aku tak memiliki keberanian itu karena aku takut kehilangan Ivie. Jadi sekarang, sepertinya semua rahasia ini tak bisa lagi ditutupi.”

Cave melompat ke arah Egan, tinjunya mematahkan tulang hidung pria itu dengan keras. Merasa tak puas, Cave kembali mencengkeram kerah leher Egan dan kali ini rahangnya yang menjadi sasaran. Egan sama sekali tak melawan, pria itu membiarkan tubuhnya dijadikan samsak hidup oleh sang kakak ipar. Hingga akhirnya Cave kelelahan dan berhenti. Bukan lelah secara fisik meski napas pria itu terengah dengan keras. 

Kemarahan berkobar di kedua mata Cave. Pria itu berdiri di tengah ruangan, sementara meja kaca dan beberapa vas serta guci hias yang ada di sekitar mereka sudah hancur dan pecahannya berserakan di lantai. 

Egan tersungkur di lantai, duduk bersandar pada sisi sofa dengan wajah penuh darah. Bebarapa kancing kemejanya lepas dan simpul dasinya melonggar. Meringis menahan perih di hidung dan bibirnya yang robek.

“Aku tahu sudah terlambat, tapi kumohon jangan memberitahu Ivie tentang semua ini. Emosinya sedang tak baik sejak kegugurannya dan aku tak ingin menambah beban pikirannya. Aku minta maaf. Aku sungguh-sungguh minta maaf karena tak memiliki keberanian lebih besar lagi untuk mengatakan kejujuran ini sejak awal.”

“Jadi dia mendekatiku untuk membalas semua perbuatan berengsekmu?”

Egan mengangguk. “Barron yang membantunya.”

Mata Cave terpejam, bersama gelombang kemurkaan yang menerjang dadanya dengan keras. “Keluar!” geramnya.

Egan gegas beranjak dan keluar. Tepat ketika ia menutup pintu ruangan, suara barang-barang yang dibanting terdengar keras dan memilukan. Menyusul geram amarah Cave yang memenuhi setiap sudut ruangan di belakangnya hingga membuat dua sekretaris pria itu ikut bergedik ketakutan.

Egan menghela napas di tengah rasa sakit dan perih oleh tinju Cave. Ia tahu akan mendapatkan semua serangan penuh emosi itu dan mengingat tubuh besar dan otot Cave, tetap saja semua rasa sakit itu lebih besar dari yang sudah ia bayangkan.

VengeanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang